Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu dan teknologi saat ini berkembang sangat cepat. Hal tersebut membuat setiap orang ikut serta dalam pembangunan disegala aspek salah satunya di bidang pendidikan. Pendidikan vokasional adalah bagian dari dunia pendidikan yang perlu untuk dikembangkan. Pendidikan vokasional di Indonesia saat ini sudah banyak diperhatikan hal ini terlihat dari program-program pemerintah untuk menata kurikulum pendidikan vokasional yang lebih baik. Pendidikan vokasional saat ini memiliki citra yang setara dengan pendidikan menengah lainnya dan memiliki jenjang yang pasti. Pendidikan vokasional khususnya bidang tata busana telah menunjukan perkembangan yang cukup baik terbukti dari perolehan seperti juara satu lomba rancang busana tingkat internasional di Kuala Lumpur, Malaysia pada 2009, dan masuk 10 besar pada lomba yang sama di Kanada. Pembaharuan pembelajaran oleh setiap satuan pendidikan vokasional perlu dilakukan untuk mencapai prestasi yang sama. Tetapi belum semua satuan pendidikan melakukan pembaharuan pembelajaran. Pembaharuan pembelajaran dapat dilakukan oleh guru. Guru dituntut untuk membuat pembelajaran menjadi lebih inovatif yang memotivasi peserta didik dapat belajar secara optimal dalam pembelajaran di kelas. Guru belum mengembangkan media yang inovatif. Pembelajaran tata busana saat ini masih menggunakan media job sheet dan demonstrasi secara langsung oleh guru yang dianggap kurang menarik. Oleh karena itu berbagai media dikembangkan agar pembelajaran lebih memotivasi peserta didik. Pembelajaran merupakan upaya memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai positif dari sumber informasi 2 yaitu guru. Media berperan menyampaikan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat atau cara yang dapat membantu berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Dasar Teknologi Menjahit merupakan mata pelajaran dasar menjahit untuk kelas X SMK tata busana kurikulum 2013. Menjahit merupakan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik sebagai dasar pembuatan busana. Hasil nilai-nilai menjahit pada semester I menunjukkan bahwa nilai-nilai menjahit peserta didik masih rendah karena mereka kurang termotivasi. Pada saat dilaksanakan ulangan harian dari 27 peserta didik kelas X TB 2 yang mencapai nilai KKM senanyak 6 peserta didik atau 22,22 adari jumlah peserta didik. Jumlah peserta didik yang mencapai KKM masih rendah oleh karena itu mereka membutuhkan media pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi peserta didik untuk menjahit. Mata pelajaran dasar teknologi menjahit untuk semester II terdiri dari beberapa kompetensi dasar yaitu menjahit macam-macam kelim, menjahit macam-macam belahan, kerutan, pengertian ilpit, jenis dan cara membuat lipit, penyelesaian serip, depun, rompok, dan membuat saku. Dari wawancara yang dilakukan dengan guru yang mengampu mata pelajaran dasar teknologi menjahit macam-macam belahan merupakan materi yang perlu diperhatikan. Menjahit macam-macam belahan merupakan materi penting yang harus dikuasai peserta didik karena setiap pakaian pasti memiliki belahan. Permasalahan yang dihadapi guru yaitu waktu yang singkat untuk menjelaskankan teori membuat guru tidak dapat memberikan contoh proses menjahit secara maksimal. Oleh karena itu dibutuhkan media yang dapat membantu guru untuk menjelaskan secara 3 maksimal dalam waktu yang singkat sehingga mempermudah peserta didik memahami materi. Guru mengajarkan dasar teknologi menjahit menggunakan cara klasik yaitu demonstrasi secara langsung. Peserta didik akan mengamati saat guru memberikan contoh. Di dalam kelas besar hanya ada dua guru yang memandu saat pembelajaran. Hal tersebut membuat para peserta didik kurang memahami materi yang disampaikan karena hampir semua peserta didik tidak memperhatikan guru. Pada saat ini demonstrasi secara langsung dirasa kurang relevan karena pembelajaran monoton dan tidak memanfaatkan perkembangan teknologi yang baru. Demonstrasi secara langsung ini tidak efektif karena belum dapat memotivasi peserta didik. Kurangnya motivasi peserta didik ditunjukkan dari sikap peserta didik yang tidak tertarik dan kurang aktif mengikuti pembelajaran. Saat proses pembelajaran guru mendemonstrasikan cara membuat belahan dan peserta didik akan melihat dari dekat dan berdesak-desakan dengan peserta didik lain, hal tersebut membuat ilmu yang disampikan tidak dapat diserap secara sempurna oleh peserta didik. Ketidaknyamanan saat memperhatikan juga dapat menurunkan motivasi dalam diri peserta didik. Keterbatasan waktu untuk mendemonstrasikan proses menjahit juga menjadi kendala guru yang mengampu mata pelajaran dasar teknolohi menjahit. Pada saat pembelajaran guru memberikan job sheet dan contoh-contoh hasil jadi praktik. Cara tersebut kurag efektif karena tidak semua peserta didik dapat memahami proses menjahit hanya melihat contoh hasil praktik. Hal tersebut menyebabkan peserta didik tidak dapat mengumpulkan tugas tepat waktu. Oleh karena itu media pembelajaran dapat digunakan sebagai alternatif untuk 4 memecahkan masalah akibat kurangnya motivasi dalam diri peserta didik dan keterbatasan waktu untuk menyampikan materi pembelajaran. Peserta didik membutuhkan media pembelajaran yang dapat memvisualisasi bagaimana proses menjahit. Media pembelajaran harus dapat digunakan dalam kelas besar maupun kelas kecil, dapat diulang jika peserta didik belum memahami agar semua peserta didik memiliki pemahaman yang sama, dapat digunakan dengan waktu yang terbatas, dan memotivasi peserta didik agar tertarik dengan mata pelajaran menjahit. Video pembelajaran merupakan salah satu media elektronik yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Video pembelajaran merupakan salah satu bentuk media audio visual, yaitu jenis media yang mengandung unsur suara dan gambar yang dapat dilihat. Video pembelajaran akan menarik peserta didik karena mereka dapat mendengar dan melihat gambar yang ditayangkan dalam video tersebut. Media pembelajaran dengan video ini memiliki beberapa kelebihan yaitu: pesan yang disampaikan dapat diterima oleh semua peserta didik meskipun dalam kelas besar, bagus diterapkan dalam suatu proses, mengatasi keterbatasan waktu, dapat diulang dan diberhentikan sesuai dengan kebutuhan. Video pembelajaran juga relevan dengan kurikulum 2013, peserta didik dapat mengamati cara menjahit macam- macam belahan yang disajikan dalam video pembelajaran. Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada guru saat pembelajaran di kelas jika ada yang belum jelas mengenai materi yang disajikan dalam video. Video pembelajaran dibuat dengan memperhatikan naskah media, sekenario, pengambilan gambar, efek visual dasar. Naskah berupa gambaran umum media yang berisi gagasan, pengumpulan informasi, penulisan sinopsis, 5 penulisan naskah, pengkajian, revisi, dan naska final. Sekenario berupa petunjuk oprasional dalam pelaksanaan produksi atau pembuatan programnya. Pengambilan gambar adalah posisi pengambilan gambar dengan kamera pada objek. Efek visualisasi dasar merupakan perubahan visual yang timbul pada video. Media pembelajaran menggunakan video ini belum dimanfaatkan karena penggunaannya membutuhkan komputer dan LCD, kedua fasilitas ini belum semua kelas memiliki. Pembelajaran menggunakan gambar dua dimensi pada kompetensi macam-macam belahan kurang menarik perhatian peserta didik. Pemanfaatan ilmu dan teknologi dapat membuat pelajaran lebih menarik dan memotivasi peserta didik dalam pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan media elektronik yaitu video. Video pembelajaran dapat diputar di depan kelas dengan menggunakan layar dan LCD kemudian peserta didik fokus memperhatikan dari tempat duduknya masing-masing. Guru dapat memberikan informasi-informasi tambahan jika dibutuhkan saat video pembelajaran tersebut diputar. Video pembelajaran ini dapat digunakan di kelas kecil dan besar. Informasi yang diserap peserta didik akan sama karena terfokus pada satu informasi pada video pembelajaran. Dengan menggunakan video waktu dan tenaga akan lebih efektif dan efisien. Waktu tidak lagi terbuang untuk menggambar di papan tulis dan memberikan contoh proses menjahit secara langsung. Seorang guru dapat mengajar baik dalam kelas kecil maupun kelas besar. Media pembelajaran video ini juga dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran, jika ada peserta didik yang kurang paham maka video tersebut dapat di putar kembali di bagian yang diinginkan dan diberhentikan sesuai dengan keinginan. Video tersebut dapat diberikan kepada peserta didik untuk dipelajari lebih lanjut di rumah. 6 Media pembelajaran video dapat digunakan berulang-ulang tanpa harus membuat lagi selama masih relevan dengan kurikulum dan silabus. Dengan adanya perkembangan ilmu dan teknologi tersebut dapat menunjang keefektifan dalam kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran video diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar di dalam kelas yang selama ini belum muncul. Motivasi peserta didik terhadap pelajaran diharapkan membawa keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan yang dilihat dari tercapai atau tidaknya kompetensi dasar yang telah direncanakan yang tentunya akan membawa hasil atau perubahan yang baik dilihat dari respon dan keaktifan peserta didik pada saat pengajar menggunakan media pembelajaran video. Permasalahan tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis audio visual yang berupa video menjahit macam- macam belahan. Media pembelajaran tersebut digunakan oleh peserta didik kelas X semester 2 pada mata pelajaran dasar teknologi menjahit sebagai alternatif memperbaiki mutu pembelajaran. Penulis ingin mempermudah guru dalam menyampaikan materi mengenai menjahit macam-macam belahan sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisian. Peserta didik diharapkan dapat mampu memahami materi tersebut dengan mudah sehingga dapat meningkatkan nilai pelajaran dasar teknologi menjahit pada materi menjahit macam-macm belahan.

B. Identifikasi Masalah