Kondisi Sosial Ekonomi Hasil Penenlitian

55

2. Kondisi Sosial Ekonomi

Buruh tani di Kecamatan Brebes sebagian besar merupakan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi yang tergolong sedang dengan persentase sebesar 69,, sebesar 24,3 merupakan buruh tani dengan kondisi sosial ekonomi kategori baik dan sisanya sebesar 9 responden dengan kondisi sosial ekonomi rendah lihat Tabel 4.21. Tabel 4.21 Kondisi Sosial Ekonomi No Kriteria Frekuensi Jumlah Persentas e SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI 1 Sangat Baik 0 0,0 2 Baik 25 4 4 33 24,3 3 Sedang 42 29 23 94 69,1 4 Rendah 1 6 2 9 6,6 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Dalam penelitian ini, yang diteliti adalah kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani yang meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, kekayaan, dam jenis tempat tinggal. a. Pendidikan Formal Ayah Tabel 4.22 Pendidikan Formal Ayah No Pendidikan Ayah Frekuensi Jumlah Persentase SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI 1 SMA sederajat 3 1 2 6 4 2 SMP sederajat 27 18 15 60 44 3 SD sederajat 31 14 11 56 41 4 Tidak sekolah 7 6 1 14 11 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 56 Berdasarkan Tabel 4.22 tersebut, dapat diketahui bahwa 44 buruh tani memiliki pendidikan formal ayah sampai tingkat SMP sederajat. Sebanyak 41 buruh tani lainnya memiliki pendidikan hingga SD sederajat, 11 para buruh tani yang tidak pernah sekolah dan sisanya sebesar 4 buruh tani yang memiliki pendidikan formal hingga SMA sederajat. Di SMPN 3 Brebes, pendidikan ayah di keluarga buruh tani sebagian besar adalah lulusan SD yaitu sebanyak 31 buruh tani dan yang terendah yaitu sebanyak 3 responden memiliki pendidikan hingga SMA. Di SMPN 7 Brebes, sebagian besar atau sebanyak 18 responden memiliki pendidikan hingga lulusan SMP, dan 14 responden yang memiliki pendidikan hingga SD, 6 responden tidak sekolah, dan sisanya sebanyak 1 responden hingga lulusan SMA. Sebaliknya, di SMP PGRI pendidikan ayah yang terbanyak adalah lulusan SMP dengan jumlah 15 responden, dan paling sedikit adalah orang tua yang tidak sekolah yaitu 1 responden. b. Pendidikan Formal Ibu Sebagian besar 63 pendidikan formal ibu pada keluarga buruh tani hanya sampai SD sederajat, 19 buruh tani dengan pendidikan sampai SMP atau sederajat. Sedangkan sebanyak 14 buruh tani, tidak pernah sekolah, dan sisanya sebanyak 6 orang atau 4 buruh tani memiliki pendidikan hingga SMA atau sederajat. Di SMPN 3 Brebes, jumlah pendidikan ibu terbanyak adalah lulusan SD dengan 47 buruh, dan paling sedikit adalah mereka yang tidak sekolah 57 dengan 6 responden. Di SMPN 7 Brebes, sebagian besar 23 keluarga para ibu rumah tangga di kalangan buruh tani memiliki tingkat pendidikan hingga SD, dan sebagian kecil lainnya adalah lulusan SMP 6 responden dan tidak pernah sekolah 10 responden. Sedangkan di SMP PGRI, sebanyak 15 responden memiliki pendidikan hingga SD dan paling sedikit adalah tidak pernah sekolah yaitu sebanyak 3 responden. Untuk mengetahui pendidikan formal ibu rumah tangga di keluarga buruh tani secara jelas, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.23 Pendidikan Formal Ibu No Pendidikan Ibu Frekuensi Jumlah Persentase SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI 1 SMA sederajat 6 6 4 2 SMP sederajat 15 6 5 26 19 3 SD sederajat 47 23 15 85 63 4 Tidak sekolah 6 10 3 19 14 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber; Hasil Analisis, Tahun 2010 c. Pendapatan Pokok Ayah Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa sebanyak 38 pendapatan kepala rumah tangga pada keluarga buruh tani memiliki rata-rata pendapatan sekitar Rp 350.000 - Rp 525.000 perbulan, 33 responden memiliki rata-rata pendapatan diantara Rp 525.000-Rp700.000 perbulan, 23 buruh yang memiliki rata-rata pendapatan dibawah Rp 350.000 perbulan, dan sebanyak 6 atau sekitar 8 orang yang memiliki rata-rata pendapatan diatas Rp 700.000 perbulan. Diketahui pula bahwa rata - rata pendapatan pokok ayah 58 tertinggi yaitu Rp 700.000, paling banyak ada di SMPN 3 Brebes, yaitu ada 4 buruh, sedangkan yang paling sedikit berada di SMPN 3 Brebes dan SMPN 7 Brebes dimana masing-masing terdapat 2 buruh. Rata-rata pendapatan pokok ayah terendah yaitu Rp 350.000, ada di SMPN 3 Brebes dengan 16 responden, dan paling sedikit ada di SMP PGRI 1 Brebes dengan 4 responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.24 berikut. Tabel 4.24 Pendapatan Pokok Ayah No Pendapatan Pokok Ayah Perbulan Frekuensi Jumlah Persentase SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI 1 Rp 7000.00 4 2 2 8 6 2 Rp 525.00-Rp 700.00 18 14 13 45 33 3 Rp 350.00-Rp 525.000 30 12 10 52 38 4 Rp 350.000 16 11 4 31 23 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 d. Pendapatan Pokok Ibu Pendapatan ibu dapat diketahui bahwa ada sekitar 39 responden memiliki rata-rata pendapatan yang berkisar Rp 350.000 - Rp 525.000 perbulan. Selanjutnya, ada sekitar 36 buruh tani yang memiliki rata-rata pendapatan dibawah Rp 350.000, dan sisanya sebanyak 21 memiliki rata-rata pendapatan sekitar Rp 525.000 – Rp 700.000 perbulan dan 4 yang memiliki rata-rata pendapatan pokok diatas Rp 700.000 perbulan. lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.25 berikut. 59 Tabel 4.25 Pendapatan Pokok Ibu No Pendapatan Pokok Ibu Perbulan Frekuensi Jumlah Perse ntase SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI 1 Rp 700.00 3 1 1 5 4 2 Rp 525.000-Rp 700.00 13 9 7 29 21 3 Rp 350.00-Rp 525.000 24 16 13 53 39 4 Rp 350.000 28 13 8 49 36 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.25 diketahui bahwa di SMPN 3 Brebes jumlah pendapatan yang paling banyak dimiliki oleh para ibu di kalangan buruh tani yaitu sebesar Rp 350.000 perbulan dengan jumlah 28 keluarga, sedangkan di SMPN 7 Brebes dan SMP PGRI yang terbanyak adalah sebesar Rp 350.00-Rp 525.000 perbulan. Di keseluruhan sampel, jumlah buruh terendah yaitu mereka yang memiliki pendapatan Rp 700.00 perbulan. e. Pendapatan Sampingan Ayah Tabel 4.26 Pendapatan Sampingan Ayah No Pendapatan Sampingan Ayah Perbulan Frekuensi Jumlah Persentas e SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI 1 Rp 700.00 2 1 1 4 3 2 Rp 525.000-Rp 700.00 10 7 11 28 21 3 Rp 350.00-Rp 525.000 30 13 12 55 40 4 Rp 350.000 26 18 5 49 36 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 60 Berdasarkan Tabel 4.26 tersebut diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 40 buruh tani memiliki pendapatan memiliki rata-rata pendapatan sampingan sekitar Rp 350.000-Rp 525.000 perbulan, 36 buruh yang memiliki rata-rata pendapatan dibawah Rp 350.000 perbulan, 21 responden yang memiliki rata-rata pendapatan sekitar Rp 525.000-Rp 700.000 perbulan, dan sebanyak 3 buruh memiliki rata-rata pendapatan sampingan diatas Rp 700.000 perbulan. Di SMPN 3 dan SMP PGRI Brebes, jumlah buruh terbanyak adalah mereka yang memiliki pendapatan sampingan yang berkisar Rp 350.00 - Rp 525.000 perbulan, sedangkan di SMPN 7 Brebes adalah sebesar Rp 350.000 perbulan dengan 18 responden. Secara keseluruhan, jumlah responden yang paling sedikit adalah mereka yang memiliki pendapatan sampingan Rp 700.000 perbulan dimana di SMPN 3 Brebes terdapat 2 responden dan masing-masing 1 responden di SMPN 7 dan SMP PGRI Brebes. f. Pendapatan Sampingan ibu Tabel 4.27 Pendapatan Sampingan Ibu No Pendapatan Sampingan Ibu Perbulan Frekuensi Jumlah Persentase SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI 1 Rp 700.00 0 0 0 2 Rp 525.000-Rp 700.00 11 3 3 17 13 3 Rp 350.00-Rp 525.000 25 4 7 36 26 4 Rp 350.000 32 32 19 83 61 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.27 dapat diketahui bahwa di SMPN 3 Brebes, sebanyak 32 buruh tani memiliki pendapatan sampingan Rp 61 350.000 perbulan, sedangan yang paling sedikit yaitu sebanyak 11 responden yang memiliki pendapatan sampingan dari ibu yang berkisar Rp 525.000 - Rp 700.000 perbulan. di SMPN 7 Brebes sebanyak 32 buruh memiliki pendapatan sampingan Rp 350.000 perbulan, dan yang terbanyak adalah mereka yang memiliki pendapatan sampingan yang berkisar Rp 525.000 - Rp 700.000 perbulan dengan 3 buruh. Hal yang sama di SMP PGRI, dimana sebanyak 19 buruh memiliki pendapatan sampingan Rp 3500.000 perbulan dan paling sedikit adalah mereka yang memiliki pendapatan sampingan Rp 525.000-Rp 700.000 perbulan. Secara keseluruhan, rata-rata pendapatan sampingan ibu rumah tangga dibawah Rp 350.000 perbulan yaitu sebanyak 61. Sedangkan paling sedikit 13 rata-rata pendapatan sampingan ibu sekitar Rp 525.000-Rp 700.000 perbulan. g. Pengeluaran Kebutuhan Pokok Tabel 4.28 Pengeluaran Kebutuhan Pokok No Pengeluaran Kebutuhan Pokok Perbulan Frekuensi Jumlah Persent ase SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI 1 Rp 700.00 5 5 10 8 2 Rp 525.00-Rp 700.00 19 10 5 34 25 3 Rp 350.00-Rp 525.000 20 15 9 44 32 4 Rp 350.000 24 14 10 48 35 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Berdasarkan pengeluaran kebutuhan pokok pada Tabel 4.28, sebagian besar 35 keluarga buruh tani mengeluarkan dana sebesar dibawah Rp 350.000 perbulan untuk kebutuhan pokok, buruh tani terbanyak berada di SMPN 3 Brebes yaitu 24 responden dan paling 62 sedikit di SMP PGRI dengan 10 buruh. Sebanyak 32 keluarga buruh tani lainnya memiliki pengeluaran kebutuhan pokok sekitar Rp 350.000 - Rp 525.000 perbulan, dari jumlah tersebut buruh terbanyak ada di SMPN 3 Brebes dengan 20 buruh. Sedangkan, sebagian kecil lainnya atau sebanyak 25 keluarga buruh tani mengeluarkan biaya untuk kebutuhan pokok sebesar Rp 525.000 - Rp 700.000 perbulan, dari jumlah tersebut buruh terbanyak ada di SMPN 3 Brebes dengan 19 buruh dan paling sedikit di SMP PGRI. Sisanya sebanyak 8 keluarga buruh tani memiliki pengeluaran kebutuhan pokok diatas Rp 700.000 perbulan, dimana masing-masing 5 responden berada di SMPN 3 Brebes dan SMP PGRI Brebes. h. Pengeluaran Biaya Sekolah Secara keseluruhan sebanyak 38 responden memiliki rata- rata pengeluaran untuk biaya sekolah sebesar Rp 100.000 - Rp 150.000 perbulan. Sebagian besar lainnya atau sebanyak 29 rata-rata kelurga buruh mengeluarkan biaya untuk sekolah anaknya sebesar Rp 150.000 - Rp 200.000 perbulan dari pendapatan keluarga. Sedangkan sisanya sebanyak 18 rata-rata keluarga buruh tani mengeluarkan biaya untuk sekolah anak dibawah Rp 100.000 perbulan, dan yang paling sedikit atau sebesar 15 keluarga buruh tani memiliki pengeluaran sekolah anak diatas Rp 200.000 perbulan. Lebih jelasnya lihat Tabel 4.29. 63 Tabel 4.29 Pengeluaran Biaya Sekolah No Pengeluaran Biaya Sekolah Perbulan Frekuensi Jumlah Persen tase SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI 1 Rp 200.00 11 5 4 20 15 2 Rp 150.00-Rp 200.00 19 14 7 40 29 3 Rp 100.000-Rp 150.000 29 10 12 51 38 4 Rp 100.000 9 10 6 25 18 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.29 dapat diketahui bahwa sebagian besar 29 responden buruh tani di SMPN 3 Brebes memiliki pengeluaran untuk biaya sekolah anak sekitar Rp 100.000 - Rp 150.000 perbulan dan sebagian kecil diantaranya 9 responden yang memiliki pengeluaran untuk biaya sekolah anaknya di bawah Rp 100.000 perbulan. Sedangkan di SMPN 7 Brebes sebagian besar responden 14 responden memiliki pengeluaran untuk biaya sekolah anak sekitar Rp 150.000-Rp 200.000 perbulan dan paling sedikit 5 responden yang memiliki pengeluaran untuk biaya sekoalah diatas Rp 200.000. Berbeda lagi dengan yang ada di SMP PGRI Brebes, sebagian besar 12 responden memiliki pengeluaran untuk biaya sekolah sekitar Rp 100.000 - Rp 150.000 perbulan dan paling sedikit 4 responden yang memiliki pengeluaran untuk biaya sekolah diatas Rp 200.000 perbulan. i. Kepemilikan Barang Elektronik Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa sebanyak 63 para buruh tani telah memiliki barang elektronik berupa televisi dan radio, 32 yang memiliki barang elektronik berupa televisi, dan sianya sebanyak 5 para buruh tani yang tidak memiliki barang elektronik 64 Tabel 4.30 Kepemilikan Barang Elektronik No Kepemilikan Barang Elektronik Frekuensi Jumlah Persent ase SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI 1 Kulkas, televis,dan radio 0 0 0 2 Televise dan radio 49 17 20 86 63 3 Televisi 18 20 5 43 32 4 Tidak punya 1 2 4 7 5 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.30, dapat kita ketahui bahwa di SMPN 3 Brebes, sebagian besar 49 responden telah memiliki jenis barang elektronik berupa televisi, dan radio, dan hanya 1 responden yang tidak memiliki barang elektronik. Hal senada terjadi di SMP PGRI Brebes, sebagian besar 20 responden para buruh tani telah memiliki jenis barang elektronik berupa televisi, dan radio sedangkan sebagian kecil lainnya 4 responden yang tidak memiliki barang elektronik. Berbeda dengan keduanya, di SMPN 7 Brebes sebanyak 20 responden telah memiliki jenis barang elektronik berupa televisi dan radio dan hanya 2 responden yang tidak memiliki barang elektronik.. j. Kepemilikan Kendaraan Secara keseluruhan sebanyak 57 buruh tani telah memiliki jenis kendaraan berupa sepeda motor dan sepeda, sedangkan sebagian kecil lainnya 7 tidak mempunyai kendaraan. Lebih jelasnya lihat Tabel 4.31 berikut. 65 Tabel 4.31 Kepemilikan Kendaraan No Kepemilikan Kendaraan Frekuensi Persen tase SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI Jumlah 1 Mobil, Sepeda motor,dan Sepeda 2 Sepeda motor dan Sepeda 48 17 13 78 57 3 Sepeda 17 18 14 49 36 4 Tidak punya 3 4 2 9 7 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.31, diketahui bahwa sebagian besar 48 responden di SMPN 3 Brebes telah memiliki jenis kendaraan berupa sepeda motor dan sepeda, sedangkan sebagian kecil lainnya 3 responden yang tidak mempunyai kendaraan. Di SMPN 7 Brebes dan SMP PGRI Brebes, sebanyak 18 buruh tani di SMPN 7 dan 14 rburuh tani di SMP PGRI para responden telah memiliki jenis kendaraan berupa sepeda, dan sebagian kecil lainnya 4 responden di SMPN 7 dan 2 responden di SMP PGRI yang tidak mempunyai kendaraan. k. Jenis tempat tinggal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa sebanyak 61 buruh tani telah memiliki jenis tempat tinggal yang permanen, 31 responden memiliki tempat tinggal yang semi permanen, 5 buruh tanui lainnya memiliki tempat tinggal dengan jenis bambu, dan sisanya sebanyak 3 memiliki jenis tempat tinggal berupa rumah papan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut. 66 Tabel 4.32 Jenis Tempat Tinggal No Jenis Tempat Tinggal Frekuensi Persen tase SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI Jumlah 1 Permanen 44 17 22 83 61 2 Semi permanen 22 15 5 42 31 3 Kayupapan 1 2 1 4 3 4 Bambu 1 5 1 7 5 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.32 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar para k buruh tani telah memliliki rumah yang permanen. Di SMPN 3 Brebes, ada 44 keluarga yang memiliki rumah permanen, sedangkan yang paling sedikit adalah mereka yang memiliki rumah yang berjenis kayu dan bambu. Hal yang sama juga terjadi di SMP PGRI, yaitu terdapat 22 keluarga yang memiliki rumah permanen dan yang paling sedikit adalah mereka yang memiliki tempat tingga dengan jenis kayu dan bambu. Sebaliknya di SMPN 7 Brebes, jenis rumah yang paling banyak dimiliki oleh keluarga buruh tani adalah jenis permanen yaitu sebanyak 17 keluarga, dan paling sedikit adalah keluarga yang memiliki tempat tinggal dengan jenis kayu yaitu sebanyak 2 keluarga. l. Sarana MCK Berdasarkan hasil penelitian, dapat kita ketahui bahwa sebanyak 80 responden atau sekitar 59 keluarga buruh tani telah memiliki tempat tinggal yang telah dilengkapi dengan sarana MCK yang lengkap yaitu toilet, sumur, dan kamar mandi. Sebagian besar lainnya, yaitu sebanyak 27 buruh tani telah memiliki tempat tinggal yang telah dilengkapi sumur dan kamar mandi. Sedangkan sebanyak 9 67 buruh tani telah memiliki tempat tinggal yang telah dilengkapi dengan sumur sebagai sumber air dan sisanya sebanyak 5 buruh tani yang memiliki tempat tinggal yang belum dilengkapi sarana MCK Tabel 4.33 Sarana MCK No Sarana MCK Frekuensi Persentase SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI Jumlah 1 Toilet, sumur, dan kamar mandi 43 22 15 80 59 2 Sumur dan kamar mandi 20 10 7 37 27 3 Sumur 3 4 5 12 9 4 Tidak punya 2 3 2 7 5 Jumlah 68 39 29 136 100 Sunber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.33, dapat diketahui bahwa sebagian besar para buruh tani telah memiliki sarana MCK, dimana ada 43 responden di SMPN 3 Brebes, 22 buruh tani di SMPN 7 Brebes, dan 15 buruh tani di SMP PGRI Brebes. sebaliknya, sebagian kecil dari mereka yang belum memiliki sarana MCK 2 responden di SMPN 3, 3 responden di SMPN 7 dan 2 responden di SMP PGRI Brebes. 3. Hasil belajar IPS Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang di miliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya Sudjana 2009:22. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai dari usaha belajar para peserta didik di sekolah pada mata pelajaran IPS yang ditunjukan dalam bentuk huruf atau angka pada buku raport. 68 Tabel 4.34 Hasil Belajar IPS No Kriteria Frekuensi Jumlah Persentase SMP N 3 SMP N 7 SMP PGRI 1 Tuntas 56 37 24 117 90 2 Tidak Tuntas 12 2 5 19 10 Jumlah 68 39 29 136 100 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.34 dapat dilihat bahwa 90 nilai IPS siswa SMP di kecamatan Brebes telah mencapai nilai ketuntasan sedangkan sisanya sebanyak 10 masih belum mencapai batas tuntas. Berdasarkan Tabel 4.34 tersebut, dapat pula diketahui bahwa ada 12 siswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan di SMPN 3 Brebes, 2 siswa di SMPN 7 Brebes yang tidak mencapai batas tuntas, dan 5 siswa di SMP PGRI yang belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal. 4. Pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap hasil belajar Dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap hasil belajar, menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan SPSS Versi 16.0 for windows. Adapun analisis datanya adalah sebagai berikut. a. Persamaan Garis Regresi Berganda Dalam penelitian ini analisis regresi berganda dengan menggunakan 5 prediktor, yaitu tingkat pendidikan , tingkat pendapatan , tingkat pengeluaran , kekayaan , dan jenis tempat tinggal sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikatnya Y yaitu hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Dari 69 hasil analisis dengan menggunakan regresi berganda diperoleh koefisien, yaitu = 0.591, = 0.786, = 0.162, = 0.988, = 0.224 sebagai variabel bebas, dan konstantanya sebesar 42.326. lebih jelasnya lihat Tabel 4.35 berikut. Tabel 4.35 Hasil Analisis Regrei Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients B Std. Error Constant Pendidikan Pendapatan Pengeluaran Kekayaaa Tempat tinggal 42.325 .591 .786 .162 .988 .224 2.045 .168 .145 .151 .355 .182 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.35, dapat dibuat model persamaan garis regresi berganda yaitu sebagai berikut. Y = 42.326 + 0.591 + 0.786 + 0.162 + 0.988 + 0.244 Dimana: Y = variabel terikat hasil belajar IPS = variabel bebas tingkat pendidikan = variabel bebas tingkat pendapatan = variabel bebas tingkat pengeluaran = variabel bebas kekayaan = variabel bebas jenis tempat tinggal Berdasarkan persamaan garis regresi berganda tersebut dapat dijelaskan beberapa. hal, yaitu sebagai berikut. 70 1 Nilai konstan untuk persamaan regresi berganda adalah 42.325 2 Koefisien regresi tingkat pendidikan dari perhitungan linear berganda didapat nilai coefficient 0.591. Hal ini berarti setiap ada peningkatan tingkat pendidikan , maka hasil belajar Y akan meningkat dengan anggapan variabel pendapatan , pengeluaran , kekayaan , dan jenis tempat tinggal adalah konstan. 3 Koefisien regresi tingkat pendapatan dari perhitungan linear berganda didapat nilai coefficient 0.786. Hal ini berarti setiap ada peningkatan tingkat pendapatan , maka hasil belajar Y akan meningkat dengan anggapan variabel tingkat pendidikan , pengeluaran , kekayaan , dan jenis tempat tinggal adalah konstan. 4 Koefisien regresi tingkat pengeluaran dari perhitungan linear berganda didapat nilai coefficient 0.162. Hal ini berarti setiap ada peningkatan tingkat pengeluaran , maka hasil belajar Y akan meningkat dengan anggapan variabel pendapatan , tingkat pendidikan , kekayaan , dan jenis tempat tinggal adalah konstan. 5 Koefisien regresi kekayaan dari perhitungan linear berganda didapat nilai coefficient 0.988. Hal ini berarti setiap ada 71 peningkatan kekayaan , maka hasil belajar Y akan meningkat dengan anggapan variabel pendapatan , pengeluaran , tingkat pendidikan , dan jenis tempat tinggal adalah konstan. 6 Koefisien regresi jenis tempat tinggal dari perhitungan linear berganda didapat nilai coefficient 0.224. Hal ini berarti setiap ada peningkatan jenis tempat tinggal , maka hasil belajar Y akan meningkat dengan anggapan variabel pendapatan , pengeluaran , kekayaan , dan tingkat pendidikan adalah konstan. b. Uji Hipotesis Secara Parsial Uji hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh setiap variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat. Dalam uji hipotesis secara parsial dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan uji t dan dengan uji probabilitas. Pada uji t, ho ditolak apabila t hitung t tabel sedangkan pada uji probabilitas, ho ditolak apabila nilai probablitas taraf kepercayaan yang dipakai. Dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 16.0 for windows, dapat diketahui hasil uji hipotesis secara parsial pada penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.36 Uji Hipotesis Secara Parsial Coefficients a Model T Sig 72 Constant Pendidikan Pendapatan Pengeluaran Kekayaaa Tempat tinggal 20.692 3.514 5.415 1.073 2.786 1.233 .000 .001 .000 .285 .006 .220 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010 Pada Tabel 4.36 diketahui bahwa hasil uji hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut. 1 Nilai t hitung pada vaiabel tingkat pendidikan adalah 3.514 sedangkan nilai t tabel dengan tingkat keyakinan 5 adalah 1.977, hal ini berati t hitung lebih besat dari t tabel 3.614 1.977, oleh karena itu ho ditolak dan menerima ha dan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara tingkat pendidikan keluarga terhadap hasil belajar siswa. Hasil uji probabilitas dari variabel adalah 0.001, berarti nilai probabilitas dari variabel lebih kecil dari 0.05 0.001 0.05, dapat diartikan ho ditolak dan menerima ha atau ada pengruh antara tingkat pendidikan keluarga terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil keduanya dapat disimpulkan bahwa ho ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hasil belajar. 73 2 Pada tingkat pendapatan, diperoleh nilai t hitung lebih besar dari pada nilai t tabel dengan tingkat kepercayaan 5 5.415 1.977. Berdasarkan uji t, dapat diketahui bahwa ho ditolak dan dapat dismpilkan ada pengaruh antara tingkat pendapatan keluarga terhadap hasil belajar siswa. Dalam uji probabilitas dari variabel diperoleh nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0.05 0.00 0.05. sehingga ho ditolak dan dapat dikatakan bahwa ada pengaruh tingkat pendapatan terhadap hasil belajar. Berdasarkan kedua hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara tingkat pendapatan orang tua terhadap hasil belajar siswa. 3 Pada tingkat pengeluaran, diperoleh nilai t hitung lebih kecil dari pada nilai t tabel dengan tingkat kepercayaan 5 1.073 1.977, sehingga ho diterima dan dapat dikatakan tidak ada pengaruh tingkat pengeluaran terhadap hasil belajar. Pada uji probabilitas dari variabel diperoleh nilai probabilitasnya lebih besar dari 0.05 0.285 0.05, hal ini menunjukan ho diterima dan dapat dijelaskan bahwa tidak ada pengaruh antara tingkat pengeluaran terhadap hasil belajar. Sehingga, dari kedua hasil tersebut dapat dismpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara tingkat pengeluaran keluarga terhadap hasil belajar siswa. 4 Pada kekayaan, dengan uji t diperoleh nilai t hitung lebih besar dari pada nilai t tabel dengan tingkat kepercayaan 5 2.788 1.977. hal ini menunjukan bahwa ho ditolak dan menerima ha 74 sehingga dapat dijelaskan bahwa ada pengaruh antara kekayaan dan hasil belajar. Hasil uji probabilitas dari variabel diperoleh nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0.05 0.006 0.05, sehingga ho ditolak dan dapat dikatakan ada pengaruh antara kekayaan terhadap hasil belajar. Berdasarkan kedua hasil, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara kepemilikan kekyaan keluarga terhadap hasil belajar siswa. 5 Pada jenis tempat tinggal, dengan uji t diperoleh nilai t hitung lebih kecil dari pada nilai t tabel dengan tingkat kepercayaan 5 1.233 1.977, hal ini menunjukan bahwa ho diterima dan dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh antara jenis tempat tinggal terhadap hasil belajar. Pada uji probabilitas dari variabel diperoleh nilai probabilitasnya lebih besar dari 0.05 0.220 0.05, hal ini menunjukan bahw ho diterima dan menolak ha sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh antara jenis tempat tinggal terhadap hasil belajar. Oleh karena itu, dari hasil keduanya dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara jenis tempat tinggal keluarga terhadap hasil belajar siswa. c. Uji Hipotesis Keseluruhan Variabel Uji hipotesis keseluruhan variabel digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam persamaan garis.pada uji hipotesis serentak ini, ho ditolak apabila F 75 hitung F tabel. Dengan bantuan SPSS Versi 16.0 for windows, dapat kita ketahui hasil uji hipotesis secara serentak pada tabel di bawah ini. Tabel 4.37 Hasil Uji Hipotesis Secara Serentak ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression 1995.288 5 399.058 36.879 .000 a Residual 1406.705 130 10.821 Total 3401.993 135 Sumber: Hasil Analisis Peneliti, Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.37, dapat dijelaskan bahwa dengan menggunakan derajat kebebasan dari df1 = 5 dan df2 = 130 dapat kita ketahui nilai F tabel, yaitu 2.283930902, sedangkan F hitung adalah 36.879. Dalam uji hipotesis secara serentak diperoleh hasil bahwa F hitung lebih besar dari pada F tabel 36.879 2.283. Oleh karena itu ho ditolak dan menerima ha, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas mempunyai nilai signifikan dan dapat dikatakan mempengaruhi terhadap variabel terikat. d. Koefisien Determinasi Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar nilai persentase kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan menggunakan banruan SPSS Versi 16.0 for windows dapat kita ketahui koefisien determinasi sebagai berikut. Tabel 4.38 Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square 76 1 .766 a .587 .571 Sumber: Hasil Analisis Peneliti, Tahun 2010 Pada Tabel 4.38 diketahui bahwa koefisien determinasi Adjusted R Square sebesar 0.571 atau 57,1. Hal ini berarti bahwa besarnya pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y sebesar 57,1 dan sisanya sebesar 42,9, dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.

B. Pembahasan