Fungsi IATA dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
54
a Fungsi untuk perusahaan penerbangan
i. Menyediakan cara untuk memecahkan masalah airline yang
dihadapi perusahaan penerbangan karena perbedaan bahasa, adat istiadat, mata uang.
ii. IATA menyusun rute penerbangan dan mengatur jadwal
iii. IATA mengumpulkan pengalaman dan informasi perusahaan yang
sudah maju dan membagikan kepada perusahaan b
Fungsi untuk pemerintah dan Negara IATA menyiapkan cara untuk menyesuaikan harga dan tarif
internasional, memberikan pengalaman praktis dari perusahaan penerbanganairline, memberikan keyakinan bahwa keselamatan dan
kenyamanan merupakan pelayanan yang diutamakan. c
Fungsi untuk masyarakat Memberikan kepastian adanya standar operasional yang tinggi dimana
pun, memberikan kepastian adanya praktek bisnis yang wajar dari penerbangan yang ditetapkan merupakan adalah tarif yang terjangkau
masyarakat.
F. Pengaturan Tentang Kedaulatan Negara Menurut Konvensi Chicago 1944
Kedaulatan suatu negara di ruang udara di atas wilayah teritorialnya bersifat utuh dan penuh. Ketentuan ini merupakan salah satu tiang pokok hukum
54
Ibid., hal 12
Universitas Sumatera Utara
internasional yang mengatur ruang udara. Ini dinyatakan dalam Pasal 1 Konvensi Chicago 1944 tentang penerbangan sipil internasional yang berbunyi:
The contracting states recognize that every state hs complete and exclusive sovereignty over the airspace above its territory setiap negara yang
terikat pada konvensi menjamin kedaulatan ruang udara yang ada di atas wilayahnya secara penuh dan eksklusif.
Sifat kedaulatan yang utuh dan penuh dari negara di ruang udara
nasionalnya tersebut berbeda, misalnya dengan sifat kedaulatan Negara di laut wilayahnya. Karena sifatnya yang demikian maka di ruang udara nasional tidak
dikenal hak lintas demi pihak asing seperti yang terdapat di laut territorial suatu Negara.
55
Sifat tertutup ruang udara nasional dapat dipahami mengingat udara sebagai media gerak amatlah rawan ditinjau dari segi pertahanan dan keamanan
negara. Pelanggaran wilayah udara adalah suatu keadaan dimana pesawat terbang suatu Negara sipil atau militer memasuki wilayah udara Negara lain tanpa izin
sebelumnya dari negara yang dimasukinya. Hal ini berarti pada dasarnya wilayah udara suatu negara adalah tertutup bagi pesawat-pesawat negara lain.
Penggunaan dan kontrol atas wilayah udaranya tersebut hanya menjadi hak yang utuh dan penuh dari Negara wilayahnya. Berikut beberapa kedaulatan yang
dimiliki oleh negara atas ruang udara di atas wilayahnya menurut perkembanganya mulai yang teraktual sampai yang sudah lama sekali:
56
1. Kedaulatan di ruang udara di atas wilayah Negara sepenunya berlaku
sampai ketinggian tidak terbatas. Konvensi Paris 1919 dan Konvensi Chicago 1944, masing-masing pada Pasal 1 menyatakan berlakunya
kedaulatan atas ruang udaraangkasa sampai ketinggian tidak terbatas.
55
May Rudy, Hukum Internasional 2, Cetakan Pertama, Bandung: Refika, 2002, hal 32
56
Ibid., hal 33
Universitas Sumatera Utara
2. Kedaulatan pada prinsipnya sampai ketinggian tidak terbatas, tetapi dalam
masa damai harus mengizinkan lalu-lintas pesawat-pesawat asing hak lintas damai ruang udara di atas wilayahnya.
3. Sampai ketinggian yang masih ada gaya tarik gravitasi bumi.
4. Kedaulatan di ruang udara terbatas sampai ketinggian pilot penerbang
masih mampu menerbangkan pesawat udara tanpa menggunakan peralatan khusus pakaian khusus, masker, tabung oksigen.
5. Sampai ketinggian terbang yang bisa dicapai oleh pesawat tempur
ketinggian bisa berubah meningkat selaras dengan perkembangan kemajuan teknologi penerbangan.
6. Sampai ketinggian yang bisa dideteksi oleh radar di darat.
7. Sampai ketinggian tertentu yang dihitung berdasar jarak dan jangkauan
tembak artileri dari darat ke darat. 8.
Sampai ketinggian pegunungan tertinggi di Negara yang bersangkutan. 9.
Sampai ketinggian bangunan yang paling tinggi dinegara tersebut. 10.
Bahwa ruang udara bebas untuk lalu lintas pesawat udara Negara lain, tetapi boleh diadakan zona larangan terbang di atas area-area danatau
lokasi-lokasi tertentu pada wilayahnya Negara yang bersangkutan. 11.
Bahwa kedaulatan di ruang udara tidak tegak lurus di atas wilayah territorial daratan dan lautanperairan, tetapi melebar ke atas berbentuk
cerobong asap, karena permukaan bumi adalah bulat bukan datar. 12.
Ada juga pakar-pakar di masa lampau yang menerapkan batas ketinggian tertentu berdasarkan kriteria subjektif pemikiran sendiri.
57
57
Ibid., hal 34
Universitas Sumatera Utara
54
BAB IV PENGATURAN PENERBANGAN SIPIL INTERNASIONAL MENURUT