Kondisi sosial ekonomi keluarga

76 1 .766 a .587 .571 Sumber: Hasil Analisis Peneliti, Tahun 2010 Pada Tabel 4.38 diketahui bahwa koefisien determinasi Adjusted R Square sebesar 0.571 atau 57,1. Hal ini berarti bahwa besarnya pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y sebesar 57,1 dan sisanya sebesar 42,9, dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.

B. Pembahasan

Buruh tani merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat yang umumnya ada pada masyarakat pedesaan. Sebagai buruh tani tidak selalu mendapatkan pekerjaan setiap harinya karena tergantung pada pemilik sawah yang membutuhkan bantuannya. Oleh karena itu, pendapatan yang diperoleh olehnya tidak menentu, sehingga kebanyakan dari mereka yang memiliki pekerjaan sampingan seperti kuli bangunan, tukang becak, ataupun menjadi makelar. Sebagai buruh tanipun sering dipengaruhi oleh musim, karena biasanya tenaganya huruh tanianya dibutuhkan pada musim tanam oleh para pemilik sawah. Dalam perlapisan sosial pada masyarakat pedesaan yang orientasinya kepemilikan tanah, buruh tani dianggap sebagai lapisan terendah. Hal tersebut di karenakan sebagai buruh tani tidak memiliki sawah sebagai tempat usaha sebagai petani.

1. Kondisi sosial ekonomi keluarga

Dalam penelitian ini, kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani ditinjau dari tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, 77 kekayaan, dan jenis tempat tinggal. Secara umum, sebagian besar 69,1 masyarakat buruh tani di Kecamatan Brebes tergolong masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi sedang. Kondisi sosial ekonomi tersebut telah menunjukan masyarakat buruh tani telah dapat memenuhi kebutuhan pokok dan bisa telah menyekolahkan anaknya di SMP. Kondisi sosial ekonomi keluarga dalam hasil penelitian ini lebih rendah apabila dibandingkan dengan penelitian lain yang relevan, seperti pada penelitian Maftukhah tahun 2007 yaitu sebesar 54 responden merupakan keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang tergolong baik, dan pada penelitian Zenitha tahun 2008 sebesar 50,5 responden merupakan keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang tergolong sangat baik. Dalam hal pendidikan, sebagian besar kepala rumah tangga memiliki pendidikan hingga SMP dengan persentase mencapai 44, sedangkan sebesar 63 pendidikan ibu rumah tangga adalah lulusan SD. Persentase terendah yaitu sebanyak 4 pendidikan ayah hingga SMA sederajat dan sebesar 4. pendidikan ibu yang memiliki pendidikan hingga SMA sederajat. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar buruh tani telah sadar tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka sehingga dapat menyekolahkan anak hingga SMP dan SMA. Pada pendapatan keluarga, sebanyak 38 kaum buruh tani laki-laki di Kecamatan Brebes mendapatkan penghasilan berkisar antara Rp 350.000 - Rp 525.000 perbulan. Sedangkat pendapatan sampingannya, sebanyak 40 memiliki penghasilan yang sama dengan penghasilan 78 pokok mereka. Pada kaum buruh tani perempuan, sebanyak 39 mereka memperolah penghasilan pokok sebagai buruh tani sebesar Rp 350.000 - Rp 525.000 perbulan, sedangkan pendapatan sampingannya sebesar 61 mereka memiliki pendapatan sampingan dibawah Rp 350.000 perbulan. Pendapatan tersebut berasal dari pekerjaan harian mereka yaitu buruh tani baik buruh harian maupun dengan bagi hasil ketika panen dengan pemilik sawah dan pemilik modal. Sedangkan pada pendapatan sampingan para buruh tani berasal dari sektor non pertanian, seperti menjadi tukang becak maupun menjual jasa lainnya. Pendapatan yang dapat diperoleh oleh mereka dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok, biaya sekolah dan kebutuhan lainnya. Sebanyak 35 para buruh tani memiliki pengeluaran untuk kebutuhan pokok adalah kurang dari Rp 350.000, dan sebanyak 38 yang memiliki pengeluaran untuk biaya sekolah anaknya sebesar Rp 100.000 - Rp 150.000 perbulannya. Dalam pengeluaran biaya sekolah tersebut digunakan untuk pembelian fasilitas belajar anak seperti buku, pulpen, dan lainnya. Kekayaan yang dimiliki keluarga buruh tani sebagian besar berupa barang elektronik dan kendaraan. Orientasi kepemilikan barang tersebut adalah nilai ekonomis dan juga bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari- hari. Alasan mereka untuk memiliki barang-barang tersebut adalah karena barang tersebut dapat diperjualbelikan pada saat mereka membutuhkan dana besar, dan juga dapat di gunakan untuk hiburan maupun alat yang meringankan aktivitas mereka sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian, 79 sebesar 63 keluarga buruh tani yang memiliki barang-barang elektronik seperti televisi dan radio dan hanya 5 buruh tani yang tidak memiliki barang elektronik. Sedangkan sebesar 57 keluarga buruh tani yang telah memiliki kendaraan berupa sepeda motor dan sepeda dan yang tidak memiliki kendaraan hanya sebesat 7 dari keseluruhan responden. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar buruh tani telah memiliki kendaraan bermotor sebagai alat transportasi modern dan juga sebagai simpanan yang dapat dijual sewaktu-waktu bila diperlukan. Jenis tempat tinggal akan berpengaruh terhadap kenyamanan belajar di rumah. Dalam penelitian ini diketahui sebesar 61 jenis tempat tinggal buruh tani merupakan jenis tempat tinggal yang permanen. Sedangkan sebesar 59 telah memiliki sarana MCK seperti sumur, kamar mandi, dan toilet. Tempat tinggal yang baik merupakan tempat tinggal dengan jenis bangunan yang permanen dan juga telah dilengkapi dengan saran MCK seperti kamar mandi, sumur, dan toilet. Oleh karena itu tempat tinggal yang dimiliki para buruh tani tersebut tergolong baik. Tempat tinggal yang baik akan mempengaruhi proses belajar yaitu kenyamanan dalam belajar dan juga bisa mempengaruhi kesehatan anak yang berpengaruh pula terhadap kesehatan sebagai persiapan untuk belajar.

2. Hasil belajar