Teori Dasar tentang Kedaulatan

35

BAB III PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KEDAULATAN

NEGARA ATAS RUANG ANGKASA DI WILAYAHNYA

D. Teori Dasar tentang Kedaulatan

Pada abad ke-XIX teori-teori perjanjian ditentang oleh teori-teori yang mengatakan bahwa kekuasaan hukum tidak dapat didasarkan atas kemauan bersama-sama dari anggota masyarakat. Tetapi hukum ditaati karena negaralah yang menghendakinya. Hukum adalah kehendak Negara dan Negara itu mempunyai kekuatan machtpower yang tidak terbatas. Teori ini dinamakan “teori kedaulatan negara” theorie van de staatssouvereiniteit. 31 Cirri-ciri kedaulatan mulai terlihat pada rumah tangga. Dari rumah tangga berkembanglah organisasi manusia ke organisasi suku clan dan daerah. Sengaja atau tidak sengaja, kebetulan atau tidak kebetulan, suka atau tidak suka, timbullah secara berangsur-angsur jarak antara yang memegang dan yang menjalankan Tentang teori “kedaulatan” para sarjana belum mencapai kata sepakat, apakah kedaulatan itu merupakan unsur mutlak dari suatu negara atau bukan. Tanpa adanya kedaulatan penuh atau hanya dengan separoh kedaulatan saja, suatu organisasi bangsa telah dapat disebut negara, misalnya negara bagian dari negara federasi, Negara protektorat dan sebagainya. Tetapi tentu saja negara-negara tanpa kedaulatan penuh atau hanya dengan separuh kedaulatan merupakan Negara- negara yang kurang sempurna. 31 Samidjo, Ilmu Negara, Bandung: Armico, 1986, hal 140 Universitas Sumatera Utara pimpinan dengan yang dipimpin. Raja Perancis Louis XIV pernah mengucapkan “L’etat c’est moil” = Negara adalah saya. Kedaulatan negara mengandung absolutism yang menjadi hukum. Di masa aufklarung, kedaulatan kepala negara itu memperoleh segi peri- kemanusian. Raja-raja diantaranya Friedrich the great yang hidup pada tahun 1712-1786 di Prusia mengenai kesejahteraan rakyat, tetapi kedaulatan sepenuhnya masih dipegang raja, semboyan: “segalanya untuk rakyat, tetapi tidak oleh rakyat”. Beberapa faktor yang menyebabkan kedaulatan itu bergeser dari organisasi kepada sang pemimpin organisasi, diantaranya sebagai berikut: 1. Kecakapan, keberanian, kepahlawanan sang pemimpin 2. Pengabdian secara mutlak dari para pembantunya 3. Sikap menerima dan menyerah para pembantunya 4. Mitos kedewaan yang berkembang di sekitar sang pemimpin tersebut Di bawah ini akan dikemukakan beberapa teori kedaulatan yakni : 1. Teori kedaulatan Tuhan Goddelijke Souvereiniteit Teori ini berkembang pada zaman abad pertengahan middle age: abad ke V-XV. Di dunia barat kebanyakan orang pada zaman ini menggangap hukum itu adalah kemauan Tuhan. Tinjauan tentang hukum itu dicampurbaurkan dengan kepercayaan dan agama. Ketika orang membentangkan beberapa teori tentang legitimasi mendasarkan kekuasaan hukum, maka dengan sendirinya teori-teori itu didasarkan atas kepercayaan dan agama. Universitas Sumatera Utara Teori yang mendasarkan berlakunya hukum atas kehendak Tuhan dinamakan teori teokrasi theocratishe, theorien; theos = Tuhan; kratein = memerintah. Teori ini mengajarkan bahwa pemerintahNegara memperolah kekuasaan tertinggi itu dari Tuhan. Para penganjur teori ini berpendapat, bahwa dunia beserta segala isinya adalah hasil ciptaan Tuhan. Penganjur paham ini antara lain Augusgtinus, Thomas Aquinas dan lain-lain. Kedaulatan yang berasal dari Tuhan itu dipegang oleh raja yang merupakan wakil Tuhan, atau raja itu dianggap Tuhan yang menjelma di dunia ini. Oleh karena itu kekuasaan raja tidak boleh dibantah oleh rakyatnya, karena membantah perintah raja berarti menantag perintah Tuhan. Di dunia Barat, teori teokari itu diterima umum hingga zaman renaissance abad ke-XVI, tetapi walaupun di zaman renaissance dan di zaman sesudah renaissance umumnya orang membantengkan teori yang terlepas dari pengaruh kepercayaan pada Ketuhanan, namun hingga sekarang masih juga ada beberapa golongan yang suka mendasarkan kekuasaan hukum atas kepercayaan pada Ketuhanan. Teori teokrasi ini tidak hanya terdapat di dunia barat, tetapi jug terdapat di benua-benua lain. Misalnya di negeri Jepang, bahwa keturunan Tenno Heika Kaisar Jepang didasarkan atas keturunan Matahari yang didewakan sebagai suatu Ketuhanan Sun Goddes. Tetapi sejak tahun 1945 pendapat ini mulai berubah dan telah ditinggalkan oleh generasi muda. Sejalan dengan perkembangan alam pikiran modern. Orang pada zaman sekarang mencari-cari bukti atas kekuasaan yang didasarkan pada Ketuhanan itu. Maka muncullah teori teokrasi modern. Beberapa penganut teori teokrasi modern ini adalah : Universitas Sumatera Utara c. Friedrich Julius Stahl 1802-1861 dalam bukunya “Die Philophe des Rechts” 32 d. Mr. De Savornin Lohman, dalam bukunya “onze constitutie” Ia mengatakan bahwa Negara itu tidak diadakan oleh “menschilche absicht, son dern durch hogere Fugung. 33 2. Teori kedaultan rakyat Volks souvereiniteit , mengatakan bahwa kekuasaan raja Belanda dilahirkan dengan sendirinya otomatis karena beberapa kejadian tertentu. Menurut teori ini, negara memperoleh kekuasaan dari rakyatnya dan bukan dari Tuhan atau Raja. Teori ini tidak sependapat dengan teori kedaulatan Tuhan, dan mengemukakan kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh teori kedaulatan Tuhan. a. Raja yang seharusnya memerintah rakyat dengan adil, jujur dan baik hati sesuai dengan kehendak sewenang-wenang terhadap rakyat, ingat terhadap pemerintahan Louis XIV b. Apabila kedaulatan raja itu berasal dari Tuhan, memgapakah dalam suatu peperangan antara raja yang satu dengan raja yang lain dapat mengakibatkan kalahnya salah seorang raja. Kenyataan ini menimbulkan keraguan-keraguan yang mendorong kearah timbulnya alam pemikiran baru yang member tempat pada pikiran manusia renaissance. Alam pemikiran baru ini dalam bidang kenegaraan melahirkan suatu paham baru, yaitu teori kedaulatan rakyat. Paham inilah yang merupakan reaksi terhadap teori kedaulatan Tuhan dan teori kedaulatan raja dan kemudian 32 Ibid 33 Ibid Universitas Sumatera Utara menjelma dalam revolusi Perancis, sehingga kemudian dapat menguasai seluruh dunia sekarang. 34 3. Teori kedaulatan negara staats souvereiniteit Teori ini, Negara dianggap sebagai satu kesatuan ideal yang paling sempurna. Negara adalah satu hal yang tertinggi, yang merupakan sumber dari segala kekuasaan, jadi negaralah sumber kedaulatan dalam negara. Dalam praktek, kekuasaan negara itu, dipegang oleh para penguasa saja, sehingga menimbulkan Negara kekuasaan misalnya Jerman di bawah Adolf Hitler. Teori kedaulatan Negara tersebut lahir pada bagian kedua abad ke XIX dan ada beberapa ahli hukum yang menganut teori kedaulatan Negara ini, diantaranya adalah Paul Laband, yang merupakan pencetus paham pertama dari perkembangan teori Positivisme atau merupakan tumbuhnya aliran Deustche Publisizten, dalam buku Dus Staatscecht des Deutchen Reichs. 35 4. Teori kedaulatan hukum Sekitar tahun 1900 teori kedaulatan negara Hans Kelsen mendapat tantangan dari beberapa pihak, antara lain dari seorang guru besar pada Universitas Leiden yang bernama Huge Krabbe 1875-1936 dan bukunya yang terkenal “Algemence Staatsleer”. Menurut Huge Krabbe, hukum itu ada, karena tiap-tiap orang mempunyai perasaan bagaimana seharusnya hukum itu. Hanya kaidah yang timbul dari perasaan hukum seseorang mempunyai kekuasaan gezag. Teori ini dinamakan teori kedaulatan hukum theorie van de rechtssouvereiniteit. 34 Ibid., hal 146 35 Ibid. Universitas Sumatera Utara Jadi hukum merupakan sumber kedaulatan. Kesadaran hukum inilah yang membedakan mana yang adil dan mana yag tidak adil. Mengenai hukum, Krabbe mengatakan 36 Bahwa syarat-syarat untuk menjadi suatu negara adalah adanya wilayah, rakyat, pemerintahan dan pengkuan dari negara lain. Keempat syarat tersebut harus dipenuhi untuk berdirinya suatu negara. Jika salah satu syarat saja tidak ”Aldus moet ook van het recht de heer schappij gezocht worden in de reactic van het rechtsgevoel, en light dus zijn gezag nit buiten maar in den mensch” artinya:” demikian juga halnya dengan kekuasaan hukum yang harus kami cari dalam reaksi perasaan hukum. Jadi, kekuasaan hukum itu tidak terletak diluar manusia, tetapi terletak di dalam manusia” Negara merupakan pribadi terpenting dalam hukum internasional par excellence. Hukum internasional pada dasarnya merupakan produk dari hubungan antara Negara-negara baik melalui praktek yang membentuk hukum internasional atau melalui kesepakatan perjanjian internasional negara-negara itu sendiri. Status dan peran suatu negara dalam dunia internasional merupakan hal yang utama. Dalam menjalin hubungan internasional dengan beberapa negara yang ada di dunia status negara sangat diperlukan apakah negara tersebut merupakan negara yang berdaulat, negara boneka atau masih menjadi negara bagian dari suatu negara lain. Status negara yang berdaulat memberikan kebebasan dalam menentukan kehidupan rumah tangga negara tersebut tanpa campur tangan dari Negara lain demi tercapainya kehidupan rakyat yang damai dan sejahtera. 36 Ibid., hal 151 Universitas Sumatera Utara terpenuhi, maka negara tersebut tidak dapat dikatakan suatu negara yang berdaulat. Sebagai contoh Taiwan yang sudah memiliki wilayah, rakyat dan pemerinthan meskipun pemerintahan yang ada adalah pemerintahan darurat, namun pengakuan negara lain terhadap Taiwan masih sedikit yaitu hanya 25 negara kecil yang tidak memiliki pengaruh yang besar dalam dunia internasional. Adanya keinginan rakyat dari negara tersebut untuk menjadikan negaranya sebagai negara yang berdaulat bukan menjadi jaminan berdirinya suatu negara dalam dunia internasional. Harus ada pengakuan dari Negara lain dan organisasi yang memegang peran penting dalam hubungan internasional seperti PBB karena pengakuan ini akan mempengaruhi dapat tidaknya negara tersebut dalam menjalin hubungan internasional dengan bekerjasama dengan negara lain untuk meningkatkan kehidupan dalam bekerjasama dengan negara lain untuk meningkatkan kehidupan dalam negara tersebut. Pengaruh negara maju terhadap Negara berkembang dalam menentukan kebijakan dalam negeri dan luar negeri merupakan bentuk investasi yang tersirat terhadap negara tersebut. Negara merupakan perwujudan kehidupan bersama masyarakat yang memiliki persamaan nasib dan sejarah dalam suatu daerah tertentu. Negara merupakan suatu organisasi yang terstruktur untuk mencapai tujuan kehidupan Negara tersebut. Berdirinya suatu negara untuk menjadi negara yang berdaulat dapat melalui negara bekas kolonialisasi menjadi negara yang merdeka, perpecahan dari suatu negara, penggabungan beberapa negara menjadi suatu Negara baru atau penggunaan kekerasaan untuk menduduki suatu negara. Universitas Sumatera Utara Kedaulatan negara atas wilayah darat memiliki peran yang sangat penting dalam kedaulatan suatu negara itu sendiri diantaranya atas wilayah laut dan udara. Hal ini dikarenakan wilayah darat sebagai tempat tinggal masyarakat di Negara tersebut sehingga adanya pendayagunan secara maksimal potensi sumber daya alam untuk meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di negara itu. Selain itu juga wilayah darat sangat berpengaruh dalam menjaga pertahanan dan keamanan suatu negara. Kedaulatan negara merupakan pencerminan terhadap jaminan hak asasi manusia dalam menentukan nasib suatu bangsa karena negara diberikan kebebasan dalam menentukan kebijakan untuk mensejahterakan kehidupan rakyat negara itu sendiri. Pengakuan terhadap kedaulatan itu sendiri perlu dan penting bagi suatu negara. Oppenheim berpendapat bahwa pengakuan merupakan suatu pernyataan kemampuan suatu negara baru. 37 Briely pun menyatakan bahwa pemberian pengakuan ini lebih merupakan tindakan politik daripada tindakan hukum. 38 Ia menyatakan bahwa praktek negara-negara tidak beragam dan tidak menunjukkan adanya aturan-aturan hukum dalam masalah pengakuan ini. 39 Setiap warga memiliki kedaulatan territorialnya sendiri-sendiri, kedaulatan territorial sendiri adalah kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara dalam pelaksanaan jurisdiksi eksklusif diwilayahnya. Karena pelaksanan kedaulatan ini 37 Oppenheim Lauterpacht, Internastional Law, Vol I: Peace, Longmans: Edisi ke-8, 1967, hal 148 38 Oscar Svarlien, An Introduction to the law of Nation McGraw-Hill, 1995, hal 99 39 Lauterpacht, Recognition in International Law 1947, Op.Cit., hal, 7 Universitas Sumatera Utara didasarkan pada wilayah, karena itu konsep wilayah mungkin adalah konsep fundamental hukum internasional. 40 1. Kedaulatan teritorial Suatu negara tidak dapat melaksanakan jurisdiksi ekslusifnya ke luar dari wilayahnya yang dapat menggangu kedaulatan wilayah Negara lain. Suatu Negara hanya dapat melaksanakan secara ekslusif dan penuh hanya di dalam wilayahnya saja. Karena itu pula suatu subjek hukum internasional yang tidak mungkin bisa berdiri menjadi suatu negara. Terlepas dari segi kedaulatannya maka wilayah suatu Negara memiliki empat 4 tipe rezim: 2. Wilayah yang tidak berada di bawah kedaulatan negara lain dan yang memiliki status tersendiri. 3. Ras nullius, yaitu wilayah yang tidak memiliki berada dalam kedaulatan suatu negara. 4. Ras communis, yaitu wilayah yang secara umum tidak dapat berada di bawah suatu kedaulatan tertentu wilayah bersama. 41 Bentuk vital dari kedaulatan adalah adanya jurisdiksi, jurisdiksi sendiri diartikan sebagai kekuasaan atau kompetensi hukum negara terhadap orang, benda atau peristiwa hukum. Jurisdiksi juga merupakan refleksi dari prinsip dasar kedaulatan Negara dan prinsip tidak campur tangan. 42 40 Ibid 41 Ian Brownlie, Principle of Public International law, Oxford University Press, edisi ke- 3, 1979, hal 109 42 Shaw, International Law, London: Butterworths, 1986, hal 342 Jurisdiksi dapat lahir karena adanya tindakan : Universitas Sumatera Utara c. Legislatif, yaitu kekuasaan pengadilan untuk menetapkan membut peraturan atau keputusan-keputusan d. Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk memaksa agar orang benda atau peristiwa menaati peraturan hukum yang berlaku. e. Yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mengadili orang berdasarkan atas suatu peristiwa. 43 Meskipun juridiksi berkaitan erat dengan wilayah, namun keterkaitan ini tidaklah mutlak sifatnya. Negara-negara lain pun dapat mempunyai juridiksi untuk mengadili suatu tindakan pidana meskipun tindak pidana ini dilakukan di luar negerinya. Di samping itu pula, beberpa orang subjek hukum tertentu, benda atau peristiwa tertentu kebal terhadap juridiksi territorial wilayah suatu negara meskipun mereka berada di dalam negara tersebut. Dalam prakteknya, jurisdiksi dapat dibedakan antara jurisdiksi perdata dan jurisdiksi pidana. Jurisdiksi perdata adalah kewenangan hukum pengadilan suatu Negara terhadap perkara-perkara yang menyangkut keperdatan baik yang sifatnya nasional yaitu apabila pihak atau objek perkaranya melalu menyangkut nasional, maupun yang bersifat internasional perdata internasional yaitu apabila pihak atau objek perkaranya menyangkut unsur asing. Jurisdiksi pidana adalah kewenangan hukum pengadilan suatu negara terhadap perkara-perkara yang menyangkut kepidanaan, baik yang tersangkut didalamnya unsur asing maupun nasional. 43 Ibid. Universitas Sumatera Utara Sepanjang menyangkut perkara-perkara pidana, jurisdiksi yang dimiliki oleh suatu negara dapat berupa bentuk-bentuk berikut : a. Prinsip territorial, menurut prinsip ini setia negara mempunyai jurisdiksi terhadap kejahatan-kejahata yang dilakukan di dalam wilayahnya territorial. Prinsip ini adalah prinsip yang paling penting dan mapan dalam membicarakan masalah jurisdiksi dalam hukum internasional. 44 It is essential attribute of the sovereignty, of this realm as of all sovereign independent states, that it should posses jurisdiction over all persons and things within its territorial limits and in causes civil and criminal arising within these limits. Menurut Hakim Lord McMillan, suatu Negara harus memiliki yurisidiksi terhadap semua orang, benda dan perkara-perkara pidana dan perdata dalam batas-batas territorialnya sebagai pertanda negara tersebut berdaulat. Pernyataan beliau berbunyi: 45 b. Prinsip personal nasionalitas Menurut juridiksi dengan prinsip personal, suatu negara dapat mengadili warga negaranya terhadap kejahatan-kejahatan yang dilakukannya di manapun juga. Ketentuan ini telah diterima secara universal. Negara- negara continental menerapkan prinsip ini secara luas, artinya yaitu bahwa suatu Negara memiliki jurisdiksi terhadap setiap bentuk kejahatan yang 44 Dickinson, Introductory comment to the Harvard Reseacrh Draft Convention on jurisdiction with respect to crime 1935 courtesy of westlaw journal USU : 29 A.J.I.L. Supp 44 1935 sebagaimana dikutip D.J. Harris, Cases and Materialas on International law., edisi ke-3, 1983 hal 210 45 J.G. Starke, Introduction to international, London: Butterworths, edisi ke-9, 1984, hal 194 Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh warga negaranya. Sedangkan negara dengan sistem common law cenderung untuk membatasi jurisdiksinya terhadap kejahatan-kejahatan yang sangat serius, seperti penghianatan kepada Negara, pembunuhan, atau bigamy beristri dua yang dilakukan calon warganya diluar negeri. Meskipun adaya perbedaan penerapan antara kedua system itu tadi, namun demikian Negara-negara dengan common law tidak pernah memprotes tindakan-tindakan penerapan jurisdiksi oleh Negara-negara lainnya yang menerapkan jurisdiksi dengan prinsip nasionalisasi ini secara luas. 46 c. Prinsip perlindungan Yurisdiksi dengan prinsip perlindungan suatu Negara dapat melaksanakan jurisdiksinya terhadap warga Negara asing yang melakukan kejahatan di luar negeri yang diduga dapat mengancam kepentingan keamanan, integritas dan kemerdekaanya. d. Prinsip universal Prinsip ini setiap warga negara mempunyai yurisdiksi untuk mengadili tindak kejahatan tertentu. Prinsip ini diterima secara umum karena tindak kejahatan tersebut dianggap sebagai tindakan yang mengancam masyarakat internasional secara keseluruhan. N.A. Maryan Green, berpendapat bahwa terhadap kejahatan-kejahatan seperti selain memiliki 46 Greig, D.W. International Law, London: Butterworths, edisi ke-2, 1976, hal 214. Universitas Sumatera Utara jurisdiksi Negara pun memiliki hak, bahkan berkewajiban untuk menghukumnya. 47 e. Prinsip jurisdiksi yang berkenaan dengan pengguanan pesawat udara. Masalah jurisdiksi Negara terhadap tindak pidana atau kejahatan yang dilakukan berkenaan dengan pesawat udara telah menarik perhatian hukum internasional untuk mengaturnya.

E. Pengaturan Penerbangan Sipil Menurut International civil aviation