42
9. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal Wina Sanjaya,2006: 175.
Dari penjelasan tersebut bisa diartikan bahwa materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru dan siswa tidak dituntut untuk
menemukan materi sendiri. Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada penjelasan guru, maka sering juga dinamakan strategi chalk and
talk. Menurut Depdiknas 2008, karakteristik strategi pembelajaran
ekspositori adalah sebagai berikut: a.
Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan
alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
b. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi
pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk
berpikir ulang. c.
Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa
diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
43 Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat
beberapa prinsip berikut ini, yang harus diperhatikan oleh setiap guru, yaitu:
a. Berorientasi pada Tujuan
b. Prinsip Komunikasi
c. Prinsip Kesiapan
d. Prinsip Berkelanjutan
Menurut Wina Sanjaya 2006: 177 pembelajaran ekspositori akan berhasil jika adanya kesiapan antara ke dua belah pihak, yaitu guru dan
siswa. Pihak guru harus menguasai materi yang akan disampaikan secara maksimal, sehingga dalam penyampaiannya guru dapat lebih jalas
dipahami oleh siswa. Pihak siswa harus memiliki motivasi yang tinggi untuk menyimak materi yang diberikan oleh guru, serta adanya kesiapan
untuk menerima kesimpulan dari guru. Oleh karena itu pada metode ekspositori peranan kualitas guru mutlak dibutuhkan, baik dalam
penyampaian dan menguasaan materi, atau memotivasi siswa untuk menyimak meteri yang disampaikan.
Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori memiliki kelemahan, di antaranya disebutkan di bawah ini:
a. Strategi pembelajaran ekspositori hanya mungkin dapat
dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak dengan baik perlu diterapkan strategi pembelajaran lain.
44 b.
Strategi pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap siswa baik perbedaan kemampuan, perbedaan
kemampuan, minat, bakat serta gaya belajar. c.
Karena strategi pembelajaran ekspositori lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan
siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
d. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung
kepada kemampuan yang dimiliki guru. Seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi,
berbagai kemampuan berkomunikasi dan kemampuan mengelola kelas.
e. Karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak
terjadi satu arah maka kesempatan untuk megontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Selain
itu komunikasi satu arah dapat mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang disampaikan guru.
Menurut Wina Sanjaya 2006: 178 pengukuran keberhasilan metode pembelajaran ekspositori didasarkan pada keberlanjutan, atau siswa dapat
menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari evalusai hasil belajar, baik ulangan harian, nilai tugas, keaktifan siswa.
45
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan
terhadap penelitian yang dilaksanakan. Penelitian yang dilakukan oleh Yuniawatika pada tahun 2008 terhadap
siswa kelas VIII SMPN 1 Bandung, dengan judul Penerapan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving
TAPPS Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan komuniaksi matematika siswa SMP melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan metode TAPPS secara signifikan lebih baik
daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan metode non-TAPPS.
Penelitian relevan selanjutnya yaitu penelitian Heti Nurhayati pada tahun 2012 di Bali dengan judul Penerapan Metode Thinking Aloud Pair Problem
Solving TAPPS Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa SMP melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan metode TAPPS secara signifikan lebih baik daripada siswa yang mendapat
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode non-TAPPS metode pembelajaran diskusi.
Penelitian relevan selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh M.Anang Jatmiko pada tahun 2014 terhadap siswa kelas VIII SMPN 178
Jakarta dengan judul Pengaruh Metode TAPPS Terhadap kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa