Perkembangan Masa Anak-anak Anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut LLA dalam menjalani Terapi Pengobatan

mudah bersosialisasi terutama dengan teman sebaya, membentuk peran positif dan meningkatkan kreativitas sehingga membentuk kepribadian yang positif. 3 Kelompok pendukung. Gariepy dan Howe dalam Piersol, dkk. 2008, menyatakan pentingnya penyediaan informasi mengenai kelompok-kelompok pendukung bagi anak dan keluarga dengan masalah yang sama. 4 Pendidikan kesehatan atau konseling. Beberapa penelitian yang dilaksanakan oleh Children’s Cancer Group Campbell, dkk, 2008a bahwa remaja yang sembuh dari penyakit leukemia limfoblastik akut menerima pendidikan khusus sampai enam kali atau lebih karena mengalami gangguan emosi dan juga masalah perilaku, sulit mengatasi stres dengan tekanan emosional yang tinggi. 5 Lingkungan. Manusia memiliki kompleksitas hubungan antara faktor biologis, sosial dan ekologi, termasuk hubungan beberapa sistem seperti orang tua dan keluarga, masyarakat, dan budaya Bronfenbrenner dalam Papalia, Olds, Feldman, 2009. Berdasar pada penjelasan mengenai sumber coping, maka beberapa bentuk sumber coping yaitu bermain, dukungan keluarga, kelompok pendukung, pendidikan kesehatan atau konseling, serta lingkungan.

2. Anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut LLA dalam menjalani Terapi Pengobatan

a. Perkembangan Masa Anak-anak

Papalia, Olds, dan Feldman 2009, menyatakan bahwa anak merupakan individu yang berada dalam masa anak-anak pada rentang usia 3-11 tahun sedangkan Hurlock 1980 menyebutkan anak merupakan individu yang berada dalam masa anak-anak pada rentang usia 2-12 tahun. Papalia, Olds, dan Feldman 2009, menjelaskan bahwa perkembangan anak muncul dalam tiga ranah perkembangan yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, serta perkembangan psikososial. Pertumbuhan tubuh dan otak, kapasitas sensoris, keterampilan-keterampilan motorik, serta kesehatan merupakan bagian dari perkembangan fisik, sedangkan perubahan dan stabilitas didalam kemampuan- kemampuan mental, seperti belajar, memperhatikan, mengingat, menggunakan bahasa, berpikir, penalaran, dan kreatifitas membentuk perkembangan kognitif, serta perubahan dan stabilitas didalam emosi, kepribadian, dan hubungan sosial membentuk perkembangan psikososial sehingga dukungan sosial dapat membantu orang-orang mengatasi dampak potensial stres yang negatif pada fisik dan kesehatan mental. Ketiga ranah perkembangan itu saling berhubungan dan memengaruhi satu sama lain. Menurut Havighurst dalam Hurlock, 1980, tugas perkembangan adalah tugas- tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu dan apabila berhasil dicapai maka individu akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila gagal individu akan kecewa dan dicela masyarakat dan perkembangan selanjutnya akan mengalami kesulitan. Papalia, Olds, dan Feldman 2009, menyebutkan tahap perkembangan pada masa anak-anak yang masing-masing memiliki tugas perkembangan yang berbeda, yaitu: 1 Masa anak-anak awal Papalia, Olds, dan Feldman 2009, menjelaskan masa anak-anak awal 3-6 tahun, mengalami pertumbuhan fisik secara cepat namun lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Anak mulai tampak lebih langsing dan atletis sesuai dengan bentuk tubuh anak-anak. Pertumbuhan otot dan rangka terus terjadi sehingga membuat anak menjadi lebih kuat. Peningkatan kapasitas sistem pernapasan dan sirkulasi tubuh membangun stamina dan sejalan dengan sistem kekebalan yang berkembang, menjadikan anak lebih sehat dari sebelumnya. Piaget dalam Papalia, Olds, Feldman, 2009, menggambarkan masa anak-anak awal 3-6 tahun sebagai tahap praoperasional dari perkembangan kognitif karena pada usia ini anak belum siap untuk melakukan operasi mental yang logis. Pada tahap ini ditandai dengan adanya perubahan yang besar dalam penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan representasi. Anak mengalami kemajuan kognitif pada penggunaan simbol-simbol, pemahaman identitas, pemahaman sebab-akibat, kemampuan mengklasifikasikan, pemahaman terhadap angka, rasa empati serta pemahaman mengenai pikiran. Namun, pada masa ini anak memiliki kecenderungan untuk fokus terhadap satu aspek dari sebuah situasi dan mengabaikan aspek-aspek lainnya atau yang disebut dengan centration. Anak masih bersifat egosentris, yaitu ketidakmampuan untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain. Anak pada masa anak-anak awal 3-6 tahun, memilih teman bermain dan sahabat yang mirip dengan diri anak dan dengan siapa anak memiliki pengalaman positif sebelumnya. Persepsi diri positif atau negatif anak pada usia lima tahun cenderung dapat meramalkan persepsi diri dan fungsi sosial emosional anak. Perkembangan psikososial meliputi konsep diri dan pemahaman emosi yang menjadi lebih kompleks, meningkatnya kemandirian, inisiatif dan kontrol diri, berkembangnya identitas gender, permainan yang lebih imajinatif, elaboratif dan melibatkan orang lain, berkembangnya sifat menolong, agresif dan ketakutan Erikson, dalam Papalia, Olds, Feldman, 2009. Periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak belajar semakin mandiri dan menjaga diri sendiri. Anak juga mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah seperti mengikuti perintah, maupun mengidentifikasi huruf. Anak meluangkan waktu berjam-jam untuk bermain dengan teman-teman sebaya. Anak secara umum dikatakan mengkahiri masa anak-anak awal jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar Hurlock, 1980. Adapun tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh anak pada masa anak-anak awal oleh Havighurst dalam Hurlock, 1980, yaitu belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh, mencapai stabilitas fisiologis, membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial, belajar kontak perasaan dengan orangtua, keluarga, dan orang lain, belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta mengembangkan kata hati. 2 Masa anak-anak tengah Papalia, Olds, dan Feldman 2009 menjelaskan pertumbuhan selama masa anak- anak tengah 6-11 tahun sangat lambat, namun anak menghasilkan perubahan yang mengejutkan dimana pada usia enam tahun masih menjadi anak kecil sedangkan pada usia 11 tahun banyak yang mulai menyerupai orang dewasa. Piaget dalam Papalia, Olds, Feldman, 2009, menjelaskan masa anak-anak tengah 6-11 tahun anak memasuki tahap operasional konkret, yang merupakan kemampuan kognitif menggunakan berbagai operasi mental, seperti penalaran, memecahkan masalah, berpikir konkret, berpikir dengan logis, berpikir lebih fleksibel dan dapat mempertimbangkan banyak aspek dari situasi. Anak mampu mengklasifikasi serta menghubungkan berbagai hal-hal konkret dan membuat kesimpulan logis. Anak memiliki cara berpikir induktif, tidak berpusat pada diri sendiri dan dapat menerima perbedaan antara sudut pandang orang lain dengan sudut pandang diri sendiri. Anak memiliki kekhawatiran yang besar terhadap keutuhan secara fisik, menjadi sangat sensitif terhadap segala sesuatu yang mengancam atau indikasi lain yang menyebabkan cedera secara fisik. Anak menilai diri lebih sadar, realistis, seimbang dan komperehensif sebagaimana membentuk sistem representasional yaitu konsep diri yang luas dan inklusif yang mengintegrasikan berbagai aspek diri. Erikson dalam Papalia, Olds, Feldman, 2009, menyatakan bahwa faktor penentu utama harga diri anak pada masa anak-anak tengah 6-11 tahun adalah pandangan mengenai kemampuan untuk pekerjaan yang produktif. Persoalan yang diselesaikan pada masa anak-anak tengah adalah industry vs inferiority, dimana anak harus mempelajari keterampilan produktif yang diperlukan budaya atau anak akan menghadapi perasaan rendah diri. Anak perlu mempelajari berbagai keterampilan yang bernilai didalam masyarakat. Anak membandingkan kemampuan diri yang dimiliki dengan teman-teman sebaya. Pada usia tujuh atau delapan tahun, anak menyadari perasaan sendiri, termasuk perasaan malu dan bangga, serta memiliki ide yang lebih jelas mengenai perbedaan antara rasa bersalah dan malu, dan emosi-emosi ini memengaruhi pendapat mengenai diri anak Harris, dalam Papalia, Olds, Feldman, 2009. Hurlock 1980 menjelaskan bahwa pada usia 6 - 12 tahun anak mulai mengenal katarsis emosional, yaitu menyalurkan emosi-emosi tidak menyenangkan. Meskipun banyak bentuk katarsis yang digunakan seperti menangis, sibuk bermain, atau tertawa terbahak-bahak, anak akan mempelajarinya dari coba-coba dan bukan melalui bimbingan, sehingga sebelum masa anak-anak berakhir sebagian besar anak telah menemukan bentuk katarsis emosional yang memenuhi kebutuhan anak dan membantu anak mengatasi pengendalian emosi seperti yang diharapkan oleh lingkungan atau kelompok sosialnya. Menurut Havighurts dalam Hurlock, 1980, perkembangan anak usia 6 – 12 tahun dipandang sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi, yaitu suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses, yang akan menetap hingga dewasa. Periode ini merupakan periode usia penyesuaian diri, suatu masa dimana perhatian utama tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, oleh karena itu anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam hal penampilan, berbicara dan berperilaku. Anak mengembangkan keterampilan sosial dikelompoknya dengan cara belajar bekerja sama, belajar bersaing, belajar menerima dan melaksanakan tanggung jawab, belajar bersikap sportif, turut berbagi rasa dan belajar berolahraga. Periode ini juga disebut sebagai usia kreatif, suatu masa yang menentukan apakah anak menjadi bersifat meniru atau pencipta karya yang baru dan orisinal. Selain itu, disebut juga usia bermain dilihat dari luasnya minat dan kegiatan bermain. Keberhasilan menyelesaikan tugas dan tanggung jawab meningkatkan kepuasan dan rasa percaya diri. Kondisi kesehatan yang buruk menghalangi anak beraktivitas dengan kelompok sehingga menimbulkan rasa rendah diri dan terbelakang. Papalia, Olds, dan Feldman 2009 menyebutkan bahwa masa anak-anak tengah 6-11 tahun anak secara lazim dapat mengalami enam atau tujuh serangan penyakit flu, selesma atau virus dalam setahun karena pada usia ini bakteri melintas diantara anak- anak di sekolah atau pada saat bermain, dengan demikian pengalaman anak dengan penyakit meningkat begitu pula dengan pemahaman kognitif anak mengenai penyebab kesehatan dan penyakit serta bagaimana orang lain dapat mendukung kesehatan anak. Piaget dalam Papalia, Olds, Feldman, 2009 juga menyebutkan bahwa sebelum masa anak-anak tengah, anak memiliki sifat egosentris. Anak cenderung meyakini bahwa penyakit timbul secara gaib oleh tindakan manusia, sering kali oleh tindakan anak itu sendiri, tetapi seiring berjalannya masa anak-anak tengah, anak mulai mengembangkan pikiran yaitu melihat bahwa terdapat banyak penyebab penyakit, seperti kontak dengan kuman penyakit tidak langsung menyebabkan sakit, dan bahwa manusia dapat berbuat banyak untuk menjaga kesehatannya. Havighurst dalam Hurlock, 1980 menyebutkan beberapa tugas perkembangan yang harus dipenuhi pada masa anak-anak tengah, yaitu belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan seperti bermain sepak bola, loncat tali, berenang, belajar pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai makhluk biologis yang sedang tumbuh, belajar bersahabat dengan anak-anak sebaya, belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya, mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung, mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, mengembangkan kata hati moralitas, mengembangkan skala nilai-nilai terhadap sesuatu, belajar membebaskan ketergantungan diri atau memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi, mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga. Berdasar pada penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak berada pada rentang usia 2-12 tahun yang memiliki tugas perkembangan masing- masing pada ke-tiga ranah perkembangan yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, serta perkembangan sosial.

b. Leukemia Limfoblastik Akut LLA

Dokumen yang terkait

Angka Kejadian Mukositis Oral pada Anak Menderita Leukemia Limfoblastik Akut yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan

4 70 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN LEUKIMIA LIMFOBLASTIK AKUT DI RUANG MELATI II Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Leukimia Limfoblastik Akut Di Ruang Melati II Rumah Sakit Dr. Moewardi.

0 2 16

ASUH Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Leukimia Limfoblastik Akut Di Ruang Melati II Rumah Sakit Dr. Moewardi.

0 3 14

Hubungan Status Nutrisi Awal Dengan Kejadian Demam Neutropenia Pada Pasien Leukemia Limfoblastik Akut Anak Yang Menjalani Kemoterapi Fase Induksi.

0 0 2

Angka Kejadian Mukositis Oral pada Anak Menderita Leukemia Limfoblastik Akut yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 5

Angka Kejadian Mukositis Oral pada Anak Menderita Leukemia Limfoblastik Akut yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 7

Angka Kejadian Mukositis Oral pada Anak Menderita Leukemia Limfoblastik Akut yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 2

Angka Kejadian Mukositis Oral pada Anak Menderita Leukemia Limfoblastik Akut yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 3

MOTIVASI, HAMBATAN DAN STRATEGI ORANGTUA KELUARGA MISKIN DALAM MERAWAT ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (LLA)

0 0 15

Evaluasi DRP (Drug Related Problem) peresepan pengobatan kemoterapi pada pasien leukimia tipe LLA (Leukimia Limfoblastik Akut) pada fase induksi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008 - USD Repository

1 1 118