Bait Pertama MAKNA PUISI DICHTER DAN ANKLAGE DALAM KUMPULAN PUISI WEST-ÖSTLICHER DIVAN KARYA JOHANN WOLFGANG VON GOETHE: ANALISIS HERMENEUTIKA DILTHEY.

Eigenname durch eine Periphrase ersetzt, die kennzeichnende Merkmale des so Benannten angibt und damit seine Identifikation erlaubt Wolfram Nitsch, n.d.. 22. Mirza sprengt den Geist ins Ungewisse, Mirza yang membawa jiwa dalam keraguan Kata ‘Mirza’ merupakan sebutan yang digunakan untuk menggantikan nama jabatan bagi seorang pangeran dikawasan kerajaan Persia, Turki, Afghanistan atau India. Dalam kalimat tersebut kata ‘Mirza’ merujuk pada seseorang yang berkuasa atau memimpin, sehingga ‘Mirza’ dalam kalimat ini termasuk dalam gaya bahasa kiasan antonomasia.

b. Ungkapan Ich Aku dalam Puisi Anklage

Puisi Anklage adalah puisi lanjutan dari puisi Dichter. Keduanya bisa dikatakan merupakan lanjutan atau saling berkaitan, begitu pula seluruh puisi dalam Buch Hafis yang memang ditulis Goethe sebagai sebuah dialog antara dirinya dan Hafis. Ungkapan ich aku dalam Puisi Anklage di sini akan diinterpretasikan per bait atu Verse. Anklage terdiri dari 5 bait dan berisi 24 baris atau Zeile. Puisi ini sendiri mengungkapkan mengenai tuduhan yang dituduhkan kepada Hafis baik semasa hidup maupun saat kematiannya.

1. Bait Pertama

1. Wißt ihr denn, auf wen die Teufel lauern, 2. In der Wüste, zwischen Fels und Mauern? 3. Und, wie sie den Augenblick erpassen, 4. Nach der Hölle sie entführend fassen? Tahukah kalian,terhadap siapa iblis-iblis mengintai, di gurun pasir di antara tebing dan tembok-tembok? Dan, betapa tatapan mereka begitu tajam, terhadap orang-orang yang ingin dibawa 5. Lügner sind es und der Bösewicht, iblis ke neraka? Pembohong dia dan makhluk jahat. Pada baris 1, 2, 3,4, dan 5 Wißt ihr denn, auf wen die Teufel lauern Tahukah kalian, terhadap siapa iblis-iblis mengintai , . In der Wüste, zwischen Fels und Mauern? di gurun pasir di antara tebing dan tembok-tembok? , Und, wie sie den Augenblick erpassen Dan, betapa tatapan mereka begitu tajam , Nach der Hölle sie entführend fassen?Lügner sind es und der Bösewicht Pembohong dia dan makhluk jahat, ich aku ingin mengungkapkan kepada Ihr kalian yang ditujukan kepada pembaca mengenai iblis yang mengawasi dan mengintai manusia. Kata lauern mengintai diartikan sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan iblis. Ich aku ingin mengajak pembaca untuk berfikir mengenai iblis yang selalu menggoda manusia dan hal itu terkadang tak disadari oleh manusia, serta bagaimanakah ibilis melakukannya?. Hal tersebut diungkapakan ich aku dalam kata ‘der Wüste’ gurun pasir, ‘der Fels’ tebing und ‘die Mauern’ tembok- tembok. Tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang diibaratkan oleh ich sebagai tempat yang kering, tandus dan gersang dan jarang terjamah manusi, disitulah iblis mengawasi ataupun mengintai manusia dan akan menggoda dan menghasut manusia tanpa terlihat. Kalimat selanjutnya ‘Und, wie sie den Augenblick erpassen’ Dan, betapa tatapan mereka begitu tajam, dalam Zeile ini menjelaskan bahwa iblis mengawasi dengan seksama bagaimana perilaku manusia yang tak diketahui serta disadari oleh manusia. ‘ Nach der Hölle sie entführend fassen’? terhadap orang-orang yang ingin dibawa iblis ke neraka? , kemudian mereka akan dibawa secara paksa oleh iblis dan hal ini juga tak akan diketahui sampai manusia sudah tak ada kesempatan untuk bertaubat. Kata ‘Holle’ neraka yang merupakan tempat yang diciptakan oleh Tuhan di mana iblis bersemayam sampai hari kiamat. Di situlah nantinya manusia-manusia yang berhasil terperdaya oleh iblis akan hidup kekeal abadi. Kemudian kalimat terakhir Lügner sind es und der Bösewicht, Pembohong dia dan makhluk jahat, pada kalimat ini ich aku ingin mengungkapkan bahwa pembohong atau pendusta serta makhluk-makhluk jahat itulah yang akan dibawa iblis ke neraka dan hal ini merujuk kepada orang-orang yang menuduh Hafis. Mereka dianggap sebagai pendusta yang menggunakan nama Tuhan sebagai pembenaran terhadap kebohongan mereka untuk menuduh Hafis sebagai seorang yang sesat dan kafir, padahal sesungguhnya merekalah yang demikian. Bisa disimpulkan bahwa pada bait ini ich aku mengajak pembaca untuk berfikir bahwa manusia diciptakan dengan sempurna oleh Tuhan. Namun demikian ia tidak diciptaan sendiri, ada dua makhluk lain yang mendampingi manusia, malaikat dan iblis. Malaikat adalah makhluk Tuhan yang sampai hari akhir nanti akan terus taat kepada Tuhan, sebaliknya iblis adalah makhluk Tuhan yang membangkang kepada Tuhan.. Akan tetapi sesungguhnya iblis merupkan makhluk Allah SWT yang paling taat kepada Allah SWT, namun demikian ia sombong dengan ketaatannya tersebut. Akhirnya pada saat Nabi Adam diciptakan malaikat dan iblis diminta untuk menyembah Adam,akan tetapi iblis tidak mau mentaati perintah Tuhan. Lalu iblis dihukum sebagai penghuni neraka dan kekal di dalamnya. Akan tetapi iblis bersumpah kepada Allah SWT mereka akan menggoda dan menghasut manusia sampai hari kiamat tiba untuk ia jadikan sebagai penghuni neraka bersamanya dan Allah SWT mengizinkan hal itu. Namun demikian, dalam sejarah Islam iblis tidak pernah diberi kekuasaan mutlak atas manusia, ia dapat membodohi dan menggoda manusia, seperti yang ia lakukan kepada Adam, tetapi manusia mempunyai kemungkinan utnuk melawan godaan- godaannya Schimmel, 1986: 198. Mengenai kalimat ‘Lügner sind es und der Bösewicht’ pada puisi, keduanya adalah jenis manusia yang akan dibawa iblis ke nereka, jika dikaitkan dengan Hafis, mereka adalah orang-orang yang menuduh Hafis adalah orang-orang kafir dan sesat yang tak akan diterima amalannya. Mereka menyebaran kebohongan kepada masyarakat untuk menganggap Hafis orang yang sesat dan kafir.

2. Bait kedua