Analisis Kevalidan Perangkat Pembelajaran

122 90,62. Berdasarkan tabel 30 ketuntasan belajar klasikal, dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa ketuntasan belajar klasikal mencapai kriteria sangat baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan efektif.

2. Kualitas Perangkat Pembelajaran

a. Analisis Kevalidan Perangkat Pembelajaran

Hasil penilaian produk oleh para validator disajikan pada tabel 17. No Jenis produk Skor Skor Maksimal 1 RPP 185 205 2 LKS oleh ahli materi 83 100 3 LKS oleh ahli media 43 60 4 LKS keseluruhan 126 160 Tabel 17 Hasil Penilaian Validator terhadap RPP dan LKS Berdasarkan pengisian lembar penilaian RPP oleh dosen ahli diperoleh X = 185, ̅ � =123 dan sb i = 27,33. Berdasarkan tabel 18 kriteria penilaian kualitas, hasil penilaian RPP oleh dosen ahli mempunyai kriteria sangat baik. Rentang Skor Nilai Kriteria Kualitatif X 172,2 A Sangat baik 139,4 X ≤ 172,2 B Baik 106,6 X ≤ 139,4 C Cukup baik 73,8 X ≤ 106,6 D Kurang baik X ≤ 73,8 E Sangat kurang baik Tabel 18 Kriteria Penilaian RPP 123 Hasil penilaian LKS oleh dosen ahli materi diperoleh X = 83, ̅ � =60 dan sb i = 13,33. Berdasarkan tabel 19 kriteria penilaian kualitas, hasil penilaian LKS oleh dosen ahli materi mempunyai kriteria baik. Rentang Skor Nilai Kriteria Kualitatif X 84 A Sangat baik 68 X ≤ 84 B Baik 52 X ≤ 68 C Cukup baik 36 X ≤ 52 D Kurang baik X ≤ 36 E Sangat kurang baik Tabel 19 Kriteria Penilaian LKS oleh Ahli Materi Hasil penilaian LKS oleh dosen ahli media diperoleh X = 43, ̅ � =36 dan sb i = 8. Berdasarkan tabel 20 kriteria penilaian kualitas, hasil penilaian LKS oleh dosen ahli media mempunyai kriteria baik. Rentang Skor Nilai Kriteria Kualitatif X 50,4 A Sangat baik 40,8 X ≤ 50,4 B Baik 31,2 X ≤ 40,8 C Cukup baik 21,6 X ≤ 31,2 D Kurang baik X ≤ 21,6 E Sangat kurang baik Tabel 20 Kriteria Penilaian LKS oleh Ahli Media Hasil penilaian LKS oleh dosen ahli materi dan ahli media diperoleh X = 126, ̅ � =96 dan sb i = 21,33. Berdasarkan tabel 21 kriteria penilaian kualitas, hasil penilaian LKS oleh dosen ahli mempunyai kriteria baik. 124 Rentang Skor Nilai Kriteria Kualitatif X 134,4 A Sangat baik 108,8 X ≤ 134,4 B Baik 83,2 X ≤ 108,8 C Cukup baik 57,6 X ≤ 83,2 D Kurang baik X ≤ 57,6 E Sangat kurang baik Tabel 21 Kriteria Penilaian LKS b. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran 1 Lembar penilaian guru dan lembar penilaian siswa Aspek kepraktisan dilihat dari hasil dari lembar penilaian guru dan lembar penilaian siswa. No Jenis produk Skor Skor Maksimal 1 Lembar penilaian guru 63 68 2 Lembar penilaian siswa 32,81 44 Tabel 22 Hasil Penilaian LKS oleh Guru dan Siswa Hasil penilaian LKS oleh guru diperoleh X = 63, ̅ � = 42,5 dan sb i = 8,5. Berdasarkan tabel 23 kriteria penilaian kualitas, hasil penilaian LKS oleh guru mempunyai kriteria sangat baik. Rentang Skor Nilai Kriteria Kualitatif X 57,8 A Sangat baik 47,6 X ≤ 57,8 B Baik 37,4 X ≤ 47,6 C Cukup baik 27,2 X ≤ 37,4 D Kurang baik X ≤ 27,2 E Sangat kurang baik Tabel 23 Kriteria Penilaian LKS oleh Guru 125 Hasil penilaian LKS oleh siswa diperoleh X = 32,81, ̅ � =27,5 dan sb i = 5,5. Berdasarkan tabel 24 kriteria penilaian kualitas, hasil penilaian LKS oleh siswa mempunyai kriteria baik. Rentang Skor Nilai Kriteria Kualitatif X 37,4 A Sangat baik 30,8 X ≤ 37,4 B Baik 24,1 X ≤ 30,8 C Cukup baik 17,6 X ≤ 24,1 D Kurang baik X ≤ 17,6 E Sangat kurang baik Tabel 24 Kriteria Penilaian LKS oleh Siswa 2 Observasi kegiatan guru dan siswa Hasil observasi kegiatan guru pada kelas VIII E MTs Negeri Yogyakarta 1 disajikan pada tabel 25. No Pertemuan ke Skor Skor Maksimal 1 Pertemuan ke-1 69 72 2 Pertemuan ke-2 70 72 3 Pertemuan ke-3 70 72 4 Pertemuan ke-4 70 72 Skor rata-rata keseluruhan 69,75 Tabel 25 Hasil Penilaian Kegiatan Guru oleh Observer Hasil penilaian observasi kegiatan mengajar guru pada penggunaan LKS oleh observer diperoleh X = 69,75, ̅ � = 45 dan sb i = 9. Berdasarkan tabel 26 kriteria penilaian kepraktisan, hasil penilaian observasi kegiatan mengajar guru pada penggunaan LKS oleh observer mempunyai kriteria sangat baik. 126 Rentang Skor Nilai Kriteria Kualitatif X 61,2 A Sangat baik 50,4 X ≤ 61,2 B Baik 39,6 X ≤ 50,4 C Cukup baik 28,8 X ≤ 39,6 D Kurang baik X ≤ 28,8 E Sangat kurang baik Tabel 26 Kriteria Penilaian Kegiatan Guru Hasil observasi kegiatan siswa pada kelas VIII E MTs Negeri Yogyakarta 1 disajikan pada tabel 27. No Pertemuan ke Skor Skor Maksimal 1 Pertemuan ke-1 68 72 2 Pertemuan ke-2 68 72 3 Pertemuan ke-3 69 72 4 Pertemuan ke-4 68 72 Skor rata-rata keseluruhan 68,25 Tabel 27 Hasil Penilaian Kegiatan Siswa oleh Observer Hasil penilaian observasi kegiatan siswa pada penggunaan LKS oleh observer diperoleh X = 68,25, ̅ � = 45 dan sb i = 9. Berdasarkan tabel 28 kriteria penilaian kepraktisan, hasil penilaian observasi kegiatan siswa pada penggunaan LKS oleh observer mempunyai kriteria sangat baik. 127 Rentang Skor Nilai Kriteria Kualitatif X 61,2 A Sangat baik 50,4 X ≤ 61,2 B Baik 39,6 X ≤ 50,4 C Cukup baik 28,8 X ≤ 39,6 D Kurang baik X ≤ 28,8 E Sangat kurang baik Tabel 28 Kriteria Penilaian Kegiatan Siswa c. Keefektifan Perangkat Pembelajaran Hasil tes hasil belajar siswa kelas VIII E MTs Negeri Yogyakarta 1 disajikan pada tabel 29. Skor Tes Hasil Belajar Skor rata-rata siswa 90,81 Skor tertinggi siswa 100 Skor tertinggi yang mungkin 100 Skor terendah siswa 50 Skor terendah yang mungkin Ketuntasan belajar klasikal 90,62 Tabel 29 Hasil Tes Hasil Belajar Dari hasil analisis tes hasil belajar diketahui bahwa persentase ketuntasan belajar klasikal kelas VIII E MTs Negeri Yogyakarta 1 sebesar 90,62. Berdasarkan tabel 30 ketuntasan belajar klasikal, dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa ketuntasan belajar klasikal mencapai kriteria sangat baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan efektif. 128 Persentase Ketuntasan Nilai Kriteria Kualitatif � 80 A Sangat baik 60 � ≤ 80 B Baik 40 � ≤ 60 C Cukup baik 20 � ≤ 40 D Kurang baik � ≤ 20 E Sangat kurang baik Tabel 30 Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal B. Pembahasan RPP dan LKS sebagai produk dari penelitian pengembangan ini dikembangkan melalui beberapa tahap sesuai dengan pengembangan model ADDIE, meliputi tahap analysis analisis, design perancangan, development pengembangan, implementation implementasi, dan evaluation evaluasi. Pada tahap analisis dilakukan analisis kebutuhan perangkat pembelajaran, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa. Dari tahap ini didapatkan kesimpulan bahwa perlu dikembangkan RPP dan LKS dengan pendekatan tertentu sehingga dapat membuat siswa aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep. Dengan adanya hal tersebut, dipilih pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah akan mengarahkan siswa secara aktif dan mandiri melalui kegiatan diskusi untuk menemukan konsep tertentu. Pada tahap desain dilakukan perancangan perangkat pembelajaran meliputi RPP dan LKS, mengumpulkan referensi dan gambar-gambar yang relevan dengan materi pembelajaran SPLDV kelas VIII SMP, dan menyusun instrumen penilaian perangkat pembelajaran. Instrumen penilaian pembelajaran meliputi instrumen penilaian RPP dan LKS. Instrumen penilaian LKS terdiri dari instrumen penilaian 129 kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Instrumen penilaian keefektifan LKS terdiri dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk kegiatan guru dan siswa, serta tes hasil belajar. Sebelum digunakan, instrumen-instrumen tersebut divalidasi terlebih dahulu oleh dosen ahli agar diperoleh instrumen yang dapat untuk menilai perangkat pembelajaran yang disusun. Setelah divalidasi, didapatkan instrumen penilaian produk yang valid. Pada tahap pengembangan dilakukan pengembangan rancangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS, penyuntingan perangkat pembelajaran, validasi, dan revisi. Pengambangan RPP memuat kegiatan yang telah disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah yaitu: siswa mengidentifikasi permasalahan yang disajikan, siswa berdiskusi dan menyusun hipotesis untuk penyelesaian masalah, menyusun penyelesaian masalah, mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas, siswa bersama guru melakukan pengecekan dan pencocokan jawaban, dan guru memberikan penguatan terhadap materi yang diajarkan. Sedangkan rancangan LKS dengan pendekatan problem based learning memuat beberapa instruksi untuk siswa mengidentifikasi masalah, berdiskusi dan menyusun hipotesis, melakukan penyelesaian masalah dan mempresentasikan hasil pekerjaan. Setelah selesai disusun, RPP dan LKS dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan masukan tentang kekurangan-kekurangan yang ada dalam RPP dan LKS. Setelah mengkonsultasikan perangkat pembelajaran kepada dosen pembimbing, dilakukan penyuntingan terhadap perangkat pembelajaran. RPP dan 130 LKS yang dirancang pada tahap sebelumnya akan disunting sesuai dengan kajian teori agar sesuai dengan perangkat pembelajaran berbasis masalah. Setelah penyusunan RPP dan LKS selesai tahap selanjutnya adalah validsipenilaian RPP dan LKS oleh validator. Validasi dilakukan oleh dosen jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta, yaitu satu dosen ahli materi dan satu dosen ahli media. Pada langkah ini akan diperoleh nilai dan kategori RPP dan LKS dari hasil penilaian RPP dan LKS oleh ahli materi dan ahli media. Tujuan dari validasi adalah untuk memperoleh penilaian, masukan, dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan RPP dan LKS sehingga akan diperoleh produk RPP dan LKS yang terhindar dari kesalahan agar RPP dan LKS layak diujicobakan. Setelah RPP dan LKS divalidasi dan dinilai kevalidannya oleh ahli materi dan ahli media, tahap selanjutnya dilakukan revisi atau perbaikan seperlunya terhadap RPP dan LKS sesuai masukan, dan saran para ahli. Setelah RPP dan LKS diperbaiki maka RPP layak digunakan dan LKS layak untuk diujicobakan. Revisi RPP dari lembar penilaian RPP antara lain : 1. Terjadi beberapa kesalahan penulisan dalam kegiatan inti, kegiatan seharusnya pada LKS 1, penulis menuliskan pada LKS 2. 2. Pada instrumen terlampir, di jawaban tertulis ada dua penyelesaian, seharusnya ada empat penyelesaian. 3. Pada materi pembelajaran tertulis metode selesaian SPLDV yakni metode grafik, susbtitusi, dan eliminasi. Dosen ahli menyarankan untuk menambahkan metoden campuran subtitusi dan eliminasi. 131 4. Pada materi pembelajaran dijelaskan kembali mengenai menggambar grafik. 5. Pada materi pembelajaran untuk penyelesaian SPLDV dengan metode eliminasi, semua langkah harus dengan eliminasi. 6. Pada RPP 4 bagian apersepsi, seharusnya apersepsi adalah materi pada pembelajaran sebelumnya. 7. Belum dicantumkan nama dan NIP guru pada RPP. Revisi LKS dari lembar penilaian LKS antara lain : 1. Gambar pada cover LKS pecah, sehingga harus diganti dengan gambar yang lebih jelas lagi. 2. Pemilihan warna text pada judul yang tidak sesuai sehingga text tidak terlihat. 3. Garis pada tepi LKS diganti dengan garis tidak putus-putus. 4. Text isi harus sesuai dengan judul LKS. 5. Kesalahan penulisan nama tokoh pada LKS. 6. Belum ada langkah untuk menggambar grafik. Setelah RPP dan LKS dinyatakan layak oleh ahli materi dan ahli media, peneliti melakukan implementasi dalam pembelajaran yaitu melaksanakan RPP dan mengujicobakan LKS kepada 32 siswa kelas VIII E MTs Negeri Yogyakarta. Uji coba perangkat pembelajaran ini dilaksanakan pada tanggal 9-16 Januari 2017, sedangkan untuk tes hasil belajar dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2017. Soal tes hasil belajar terdiri dari 5 soal uraian. Pada tahap implementasi ini akan diperoleh data keefektifan LKS. Data keefektifan LKS diperoleh dari hasil tes hasil belajar. 132 Kegiatan pembelajaran di kelas pada setiap pertemuan hampir sama pelaksanaannya, yaitu guru membuka pembelajaran dengan berdoa, lalu apersepsi serta tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan. Lalu dilanjutkan kegiatan inti yang terdiri dari pembentukan kelompok, siswa berdiskusi dan guru memonitoring diskusi, dan dilanjutkan presentasi oleh perwakilan kelompok. Kegiatan terakhir adalah pembelajaran ditutup dengan kesimpulan dan penyampaian materi yang akan disampaikan dipertemuan selanjutnya. Pada saat proses pembelajaran, siswa bekerja secara mandiri maupun berdiskusi secara kelompok. Pada umumnya pembelajaran berlangsung lancar, namun ada beberapa kendala yaitu siswa masih terlalu lama dalam melakukan kegiatan diskusi karena mereka tidak terbiasa melakukan diskusi dan mengemukakan pendapat. Setelah pembelajaran kedua dan selanjutnya, siswa sudah aktif mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, siswa juga berusaha berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan yang disajiikan. Namun sesekali siswa menanyakan hal yang tidak mereka pahami. Siswa masih kesulitan dalam memahami petunjuk dan cara penyelesaian masalah dalam LKS sehingga peran guru sebagai valisitator dan pendamping bagi siswa sangat diperlukan. Kendala lain yaitu keterbatasan waktu dalam kegiatan pembelajaran, sehingga presentasi hanya dilakukan oleh beberapa perwakilan kelompok saja. Tahap terakhir adalah evaluasi. Evaluasi yang dilakukan adalah dengan mengalisis data hasil penilaian RPP oleh dosen ahli, penilaian LKS oleh dosen 133 ahli dan guru, penilaian observasi keterlaksanaan pembelajaran dan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan hasil penelitian, perangkat pembelajaran RPP dan LKS yang dihasilkan berkualitas memenuhi kelayakan ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Aspek kevalidan terlihat dari hasil penilaian RPP dikatakan layak berdasarkan aspek kevalidan dengan kriteria sangat baik dan total skor validator adalah 185 dan LKS dikatakan layak berdasarkan aspek kevalidan dengan kriteria baik dan total skor validator adalah 126. Pada penilaian RPP, aspek identitas mendapatkan skor 43 dengan kriteria sangat baik, aspek indikator dan tujuan pembelajaran mendapatkan skor 20 dengan kriteria sangat baik, aspek pemilihan materi mendapatkan skor 17 dengan kriteria sangat baik, aspek pemilihan model pembelajaran mendapatkan skor 24 dengan kriteria sangat baik, aspek kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah mendapatkan skor 49 dengan kriteria sangat baik, dan aspek sumber belajar dan penilaian hasil belajar mendapatkan skor 32 dengan kriteria penilaian baik. Penilaian pada aspek sumber belajar dan penilaian hasil belajar mendapatkan skor terendah karena sumber belajar hanya terdiri dari beberapa buku, referensi buku lain diperlukan pada saat pembelajaran. Pada penilaian LKS oleh ahli materi terdapat beberapa penilaian aspek. Pada aspek kelayakan isi mendapatkan skor 35 dan berada pada kriteria sangat baik, aspek kesesuaian penyajian dengan pendekatan pembelajaran mendapatkan skor 24 berada pada kriteria baik, dan aspek kesesuaian dengan syarat diktatis mendapatkan skor 24 berada pada kriteria baik. Penilaian pada aspek kesesuaian 134 penyajian dengan pendekatan pembelajaran mendapatkan skor rendah dikarenakan ada beberapa petunjuk dalam LKS yang kurang jelas yang mengacu pada pembelajaran berbasis masalah. Pada aspek kesesuaian dengan syarat diktatis juga mendapatkan skor rendah dikarenakan data dan fakta yang disajikan dalam LKS kurang efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa. Pada penilaian LKS oleh ahli media juga terdapat beberapa aspek penilaian. Aspek Kesesuaian dengan syarat konstruksi kebahasaan mendapatkan skor 19 dengan kriteria baik, dan aspek kesesuaian dengan syarat teknis kegrafikaan mendapatkan skor 24 dengan kriteria baik. Kedua penilaian aspek masih rendah dikarenakan bahasa pada yang digunakan dalam LKS kurang efektif dan secara keseluruhan desain LKS masih kurang menarik perhatian siswa. Aspek kepraktisan terlihat dari hasil penilaian LKS oleh guru dan siswa dengan lembar penilaian guru dan siswa serta lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran guru dan siswa. Penilaian dengan angket guru mendapatkan skor 63 dengan kriteria sangat baik, dan penilaian dengan angket siswa mendapatkan skor 32,81 dengan kriteria baik. Berdasarkan hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan dikatakan layak berdasarkan aspek kepraktisan. Secara keseluruhan, guru merasa terbantu dengan adanya perangkat pembelajaran RPP tedan LKS pada materi SPLDV dikarenakan pembelajaran materi tersebut lebih bermakna untuk siswa. Pada sebagian besar siswa merasa senang dan tertarik belajar menggunakan LKS, namun siswa kadang masih merasa bingung dengan beberapa perintah yang terdapat dalam LKS sehingga guru masih harus menjelaskan kembali. Walaupun demikian, siswa dapat 135 memahami materi dengan baik. Dari hasil observasi kegiatan guru dan siswa diperoleh skor 138 dan dalam kriteria baik. Secara keseluruhan, guru melaksanakan pembelajaran dengan baik. Namun masih banyak juga siswa yang masih belum bisa berdiskusi secara kelompok, sehingga siswa masih banyak bertanya pada guru mengenai hal-hal yang harus dilakukan. Aspek keefektifan dilihat dari tes hasil belajar. Hasil tes hasil belajar pada 32 siswa menpatkan hasil yang baik, namun masih ada 3 siswa yang berada di bawah batas tuntas. Walaupun demikian, persentase ketuntasan belajar klasikal kelas VIII E MTs Negeri Yogyakarta 1 sebesar 90,62 dan dalam kriteria sangat baik melebihi 80 dengan nilai rata-rata siswa adalah 90,81. Berdasarkan hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan dikatakan layak berdasarkan aspek keefektifan. Dari tiga aspek penilaian RPP dan LKS di atas yaitu aspek kevalidan, aspek kepraktisan dan aspek keefektifan, ketiganya berada di atas batas minimum penilaian. Berdasarkan hasil tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa RPP dan LKS dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan layak untuk digunakan.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran berbentuk RPP dan LKS dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah pada materi SPLDV ini tidak lepas dari keterbatasan-keterbatasan antara lain: 1. Kondisi siswa belum terbiasa dengan pembelajaran berbasis masalah, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama pada awal pembelajaran.