Analisis Kepraktisan LKS Analisis

78 Analisis data dilakukan sama dengan langkah-langkah analisis kevalidan RPP secara kualitatif. b. Analisis kevalidan LKS secara kuantitatif Data kevalidan LKS diperoleh dari hasil penilaian LKS oleh ahli materi, hasil penilaian oleh ahli media, dan hasil penilaian dari guru. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui kinerja kevalidan LKS dengan langkah-langkah seperti menganalisi kevalidan RPP. Semakin kategori mendekati sangat baik, hal itu berarti perangkat pembelajaran semakin sesuai dengan ketentuan yang seharusnya. Selanjutnya, LKS yang dikembangkan dikatakan memiliki kevalidan yang baik jika skor yang dicapai masuk dalam kategori minimal baik. Selain itu jika skor total mencapai kategori minimal baik maka LKS layak untuk diujicobakan.

3. Analisis Kepraktisan LKS

Kepraktisan LKS diperoleh dari data hasil analisis lembar penilaian guru dan siswa, serta dari hasil penilaian keterlaksanan pembelajaran oleh observer. Data kuantitatif tersebut akan dianalisis untuk mengetahui kriteria kepraktisan LKS dengan langkah-langkah seperti menganalisi kevalidan RPP dan LKS.

4. Analisis

Keefektifan LKS Data kepraktisan LKS yang diperoleh dari hasil tes tertulis. Hasil tes tertulis dikoreksi dan dinilai berdasarkan pedoman penskoran yang telah ditentukan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut. 79 1 Menghitung nilai yang diperoleh masing-masing siswa sesuai dengan pedoman penskoran untuk menentukan ketuntasan belajar individu. Ketuntasan belajar individu untuk MTs Negeri Yogyakarta 1 minimal 75. 2 Nilai dari hasil tes tertulis dihitung rata-ratanya dengan cara yaitu : n x x   Keterangan : x : rata-rata nilai tes tertulis  x : jumlah nilai tes tertulis seluruh siswa n : banyak siswa 3 Mengubah nilai rata-rata menjadi nilai kualitatif kemudian diklasifikasikan berdasarkan kriteria dengan menggunakan acuan pada tabel berikut. Nilai kuantitatif angka Nilai huruf Kriteria 85  x A Sangat baik 85 75   x B Baik 75 65   x C Cukup 65 45   x D Kurang 45  x E Sangat kurang Tabel 7 Kriteria Hasil Belajar siswa Berdasarkan hasil belajar siswa, LKS dikatakan efektif dalam pembelajaran jika minimal hasil belajar siswa minimal memperoleh nilai 75 atau berada dalam kategori baik. Setelah dilakukan analisis untuk menentukan kriteria kuantitatif hasil belajar siswa selanjutnya dilakukan analissis ketuntasan belajar dengan langkah-langkah seabgai berikut: 80 1 Menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal dengan cara:  p � � � � � � � � � � � � �� � × 2 Selanjutnya kriteria ketuntasan belajar secara klasikal mengacu pada tabel berikut : Persentase Ketuntasan Nilai huruf Kriteria 80  p A Sangat baik 80 60   p B Baik 60 40   p C Cukup 40 20   p D Kurang 20  p E Sangat kurang Eko Putro Widoyoko, 2009:242 Tabel 8 Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal Keterangan : p : persentase ketuntasan belajar klasikal Dalam penelitian ini, LKS yang dikembangkan dikatakan efektif jika minimal persentase ketuntasan belajar klasikal tes tertulis mencapai kriteria baik. 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Pengembangan Produk

Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang mengacu learning trajectory dan berorientasi pada kemampuan pemecahan masalah dikembangkan menurut model ADDIE yang terdiri dari Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation. Penjabaran dari masing-masing tahapan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.

a. Hasil Tahap Analysis Analisis

1 Analisis kebutuhan perangkat pembelajaran Setelah melakukan observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas VIII di MTs Negeri Yogyakarta 1 terkait ketersediaan perangkat pembelajaran yang ada terhadap materi sistem persamaan linear dua variabel SPLDV, diperoleh bahwa secara umum perangkat pembelajaran yang tersedia adalah buku paket dan lembar kerja siswa LKS yang berisi materi dan latihan soal yang belum dapat memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Perangkat tersebut hanya berisi materi dan latihan soal yang membuat siswa memiliki kebiasaan menghafal, sehingga apabila soal yang diberikan adalah tipe soal variasi siswa merasa kesulitan.