Keragaman Genetik Padi TINJAUAN PUSTAKA

mengakibatkan terjadinya erosi genetik yaitu berkurangnya dan bahkan punahnya sejumlah varieas padi lokal yang memiliki daya adaptasi spesifik pada kondisi tertentu Silitonga, 1998. Jumlah varietas padi lokal yang sudah dikoleksi pada tahun 1987 sebanyak 11.980 yang terdiri atas 8.855 padi sawah, 2.134 padi gogo dan 705 padi rawa. Sebagian besar merupakan golongan padi cere yaitu sebanyak 9.034 dan sebanyak 2.656 termasuk golongan padi bulu Siwi dan Kartowinoto, 1989. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan November sampai Desember 2014 di Kabupaten Tabanan, Gianyar, Buleleng dan Karangasem ditemukan sebanyak 5 lima jenis padi lokal Bali yaitu Cicih Medang Selem, Cicih Medang Putih, Beras Merah, Ketan Hitam Injin, dan Ketan. Beberapa varietas yang sebelumnya pernah dibudidayakan dan cukup populer di kalangan petani Bali seperti varietas Ijo Gading dan Cicih Gundil belum diperoleh.

2.2. Penyakit Blas dan Upaya Pengendaliannya

Penyakit blas dapat menginfeksi tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi daun, disebut blas daun leaf blast dan pada stadium generatif, selain dapat menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai yang disebut blas leher neck blast Anonim, 2009. Gejala penyakit blas dapat muncul pada daun, batang, malai dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan leher malai. Penularan penyakit blas terutama terjadi melalui konidia yang terbentuk dan terlepas pada malam hari serta terbawa oleh angin. Konidium ini hanya dilepasakan jika kelembaban relatif RH lebih dari 90 Anonim, 2009. Konidia melakukan penetrasi secar langsung dengan menembus kutikula. Bagian permukaan daun dan daun yang lebih muda lebih mudah dipenetrasi. Intensitas penyakit blas dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kelebihan pupuk nirogen dan kekurangan air. Kelebihan pupuk nitrogen dan kekurangan air, bisa menyebabkan kadar silikon tanaman rendah dan meningkatkan kepekaan tanaman padi terhadap infeksi jamur P. oryzae . Kandungan silikon dalam jaringan tanaman menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi patogen ke dalam jaringan tanaman. Pupuk nitrogen berkorelasi positif terhadap intensitas penyakit blas, dimana semakin tinggi pupuk nitrogne, semakin tinggi intensitas penyakit Anonim, 2009. Bila periode basah lebih dari 5 jam, sekitar 50 konidium dapat menginfeksi jaringan tanaman dalam waktu 6-10 jam. Suhu optimum untuk perkecambahan konidium dan pembentukan apresorium adalah 25-28 o C. Keberhasilan pengelolaan penyakit blas pada padi dihasilkan oleh pendekatan yang komprehensif dengan menerapkan beberapa strategi antara lain teknik budidaya, penggunaan varietas tahan, dan penggunaan fungisida sintetis TeBeest, 2007; Ghazanfar et al ., 2009; Anonim., 2009; IRRI, 2010. Pengendalian penyakit blas yang sampai saat ini dianggap paling efektif adalah penggunaan varietas padi tahan, tetapi jamur Pyricularia oryzae sangat mudah untuk membentuk ras baru yang lebih virulen sehingga bisa mematahkan ketahanan padi terhadap penyakit blas. Jadi penggunaan varietas tahan sangat dibatasi oleh waktu dan tempat, artinya varietas yang semua tahan setelah ditanam beberapa musim akan menjadi peka, dan varietas yang tahan di satu tempat mungkin peka di tempat lain Anonim, 2009. Mengingat ketahanan padi terhadap penyakit blas tidak bisa berlangsung lama, maka penggunaan varietas tahan perlu didukung dengan komponen pengendalian lainnya. Sekitar 40 gen untuk ketahanan terhadap blas telah diketahui, namun getotipe baru dari patogen berkembang sangat cepat sehingga mematahkan ketahanan inang Zeigler et al ., 1994. Pada beberapa situasi, penyakit blas bisa dikendalikan melalui penanaman beberapa varietas dengan ketahanan yang berbeda disertai dengan modifikasi teknik budidaya. Pengendalian blas malai panicle blast diperoleh melalui rotasi varietas padi Zhu et al ., 2000. Penggunaan galur majemuk yang terdiri atas beberapa galur yang membawa gen ketahanan yang berbeda sukses digunakan untuk mengendalikan penyakit blas di Jepang Koizumi, 2001. Aplikasi nitrogen secara terpisah berdasarkan kebutuhan tanaman direkomendasikan untuk mengurangi intensitas penyakit blas. Penggunaan pupuk nitrogen yang berlebihan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, yang bisa menibngkatkan kelembaban relatif RH dan tingkat kebasahan daun tanaman