Pengertian Karakter KAJIAN TEORI

11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Karakter

Saat bangsa Indonesia bersepakat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, para bapak pendiri bangsa the founding fathers menyadari bahwa ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi. Pertama, adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun bangsa, dan ketiga adalah membangun karakter Muchlas Samani dan Hariyanto, 2013: 1. Berdasarkan hal ini maka jelas bahwa karakter merupakan suatu hal yang sangat pokok dalam suatu bangsa dan negara. Ciri-ciri bangsa yang berkarakter menurut Soekarno Novan Ardy Wiyani, 2013: 19 antara lain: 1. Kemandirian self-reliance, atau menurut istilah Presiden Soekarno adalah “Berdikari” berdiri di atas kaki sendiri. Dalam konteks aktual saat ini, kemandirian diharapkan terwujud dalam sikap percaya pada kemampuan manusia dan penyelenggara Republik Indonesia dalam mengatasi krisis-krisis yang dihadapinya. 2. Demokrasi democracy, atau kedaulatan rakyat sebagai ganti kolonialisasi. Masyarakat demokratis yang ingin dicapai adalah sebagai pengganti dari masyarakat warisan yang feodalistik. Masyarakat yang mana setiap anggota ikut serta dalam proses politik dan pengambilan keputusan yang berkaitan langsung dengan kepentingan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran. 12 3. Persatuan Nasional national unity, dalam konteks dewasa ini diwujudkan dengan kebutuhan untuk melakukan rekonsiliasi nasional antar berbagai kelompok yang pernah bertikai ataupun terhadap kelompok yang telah mengalami diskriminasi. 4. Martabat Internasional bargaining positions, Indonesia tidak perlu mengorbankan martabat dan kedaulatannya sebagai bangsa yang merdeka untuk mendapatkan prestise, pengakuan, dan wibawa di dunia Internasional. Sikap menentang hegemoni suatu bangsa atas bangsa lainnya adalah sikap yang mendasari ide dasar nation and caracter building. Bung Karno menentang segala bentuk “penghisapan suatu bangsa terhadap bangsa lain”, serta menentang segala bentuk neokolonialisme dan neoimperialisme. Indonesia harus berani mengatakan tidak terhadap tekanan-tekanan politik yang tidak sesuai dengan kepentingan nasional dan rasa keadilan sebagai bangsa merdeka. Thomas Lickona 2013: 50 mengatakan bahwa karakter kita terbentuk dari kebiasaan kita. Kebiasaan kita saat anak-anak biasanya bertahan sampai masa remaja. Orang tua bisa mempengaruhi, baik atau buruk, pembentukan kebiasaan anak-anak mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa aktualisasi karakter dalam bentuk perilaku sebagai hasil perpaduan antara karakter biologis dan hasil hubungan atau interaksi dengan lingkungannya Zubaedi, 2011: 13. Helen G. Douglas dalam Thomas Lickona, 2013: 41 juga mengatakan bahwa karakter sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan 13 bahwa karakter merupakan suatu yang ada pada diri individu yang dapat dipengaruhi oleh keturunan dan dapat dibentuk melalui kebiasaan dan interaksi dengan lingkungan. Kemendiknas mendefinisikan karakter sebagai watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan virtues, yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Sesuai dengan pengertian di atas, karakter menurut Novan Ardy Wiyani 2013: 25 merupakan kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat, serta digunakan sebagai moral dalam hidupnya. Sedangkan Thomas Lickona 2013: 72 mengatakan bahwa karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan, dan melakukan kebaikan – kebiasaan pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan perbuatan. 14 Tiga macam bagian pembentuk karakter Lickona ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Komponen-Komponen Karakter yang Baik Sumber: Thomas Lickona 2013: 74 Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpukan bahwa karakter merupakan sesuatu yang melekat dalam diri seseorang yang terbentuk dari pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Karakter dapat dipengaruhi oleh faktor bawaan, namun dapat dibentuk melalui kebiasaan dan menjadi ciri khas yang membedakan dirinya dengan orang lain. Perasaan Moral 1. Hati nurani 2. Penghargaan diri 3. Empati 4. Menyukai kebaikan 5. Kontrol diri 6. Kerendahan hati Pengetahuan Moral 1. Kesadaran moral 2. Mengetahui nilai-nilai moral 3. Pengambilan perspektif 4. Penalaran moral 5. Pengambilan keputusan Pengetahuan diri Aksi Moral 1. Kompetensi 2. Kemauan 3. Kebiasaan 15

B. Pendidikan Karakter