dapat dipahami mengingat udara sebagai media gerak amatlah rawan bila ditinjau dari segi pertahanan dan keamanan
Hal ini pulalah yang mendorong setiap negara menggunakan standar penjagaan ruang udara wilayahnya secara ketat dan kaku, pelanggaran wilayah
udara nasional sering kali ditindak dengan kekerasan senjata. Dari satu sisi penindakan tersebut dapat dibenarkan karena negara penuh dan utuh dalam kasus-
kasus demikian. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya mengalami kemajuan, khususnya dalam menghadapi pelanggaran wilayah udaranya oleh pesawat sipil
asing. Atas pertanyaan asas dan norma hukum yang menuju pada pembatasan
tindakan, akhirnya secara tegas dinyatakan bahwa asas pertimbangan kemanusiaan yang mendasar Elementary Consideration of Humanity sebagai
asas yang harus melandasi tindakan negara-nagara kolong dalam menghadapi pelanggaran wilayah udaranya oleh pesawat udara sipil asing.
17
D. Open Sky Policy Kebijakan Udara Terbuka
1. Pengertian Open Sky Policy OSP
Open sky policy pada awalnya digulirkan oleh Amerika Seraikat AS dalam kompetisinya menghadapi Eropa; namun didalam perjalanannya, ternyata
negara-negara di Eropa, khususnya Eropa barat, sepakat untuk menjadi suatu uni Eropa yang bersatu European Union. Pada berbagai negara, open sky policy ini
dapat mempumyai arti dan bisa diartikan berbeda, dengan demikian cara menyingkapinyapun akan berbeda pula. Negara-negara dengan ruang udara yang
17
Ibid, hal. 37.
Universitas Sumatera Utara
luas seperti halnya Indonesia, tentu akan sangat berbeda dengan Singapura dalam mengartikan open sky policy, serta cara menyingkapinya. Namun demikian,
beberapa hal penting yang patut dilakukan adalah bahwa a.
Open sky policy, baik dari sisi bilateral ataupun multilateral, harus dilihat dari kacamata national interest, dan
b. Di penuhinya tuntutan standarisasi yang berlaku secara internasional serta
harmonisasinya.
18
Di Indonesia, open sky policy akan benar-benar dilakukan pada tahun 2008, itu menyangkup segala semua kebijakan yang tertera. Hal-hal pokok dalam
menjajaki kerjasama open sky policy diantaranya menyangkut rute penerbangan, hak-hak angkut, kerjasama perusahaan penerbangan, pelayanan intermoda, dan
ground handling. Selain itu sesasama operator bebas bersaing secara sehat dengan memperhatikan perarturan dan ketentuan yang berlaku. Perjanjian open sky policy
di Indonesia akan diberlakukan secara bertahap, bukan full open sky policy. Sebagai misal, untuk angkutan penumpangan hanya pada sampai hak angkut ke
lima, yakni hak perusahaan angkutan udara untuk menaikan dan menurunkan penumpang, barang, pos dari atau ke negara mitra ke atau negara ketiga dan
sebaliknya. Open sky policy yang diberlakukan di Indonesia diharapkan memunculkan efek berantai terutama pada sektor perdagangan dan pariwisata.
Kerjasama udara dengan negara lain tidak terlepas dari prasyarat faktor keamanan bandar udara. Karena itu, pemerintah menekankan kepada pengelola
bandara untuk lebih meningkatkan keamanan dan keselamatan penerbangan di
18
Fadli Soesilo, “system transpotasi udara di Indonesia : kondisi terkini, tantangan, dan peluang dimasa depan” dalam
http:komputasi.inn.bppt.go.idsemiloka06Fadli_Soesilo.pdf ,
diakses 19 January 2014.
Universitas Sumatera Utara
bandara.
19
Selain keamanan bandara pun, akuntan kargo harus bersiap menghadapi open sky policy diantara lain meliputi penambahan tonase angkutan
udara khusus kargo meningkat dari 100 ton per minggu menjadi 250 ton antar negara Asean, adanya penambahan rute domestic maupun internasional, dan
perubahan tarif. Hal tersebut sekaligus sebagai upaya mendukung industri angkutan udara kargo, sebab kargo tidak bisa lepas dari industri.
20
Open sky policy yang berlaku di Indonesia sedang dijalankan, sehingga pemerintah Indonesia akan menandatangani kesepakatan open sky ini untuk 13
kota di daerah perbatasan dengan pemerintah Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina.
21
Open sky policy yang berlaku di Asean mulai 2008 dan secara global pada 2010 merupakan sebuah hal yang tidak bisa dicegah, intermoda pada akhirnya
pasti menuju ke arah itu. Dan industri penerbangan nasional mesti siap Jika sesuai kesepakatan yang ada antara negara-negara Asean, 2008
nanti akan diberlakukan open sky policy yang berdampak pada terbukanya Indonesia terhadap perusahaan penerbangan asing. Seiring semakin dekatnya
jadwal tersebut, beberapa perusahaan penerbangan asing sudah ada yang menanamkan sahamnya di perusahaan penerbangan nasional.
Berbagai persoalan menghinggapi airlines nasional dalam dua tahun terakhir ini. Terdapat berbagai masalah yang timbul seiring makin banyak
bermunculannya perusahaan penerbangan baru sejak dilakukannya relaksasi izin mendirikan perusahaan angkutan udara komersial di Indonesia pada tahun 2000.
19
Pemerintah jajaki open sky dengan Jepang, Harian Kompas, Jakarta 01 September 2004. hal 14.
20
Tranportasi udara : kargo Indonesia mengarah ke open sky, Harian Kompas, Surabaya 24 april 2006, hal 2.
21
Kilas ekonomi : open sky di 13 kota, Harian Kompas, Jakarta 08 Desember 2006, hal 18.
Universitas Sumatera Utara
menghadapi kondisi tersebut karena jika tidak akan terasing dalam industri internasional. Industri penerbangan nasional melakukan konsolidasi agar
keuntungan dan peluang yang ada bisa lebih besar dinikmati para pelaku penerbangan nasional. Melihat pertumbuhan penumpang Indonesia yang
diperkirakan mencapai 20 persentahun, tentunya pangsa pasar dalam beberapa tahun ke depan masih akan cukup besar dan perlu kerja keras agar industri
penerbangan nasional bisa lebih besar porsi market sharenya dibandingkan airlines asing yang sebentar lagi akan berlomba-lomba masuk ke Indonesia.
22
Open Sky Policy merupakan persejutuan Langit Terbuka yang mengijinkan angkutan udara untuk membuat keputusan dalam perjalanan udara dengan
kapasitas, penetapan harga, dan secara penuh menjadikan liberal dalam kondisi- kondisi aktivitas penerbangan.
23
Open sky policy OSP bisa bilateral dan multilateral. OSP menyebabkan bertambahnya permintaan untuk jasa
penerbangan internasional dan menciptakan bisnis untuk perusahaan pengangkutan udara.
24
a. Kompetisi pasar bebas
Kebijakan dari open sky tersebut, kebanyakan perjanjian sipil yang meliputi :
b. Harga ditentukan oleh kebutuhan pasar
c. Kesempatan yang adil dan setara untuk berkompetisibersaing
d. Pengaturan kerjasama dalam hal pemasaran
22
Analysis : Kebijakan Open Sky, Ancaman Penerbangan Lokal?, dalam http:www.dephan.go.idmodules.php?name=Newsfile=articlesid=6386
, diakses 27
Desember 2013
23
Open Skies Agreements, dalam http:www.state.goveebrlsothr200622281.htm
. diakses 26 Desember 2013
24
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
e. Ketetapan dalam konsultasi dan penyelesaian perselisihan
f. Pengaturan undang undang yang liberal. “liberal charter arrangement”
g. Keselamatan dan keamanan
h. Hak pilihan ke delapan mengenai muatan saja “all cargo”.
25
2. Tujuan Open Sky Policy OSP