22
BAB II OPEN SKY POLICY SEBAGAI INSTRUMEN HUKUM UDARA
C. Hukum Udara Internasional
1. Sifat dan Tujuan Jenis Hukum Udara Internasional
Ada 4 empat prinsip konvensi Paris 1919 yaitu : a.
Setiap negara mempunyai kedaulatan penuh terhadap ruang udara yang berada diatasnya
b. Berisikan hak lintas damai
c. Larangan terbang melintasi daeraharea tertentu. Dengan alasan tidak
boleh lain dari alasan pertahanan militer atau keselamatan rakyat-rakyat. d.
Membangun kerjasama di antara negara-negara untuk mengamankan penerbangan dan navigasi internasional
e. Mengatur aturan penerbangan, ber-schedule
f. Mengatur aturan penerbangan, un-schedule
Kesimpulan konvensi Paris 1919 : a.
Dalam konvensi Paris 1919, disamping menyetujui prinsi - prinsip umum peraturan navigasi udara internasional dari prinsip satu sampai enam,
juga memuat sebagian besar ketentuan operasi penerbangan internasional khususnya bagi bidang keselamatan penerbangan.
b. Sebagai hasil pemikiran negara-negara pemenang perang dunia I konvensi
bersifat “diskriminatif”. 1
Hal ini dilatar belakangi dengan kekhawatiran akan bangkitnya negara yang kalah perang
Universitas Sumatera Utara
2 Hasil konvensi kebanyakan tentang security approach belum
terpikirkan pada ketentuan penerbangan komersial. Dengan hal konvensi Paris ini tidak berlaku karena beberapa negara kuat
tidak meratifikasinya dan jumlah negara yang meratifikasi tidak memenuhi syarat. Maka diadakanya lanjutan konvensi Paris 1919 terhadap The Chicago Convention
On International Civil Aviation 1944 yang mana konvensi ini merupakan a.
Perjanjian yang menetapkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban diantara
negara-negara peserta.
b. Konstitusi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional
Sebab adanya keyakinan dan niat negara-negara untuk menggunakan pesawat sebagai alat transportasi internasional sehingga terdorong untuk segera
menetapkan prinsip dan kaidah bersama guna dijadikan landasan beroperasinya sistem angkutan udara sipil internasional, dengan pengertian lain demi
keselamatan penerbangan perlu ditetapkan standarisasi internasional yang berkaitan dengan prosedur teknis penerbangan navigasi udara. Dan menegaskan
prinsip kedaulatan yang utuh dan penuh dari negara-negara atas ruang udara di atas wilayah nasional mereka, diusahakan agar dicapai derajat kebebasan tertentu
guna memungkinkan dilangsungkannya jaringan penerbangan sipil internasional secara aman, sehat, dan ekonomis. Hal ini diiringi dengan 4 empat prinsip
konvensi Chicago 1944 yaitu : a.
Airspace Sovereignity prinsip kedaulatan di ruang udara b.
Nationality of Aircraft prinsip kebangsaan dari setiap pesawat udara
Universitas Sumatera Utara
c. Condition to Fufill With Respect to Aircraft or by Their Operators prinsip
adanya persyaratan tertentu yang harus dipenuhi baik oleh pesawat udara atau pun oleh operatornya
d. International Cooperation and Facilitation prinsip kerjasama dan
penyediaan fasilitas internasional Dengan adanya konvesi Chicago 1944, yang merupakan kelanjutan dari
konvensi Paris 1919 membuat suatu kesadaran baru dan semangat kerjasama internasional bagi negara-negara maju dengan hasil :
1. The Interim Agreement on International Civil Aviation persetujuan
sementara tentang penerbangan sipil internasional. 2.
The Main Chicago Convetion on International Civil Aviation dengan berlakunya konvensi Chicago ini, Interim Agreement tidak berlaku lagi.
3. The International Air Service Transit “2 freedom Agreement”
persetujuan international tentang pelayanan transit udara yang mana 2 dua kebebasan tersebut adalah:
a. Transit yang berarti hanya lewat dan tidak turun
b. Transit yang berarti turun tetapi bukan untuk tujuan tertentu, tetapi
hanya untuk mengisi bahan baker, membersihkan pesawat.
14
2. Pelaksanaan Hukum Udara Internasional