F. Teknik Analisis Data
Nasution dalam Sugiyono, 2014 menyatakan bahwa analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus
sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat dilakukan wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila setelah dianalisis, jawaban yang diwawancarai dianggap belum cukup,
maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan kembali sampai diperoleh data yang cukup dan kredibel.
Bogdan dalam Sugiyono, 2012 menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Untuk menyajikan data agar lebih bermakna dan mudah dipahami, langkah analisis
data yang peneliti gunakan adalah dengan pengkodean. Strauss dan Corbin 2009 mengatakan bahwa pengkodean merupakan proses penguraian data, pengkonsepan, dan penyusunan
kembali dengan cara baru. Adapun pengkodean yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengkodean yang dikembangkan oleh Strauss dan Corbin 2009, sebagai berikut:
1. Pengkodean terbuka o pen coding
Proses ini merupakan proses awal untuk memberikan kode-kode pada seluruh teks, baik yang berasal dari verbatim wawancara maupun fieldnote. Setiap respon jawaban dan
tingkah laku yang diberikan oleh subjek maupun responden akan diberikan kode-kode sesuai dengan perkataan atau jawaban subjek. Teknik ini dinamakan dengan in-
vivocoding, yang mana peneliti memberikan kode murni sesuai dengan respon jawaban subjek atau responden dengan meminimalisir intepretasi dan pengantian kalimat
subjek atau responden untuk menjadi sebuah kode data. Proses ini berlaku pada seluruh subjek dan responden penelitian, dan menghasilkan masing-masing sistem koding yang
dibuat terpisah antara subjek pertama dan subjek kedua. Adapun prosedur dalam tahap pengkodean ini, yaitu:
a. Pelabelan fenomena
Memberikan label atau kode-kode guna mengkonsepkan data terhadap seluruh fenomena hasil temuan yang berasal dari pengamatan maupun wawancara.
b. Penemuan kategori
Jika telah mendapatkan label dari fenomena, dilakukan pengkategorian yaitu proses pengelompokkan konsep yang sementara dianggap berhubungan dengan fenomena
yang sama. c.
Penamaan kategori Pemberian nama terhadap kategori-kategori yang telah ditemukan sebelumnya, agar
peneliti dapat mengingat, membahas dan mengembangkan secara analitik.
2. Pengkodean berporos a xial coding
Pengkodean berporos adalah seperangkat prosedur penempatan data kembali dengan cara-cara baru setelah pengkodean berbuka, yaitu membuat kaitan antar-kategori. Hal
tersebut dilakukan dengan memanfaatkan paradigma pengkodean yang mencakup kondisi, konteks, strategi aksi atau interaksi, dan konsekuensi. Hasil dari axial coding ini yang
kemudian disebut tema-tema penelitian.
3. Pengkodean berpilih selective coding
Proses pemilihan kategori inti yang mana di dalamnya berupa pengaitan kategori inti terhadap kategori lainnya secara sistematis, pengabsahan hubungan, dan mengganti
kategori yang perlu diperbaiki dan dikembangkan lebih lanjut.
G. Kredibilitas Penelitian