Bait Kelima MAKNA PUISI DICHTER DAN ANKLAGE DALAM KUMPULAN PUISI WEST-ÖSTLICHER DIVAN KARYA JOHANN WOLFGANG VON GOETHE: ANALISIS HERMENEUTIKA DILTHEY.

mengenai interpretasi dan pemaknaan teks agama maupun yang berkaitan. Keputusan ini diambil dengan mengembalikan lagi kepada Al-Quran dan tradisi Islam yang berlaku. Ich aku mempertanyakan mengapa hal tersebut bisa terjadi,mengapa Hafis dituduh demikian. Dengan demikian pada bait ini ich aku ingin meminta kejelasan kepada orang-orang tersebut diatas mengenai tuduhan Hafis yang tidak mempunyai dasar yang jelas.

5. Bait Kelima

21. Hafis, in’s besondre schaffet Ärgernisse, 22. Mirza sprengt den Geist ins Ungewisse, 23. Saget, was man tun und lassen müsse Hafis terutama yang menciptakan kemarahann ini, Mirza yang selalu melemparkan jiwa dalam keraguan, Katakanlah, apa yang harus orang-orang lakukan dan biarkan? Bait ini merupakan lanjutan dari bait keempat, pada baris 21, 22, dan 23 yakni Hafis, in’s besondre schaffet Ärgernisse Hafis terutama, yang menciptakan kemarahann ini Mirza sprengt den Geist ins Ungewisse Mirza yang selalu melemparkan jiwa dalam keraguan, Saget, was man tun und lassen müsse Katakanlah, apa yang harus orang-orang lakukan dan biarkan, baris pertama ich aku ingin menegaskan mengenai Hafis yang dianggap sebagai orang yang seharusnya dimintai pertanggung jawababan atas kesalahannya apabila ia memang bersalah. Tidak seharusnya orang-orang menuduh dirinya disaat kematiannya, disaat seharusnya tak ada keraguan mengenai kesalihan seorang Hafis. Pada Zeile 22 yakni Mirza sprengt den Geist ins Ungewisse Mirza yang selalu melemparkan jiwa dalam keraguan, Mirza merupakan sebutan untuk pangeran dalam sejarah bangsa Persia. Dalam puisi ini bisa diinterprtasikan sebagai seorang pemimpin, akan tetapi ich aku menganggap bahwa seorang pemimpin yang seharusnya bisa memberi kejelasan mengenai sebuah permasalahan justru menempatkan orang-orang atau masyarakat dalam kebingungan. Kemudian ich aku menanyakan kembali kepada Mirza pada Zeile terakhir Saget, was man tun und lassen müsse Katakanlah, apa yang harus orang-orang lakukan dan biarkan?. Di sini ich aku merasa bahwa orang-orang ditempatkan pada sebuah kebingungan mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan terhadap Hafis. Apakah mereka harus membela Hafis atau justru setuju dengan orang-orang yang menuduh Hafis sebagai seorang yang sesat. Pada bait ini ich aku ingin mencari jawaban mengenai tuduhan yang dialamatkan kepada Hafis. Namun baik Mirza yang dikatakan sebagai pemimpin justru membuat orang-orang menjadi bingung dan ragu mengenai status Hafis. Demikian pula Mufti yang juga seharusnya bisa memberi pandangan mengenai hal tersebut.

D. Konsep Verstehen yang Terdapat dalam Puisi Dichter dan Anklage

Karya Johann Wolfgang von Goethe. Verstehen merupakan tahap terakhir dalam konsep hermeneutik Dilthey. Pada tahap ini, dikonstruksikan kembali apa yang ada dalam Erlebnis dan Ausdruck . Verstehen memusatkan diri pada ‘sisi dalam’obyek penelitiannya, yaitu dunia mental atau penghayatan, sehingga sesuai untuk masyarakat dan kebudayaan Hardiman, 2015: 77. Dalam konsep Verstehen ini pemahaman mengenai pengalaman hidup, dalam penelitian ini adalah pengalaman hidup Goethe dan mengenai puisi WöD khususnya puisi Dichter dan Anklage serta ungkapan yang diekspresikan oleh Goethe dalam Puisi Dichter untuk kemudian dimaknai peneliti. Namun demikian dalam konsep Verstehen ini sikap peneliti diharuskan untuk mengambil bagian dunia mental orang lain, artinya berusaha mengungkapkan apa yang benar-benar dirasakan oleh penulis. Oleh karena itu, dalam konsep Verstehen berisi mengenai pemahaman dan pemaknaan terhadap penggabungan konsep Erlebnis dan Ausdruck yang ada pada puisi Dichter dan Anklage. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Konsep Verstehen yang Terdapat dalam Puisi Dichter Karya Johann