fisiknya sehingga hal ini dapat memengaruhi perkembangan interaksi sosial dan kemandirian anak James Ashwill, 2007. Perubahan emosi, mulai dari perasaan baik,
euforia sampai depresi dan iritabilitas juga sering terjadi pada anak setelah pemberian terapi steroid Hockenberry Wilson, 2009.
Berdasar pada penjelasan mengenai efek samping terapi pengobatan leukemia limfoblastik akut, maka beberapa efek samping terapi pengobatan leukemia limfoblastik
akut yaitu menurunnya nafsu makan, mual, muntah, myalgia, nyeri tulang dan sendi, kemampuan fisik lebih rendah dari anak normal, pucat, kelelahan, sesak napas, moon
face dan juga alopesia.
B. Perspektif Teoretis
Perspektif teoretis dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi anak yang menderita leukemia limfoblastik akut LLA, yang sedang menjalani terapi pengobatan.
Leukemia limfoblastik akut LLA adalah suatu penyakit yang berakibat fatal, yaitu sel-sel yang dalam keadaan normal berkembang menjadi limfosit berubah menjadi ganas dan dengan
segera akan menggantikan sel-sel normal di dalam sumsum tulang Supandiman, 1997. Terapi pengobatan pada LLA dilakukan dalam jangka waktu yang lama, yaitu sekitar dua
sampai tiga tahun Jones dalam Faozi, 2010. Selain itu, pengobatan anak dengan LLA dilakukan dengan berbagai prosedur terapi, seperti terapi pendukung umum dan terapi khusus
dimana terdiri dari empat tahap terapi pengobatan Hoffbrand Moss, 2011. Pengobatan LLA pada anak menimbulkan berbagai efek samping yang dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak Mia, Ugrasena, Permono, 2006. Anak memiliki tugas perkembangan yang diharapkan dapat dipenuhi selama masa anak-
anak. Anak membutuhkan situasi dan kondisi fisik, psikologis dan sosial yang baik untuk
memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan tugas perkembangan, baik dalam ranah perkembangan fisik, kognitif, maupun psikososialnya Papalia, Olds, Feldman, 2009.
Kondisi anak dengan LLA baik yang dimunculkan oleh gejala klinis maupun prosedur terapi dengan efek sampingnya, dapat memunculkan tekanan pada aspek fisiologis maupun
aspek psikologis anak. Seperti misalnya anak mengalami lemah, pegal, pusing, sakit, nafsu makan menurun, mual, muntah, tidak betah dengan kondisi lingkungan yang kurang
menyenangkan, tidak ada kegiatan, menolak tindakan terapi, takut akan kelumpuhan, sedih karena ingin sekolah, merasa khawatir, aktivitas yang dibatasi, dan juga kondisi tidak
diperbolehkan bermain. Kondisi ini mendorong anak untuk mampu melewati tekanan yaitu dengan melakukan strategi coping. Friedman 1998 mengatakan bahwa strategi coping
merupakan perilaku atau proses untuk adaptasi dalam menghadapi tekanan atau ancaman. Pada penelitian yang dilakukan oleh Gamayanti 2006, dikatakan bahwa anak yang
memiliki coping yang baik akan meningkatkan kelancaran proses terapi serta memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak setelah sembuh. Didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widianti, Suryani, dan Puspasari 2010, strategi coping positif yang dilakukan oleh anak penderita kanker akan memberikan dampak positif bagi anak seperti anak lebih
mampu bekerjasama selama menjalani terapi pengobatan, sehingga strategi coping positif penting untuk dipertahankan oleh anak. Sedangkan sebaliknya strategi coping negatif
memberikan dampak negatif bagi anak seperti anak cenderung menolak mengonsumsi obat, sehingga strategi coping negatif penting untuk dihilangkan ataupun digantikan dengan strategi
coping positif. Terdapat 22 bentuk strategi coping yang dapat dilakukan oleh anak menurut Lazarus dan
Folkman 1984, Skinner et al dalam Sarafino Smith, 2011 dan Carver, Scheier, dan Weintraub 1898, yaitu planful problem solving termasuk didalamnya information seeking,
restraint coping, assistance seeking, accepting responsibility, avoidance, self-control, positive reappraisal termasuk didalamnya reinterpretation, seeking meaning, distancing, humor,
emotional approach termasuk didalamnya confrontive assertion, discharge, venting, worry, instrusive thoughts, behavioral disengagement, increased activity termasuk didalamnya
physical exercise, direct action, self critism, logical analysis, wishful thinking, hiding feelings, religion, denial, resigned acceptance, substance use, distraction, suppression of
competing, dan mental disengagement. Pada penelitian ini, akan difokuskan pada anak dengan LLA yang sedang menjalani
terapi pengobatan sehingga dapat dilihat bagaimana gambaran strategi coping yang dilakukan oleh anak.
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
C. Pertanyaan Penelitian