2 Terpengaruh oleh musim dan fluktuasi industri pada umumnya. Pada
waktu tingkat penjualan tinggi, musim panen, dan sebagainya, CR menunjukkan tendensi naik. Sebaliknya, pada musim produksi dan
penyimpanan produk perusahaan, CR bertendensi turun karena keperluan kredit untuk membiayai produksi dan persediaan.
3 CR yang tinggi dapat “menyembunyikan” kesulitan likuiditas perusahaan
yang serius. Penyusutan aktiva yang besar dan belum digunakan cenderung menaikkan working capital, sehingga memperbesar CR tetapi
jika cadangan penyusutan aktiva itu digunakan, maka CR akan rendah. 4
Perusahaan harus secara kontinyu menggunakan CR untuk mengetahui tren. Bagi perusahaan secara individual hal ini sangat penting.
4. Return On Equity ROE
a. Pengertian Return On Equity ROE
Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk melihat prospek perusahaan di masa datang adalah dengan melihat
sejauhmana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan
dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Untuk itu, biasanya
digunakan dua rasio profitabilitas utama, yaitu Return On Equity ROE dan Return On Asset ROA Eduardus, 2001: 240. Menurut Brigham dan Joel
F. Houston, dkk 2010: 149, pengembalian atas ekuitas biasa Return On
Equity adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa.
b. Cara Perhitungan Return On Equity ROE
Pengembalian atas ekuitas biasa ROE dihitung dengan rumus: ROE =
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Return On Equity ROE
Menurut Libby 2008: 251, faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan ROE sering disebut pemicu laba atau penentu laba karena merupakan cara
yang dapat dilakukan oleh manajemen untuk menaikkan ROE, adapun faktor-faktor tersebut adalah:
1 Marjin Laba Bersih
Marjin laba bersih adalah laba bersih penjualan bersih. Rasio ini mengukur berapa banyak laba yang dihasilkan dari setiap rupiah
penjualan. Rasio ini dapat ditingkatkan dengan cara: a
Meningkatkan volume penjualan b
Meningkatkan harga jual c
Mengurangi biaya 2
Perputaran Aset Rasio perputaran aset adalah penjualan bersih rata-rata total aset. Rasio
ini mengukur berapa banyak rupiah penjualan yang dihasilkan oleh setiap rupiah aset perusahaan. Rasio ini dapat ditingkatkan dengan cara:
a Meningkatkan volume penjualan
b Menghentikan aset perusahaan yang tidak kurang produktif
3 Leverage Perusahaan
Leverage keuangan merupakan rata-rata total aset rata-rata ekuitas pemegang saham. Rasio ini mengukur berapa banyak rupiah aset yang
digunakan untuk setiap rupiah investasi pemegang saham. Rasio ini dapat ditingkatkan dengan cara:
a Menambah pinjaman
b Membeli kembali saham perusahanaan yang beredar
5. Signalling Theory
Teori sinyal menyatakan bahwa terdapat kandungan informasi pada pengungkapan suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan
pihak potensial lainnya dalam mengambil keputusan ekonomi. Suatu pengungkapan dikatakan mengandung informasi apabila memicu reaksi pasar,
yaitu dapat berupa perubahan harga saham. Apabila pengungkapan tersebut memberikan dampak positif berupa kenaikan harga saham, maka
pengungkapan tersebut merupakan sinyal positif. Namun jika pengungkapan tersebut memberikan dampak negatif, maka pengungkapan tersebut merupakan
sinyal negatif. Berdasarkan teori ini maka suatu pengungkapan laporan tahunan perusahaan merupakan informasi yang penting dan dapat mempengaruhi
investor dalam proses pengambilan keputusan Octama, 2011.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang pasar modal terutama mengenai kinerja perusahaan menggunakan rasio keuangan terhadap kebijakan dividen dan return saham sudah
banyak dilakukan dan memberikan hasil yang bervariasi. Penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Anggeris W. 2014 dalam skripsi
dengan judul “Pengaruh Kebijakan Dividen, Volume Perdagangan Saham dan Leverage Perusahaan terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 ”. Metode analisis
data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap
return saham dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,972. 2 Volume perdagangan saham berpengaruh positif terhadap return saham dengan nilai
koefisien regresi sebesar 1,754. 3 Leverage perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham. 4 Secara simultan kebijakan dividen, volume
perdagangan saham, dan leverage perusahaan berpengaruh terhadap return saham dengan kontribusi sebesar 34,2 sedangkan sisanya 65,8 dijelaskan
oleh variabel lain di luar model. Persamaan dalam penelitian ini adalah penggunaan kebijakan dividen
sebagai variabel yang secara langsung mempengaruhi return saham. Selain itu populasi penelitian sama dengan penelitian ini yaitu menggunakan perusahaan
manufaktur. Perbedaannya adalah adanya variabel independen lain yang digunakan. Muhammad Anggeris W. menggunakan volume perdagangan
saham dan leverage perusahaan sebagai variabel independen. Meskipun penelitian tersebut menggunakan kebijakan dividen sebagai variabel
independen yang berpengaruh secara langsung terhadap return saham, tetapi