c. Condition to Fufill With Respect to Aircraft or by Their Operators prinsip
adanya persyaratan tertentu yang harus dipenuhi baik oleh pesawat udara atau pun oleh operatornya
d. International Cooperation and Facilitation prinsip kerjasama dan
penyediaan fasilitas internasional Dengan adanya konvesi Chicago 1944, yang merupakan kelanjutan dari
konvensi Paris 1919 membuat suatu kesadaran baru dan semangat kerjasama internasional bagi negara-negara maju dengan hasil :
1. The Interim Agreement on International Civil Aviation persetujuan
sementara tentang penerbangan sipil internasional. 2.
The Main Chicago Convetion on International Civil Aviation dengan berlakunya konvensi Chicago ini, Interim Agreement tidak berlaku lagi.
3. The International Air Service Transit “2 freedom Agreement”
persetujuan international tentang pelayanan transit udara yang mana 2 dua kebebasan tersebut adalah:
a. Transit yang berarti hanya lewat dan tidak turun
b. Transit yang berarti turun tetapi bukan untuk tujuan tertentu, tetapi
hanya untuk mengisi bahan baker, membersihkan pesawat.
14
2. Pelaksanaan Hukum Udara Internasional
Kedaulatan suatu negara di ruang atas wilayah teritorialnya bersifat utuh dan penuh. Ketentuan ini merupakan masalah satu tiang pokok hukum
14
Ibid, hal. 25-32
Universitas Sumatera Utara
internasional yang mengatur ruang udara. Ini dinyatakan dalam Pasal I konvensi Chicago 1944 tentang penerbangan sipil internasional.
15
Sifat tertutup ruang udara nasional dapat dipahami mengingat udara sebagai media gerak amatlah rawan ditinjau dari segi pertahanan dan keamanan
negara kolong. Sifat kedaulatan yang utuh dan penuh dari negara di ruang udara
nasionalanya tersebut berbeda, misalnya dengan sifat kedaulatan negara di laut wilayahnya. Karena sifatnya yang demikian maka di ruang udara nasional tidak
dikenal hak lintas demi pihak asing seperti terdapat di laut territorial suatu negara.
16
Ruang udara nasional suatu negara sepenuhnya tertutup bagi pesawat udara asing baik militer maupun sipil. Hanya dengan izin negara kolong terlebih
dahulu baik melalui perjanjian bilateral ataupun multilateral, maka ruang udara nasional dapat dilalui pesawat udara asing. Sifat tertutup ruang udara masional
1. Sipil Pelanggaran wilayah udara adalah suatu keadaan, dimana pesawat terbang
suatu negara sipil memasuki wilayah udara negara lain tampa izin sebelumnya dari negara yang dimasukinya. Hal ini berarti pada dasarnya wilayah udara suatu
negara adalah tertutup bagi pesawat-pesawat negara lain. Penggunaan dan kontrol atas wilayah udaranya tersebut hanya menjadi hak yang utuh dan penuh dari
negaranya. 2. Militer
15
Pasal I konvesi Chicago 1944 : Bahwa setiap negara berkedaulatan penuh dan eksklusif atas ruang udara diatasnya
16
T. May Rudy, Op.Cit, hal. 32
Universitas Sumatera Utara
dapat dipahami mengingat udara sebagai media gerak amatlah rawan bila ditinjau dari segi pertahanan dan keamanan
Hal ini pulalah yang mendorong setiap negara menggunakan standar penjagaan ruang udara wilayahnya secara ketat dan kaku, pelanggaran wilayah
udara nasional sering kali ditindak dengan kekerasan senjata. Dari satu sisi penindakan tersebut dapat dibenarkan karena negara penuh dan utuh dalam kasus-
kasus demikian. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya mengalami kemajuan, khususnya dalam menghadapi pelanggaran wilayah udaranya oleh pesawat sipil
asing. Atas pertanyaan asas dan norma hukum yang menuju pada pembatasan
tindakan, akhirnya secara tegas dinyatakan bahwa asas pertimbangan kemanusiaan yang mendasar Elementary Consideration of Humanity sebagai
asas yang harus melandasi tindakan negara-nagara kolong dalam menghadapi pelanggaran wilayah udaranya oleh pesawat udara sipil asing.
17
D. Open Sky Policy Kebijakan Udara Terbuka