Gotong Royong dan Kebersamaan Ketertiban

76 berziarah ke makam Sunan Abinawa sebagai ungkapan rasa syukurnya atas doanya yang dikabulkan oleh Allah SWT melalui perantara Sunan Abinawa. Ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dalam tradisi khaul Jum’at Kliwon di makam Sunan Abinawa mengandung pesan bahwa manusia harus selalu ingat kepada Tuhannya dan selalu mensyukuri atas nikmat dan berkah yang diberikan oleh-NYA dengan cara lebih mendekatkan diri kepada-NYA, mentaati peraturan dan menjauhi segala larangannya dan meningkatkan ibadah. Hal ini mengandung wujud dari fungsi pendidikan yaitu wujud ketuhanan.

4.6.1.4 Gotong Royong dan Kebersamaan

Upacara ritual tradisi khaul Jum’at Kliwon di makam Sunan Abinawa merupakan kegiatan keagamaan yang dilakukan secara bersama-sama. Tidak hanya masyarakatnya pendukungnya saja yang terlibat dalam tradisi khaul di makam Sunan Abinawa ini tetapi juga banyak masyarakat sekitarnya yang ikut berpartisipasi dengan tujuan berziarah. Bertahannya tradisi khaul ini sampai sekarang membuktikan bahwa tradisi ini telah diakui keberadannyadan masih dijalankan oleh masyarakat pendukungnya sampai sekarang. Dalam tradisi khaul di makam Sunan Abinawa terdapat nilai-nilai yang mencerminkan cipta, rasa, dan karsa dari masyarakat pendukung tradisi tersebut. Diselenggarakannya tradisi kheul di makam Sunan Abinawa sejak dari jaman nenek moyang dilaksanakan secara gotong royong serta kebersamaan. Menjelang hari upacara tradisi tiba, masyarakat pendukung tradisi sangat antusias menyambutnya. Warga saling bergotong royong membersihkan sepanjang jalan 77 menuju makam dan semua telah ditata rapi. Hal ini dilakukan dengan gotong royong dan kebersamaan agar tercipta rasa saling membutuhkan satu sama lain. Upacara ritual tradisi tidak akan terlaksana jika gotong royong antar warga tidak terjalin. Keterlibatan masyarakat pendukung tradisi sangat dibutuhkan dalam pemeriahan upacara ritual tradisi khaul di makam Sunan Abinawa ini. Hal ini tampak pada pendirian tratag yang nantinya akan digunakan untuk khaul akbar. Dengan kegotong royongan dan kebersamaan antar peziarahjuga mendukung kelancaran upacara ritual tradisi khaul Jum’at Kliwon di makam Sunan Abinawa. Hal ini mengandung fungsi pendidikan yaitu fungsi kegotong royongan.

4.6.1.5 Ketertiban

Setiap upacara tradisional selalu memiliki tujuan, fungsi, dan aturan yang mengikat bagi masyarakat pendukungnya. Hal ini merupakan unsure dari keberadaan suatu tradisi yang masih tetap hidup dan dijalankan dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Ketertiban adalah salah satu unsure pendukung jalannya upacara ritual tradisi dapat berlangsung sesuai urutannya. Sebuah tradisi dapat terus hidup dalam masyarakatnya apabila tradisi tersebut masih memiliki fungsi bagi masyarakat pendukungnya. Adanya tradisi khaul Jum’at Kliwon di makam Sunan Abinawa masih dijalankan oleh masyarakat pendukungnya sampai sekarang di desa Pekuncen kecamatan Pegandon kabupaten Kendal. Ketertiban merupakan factor yang sangat penting demi jalannya upacara ritual tradisi ini. Hal ini dimaksudkan agar para pelaku 78 tradisi atau masyarakat pendukung tradisi dapat mengikuti semua upacara ritual khaul secara teratur, sesuai peraturan dan norma yang berlaku dalam pelaksanaan tradisi tersebut. Para peziarh harus mengikuti dan menjalankan aturan yang berlaku dan terbukti mereka mengikuti semua rangkaian upacara tradisi khaul secara khusyuk dan tertib tanpa ada peraturan yang dilanggar.

4.6.2 Fungsi Tradisi