Bait Keempat MAKNA PUISI DICHTER DAN ANKLAGE DALAM KUMPULAN PUISI WEST-ÖSTLICHER DIVAN KARYA JOHANN WOLFGANG VON GOETHE: ANALISIS HERMENEUTIKA DILTHEY.

4. Bait Keempat

16. Doch sein Lied, man läßt es immer walten, 17. Da es doch dem Koran widerspricht. 18. Lehret nun, ihr des Gesetzes Kenner, 19. Weisheit-fromme, hochgelahrte Männer, 20. Treuer Mosleminen feste Pflicht. orang-orang menghormati syair-syairnya, meskipun hal itu jelas-jelas bertentangan dengan Quran. Ajarilah sekarang, kalian wahai Ahli Kitab, orang-orang bijaksana, orang yang berpendidikan tinggi, muslim sejati yang menjalankan kewajiban. Pada bait ini Ich ingin mengungkapkan pembelaannya kepada Hafis. Pada bait pertama Ich berkata Doch sein Lied, man läßt es immer walten orang-orang menghormati syair-syairnya. Hingga saat ini, khususnya saat terbitnya WÖD pada tahun 1819, Diwan Hafis merupakan syair yang masih lestari baik di negaranya maupun di dunia, dan Goethe membuka sebuah perspektif baru mengenai budaya timur khususnya karya sastra yang kaya dan beragam, di mana Hafis dianggap sebagai seorang yang mempengaruhi cara pandangnya dan ini menjadi sebuah hal yang diaanggap luar biasa. Buergel mengatakan “one of the most beautiful events of the world literature history is the contact of these two speech stars with each other Behjat, 2005: 2. Salah satu kejadian paling indah dalam sejarah literatur dunia adalah saling berinteraksinya dua penyair bintang yakni Goethe dan Hafis. Tidak salah juga bahwa hingga sekarang Diwan Hafis menjadi syair yang dipelajari dan dilestarikan oleh masyarakat Iran. Seperti yang sudah dijelaskan, pada akhir hayatnya, tuduhan yang menuduh Hafis sebagai seorang yang sesat dan kafir, membuat syairnya juga dianggap tidak sejalan dengan Al-Quran. Pada kalimat Da es doch dem Koran widerspricht meskipun hal itu jelas-jelas bertentangan dengan Quran. Ich aku mempertanyakan jika syair Hafis bertentangan dengan Quran lalu mengapa hingga saat ini orang-orang masih menghormati dan bahkan menjadikan syair Hafis sebagai sebuah bacaan wajib bagi mereka. Saat Hafis meninggal sebagian ulama menuduh dirinya bukanlah seseorang yang salih atau dianggap menyimpang dari ajaran agama. Tuduhan inilah yang membuat orang-orang ragu akan kesalihan seorang Hafis. Mereka mengesampingkan fakta bahwa Hafis juga bukan penyair yang buta agama, ia merupakan seorang hafis, itulah alasan mengapa ia memilih nama itu sebagai nama penanya. Ia juga belajar agama serta sastra dari Attar salah seorang penyair Persia yang terkenal kala itu dan bahkan hingga sekarang, dan keduanya pun juga dianggap sebagai penyair Persia yang abadi namanya. Lalu pada Zeile selanjutnya yakni 18, 19 dan 20 Lehret nun, ihr des Gesetzes Kenner Ajarilah sekarang, kalian wahai Ahli Kitab,Weisheit-fromme, hochgelahrte Männer orang-orang bijaksana, orang yang berpendidikan tinggi,, Treuer Mosleminen feste Pflicht muslim sejati yang menjalankan kewajiban, pada Zeile ini Ich mempertanyakan kembali tuduhan ini kepada orang-orang yang dikatakan didalam bait ini yakni Gesetzes Kenner Ahli Kitab, Weisheit-fromme orang-orang bijaksana, hochgelahrte Männer orang yang berpendidikan tinggi,, dalam Islam mereka dikatakan sebagai Mufti bahasa arab. Mufti merupakan orang-orang atau ulama yang mengambil keputusan apabila terjadi keraguaan,sengketa atau perbedaan pendapat antara satu dengan yang lain mengenai interpretasi dan pemaknaan teks agama maupun yang berkaitan. Keputusan ini diambil dengan mengembalikan lagi kepada Al-Quran dan tradisi Islam yang berlaku. Ich aku mempertanyakan mengapa hal tersebut bisa terjadi,mengapa Hafis dituduh demikian. Dengan demikian pada bait ini ich aku ingin meminta kejelasan kepada orang-orang tersebut diatas mengenai tuduhan Hafis yang tidak mempunyai dasar yang jelas.

5. Bait Kelima