Kebijakan Dividen Deskripsi Teori
Pembayaran dividen dengan rasio pembayaran konstan adalah bentuk pembayaran dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Bentuk
pembayaran dividen ini akan berakibat jumlah dividen dalam rupiah akan berfluktuasi karena laba yang dihasilkan perusahaan juga berfluktuasi.
3 Dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra
Pembayaran dividen jenis ini hanyalah merupakan modifikasi dari bentuk pembayaran dividen dalam jumlah rupiah stabil dan pembayaran dividen
dengan rasio pembayaran konstan. d.
Prosedur Pembayaran Dividen Dividen biasanya dibayarkan setiap kuartal, dan jika kondisi
memungkinkan, dividen mengalami kenaikan sekali dalam setahun. Prosedur pembayaran aktual menurut Brigham dan Joel F. Houston 2011:
226 adalah sebagai berikut: 1
Tanggal deklarasi declaration date, yaitu tanggal di mana direksi suatu perusahaan mengeluarkan pernyataan yang mendeklarasikan dividen.
2 Tanggal pemilik tercatat holder-of-record date, yaitu jika pemilik
menyusun daftar pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, maka pemegang saham tersebut akan menerima dividen.
3 Tanggal eks-dividen ex-dividend date, yaitu tanggal di mana hak atas
dividen berjalan tidak lagi dimiliki oleh suatu saham; biasanya dua hari kerja sebelum tanggal pemilik tercatat.
4 Tanggal pembayaran payment date, yaitu tanggal di mana perusahaan
benar-benar mengirimkan cek pembayaran dividen.
e. Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya
jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar Agus, 2014:
281. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti 2006: 297, kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak
para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Kebijakan dividen tergambar pada dividend payout ratio nya yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai. Laba ditahan
retained earnings merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Jika suatu perusahaan
menjalankan kebijakan untuk membagi dividen tunai maka semakin sedikit dana yang digunakan untuk melakukan investasi. Hal tersebut
mengakibatkan tingkat pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang menjadi rendah dan berdampak pada harga saham. Untuk menghindari hal
tersebut maka perusahaan harus menetapkan kebijakan dividen yang optimal yaitu dengan menciptakan keseimbangan di antara dividen pada saat
ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga memaksimumkan harga saham.
f. Beberapa Faktor dalam Kebijakan Dividen
Menurut Mamduh 2014: 375, kebijakan dividen perusahaan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
1 Kesempatan investasi
Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika dana ditanamkan
pada investasi yang menghasilkan NPV yang positif. 2
Profitabilitas dan likuiditas Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang
baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran
dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi
target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan dividen, dan sekaligus disukai pemegang saham.
3 Akses ke pasar keuangan
Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi. Hal ini karena akses ke
pasar keuangan yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuidasinya.
4 Stabilitas pendapatan
Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa mendatang bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam
itu bisa membayar dividen yang lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk perusahaan yang mempunyai pendapatan yang tidak stabil.
Ketidakstabilan aliran kas di masa mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar dividen yang tinggi.
5 Pembatasan-pembatasan
Seringkali kontrak utang, obligasi, ataupun saham preferen membatasi pembayaran dividen dalam situasi tertentu. Sebagai contoh,
perusahaan harus menjaga tingkat modal kerja yang tertentu, atau rasio likuiditas yang tertentu, atau perusahaan tidak bisa membayarkan dividen
sebelum dividen untuk pemegang saham preferen dibayar. Dalam situasi normal, atau baik, pembatasan semacam itu tidak berpengaruh banyak
terhadap kemampuan perusahaan membayarkan dividennya. Tetapi dalam situasi buruk, di mana aliran kas lebih kecil, pembatasan tersebut
akan mempengaruhi pembayaran dividen oleh perusahaan. g.
Teori-Teori Kebijakan Dividen Beberapa teori kebijakan dividen yang dapat digunakan sebagai landasan
penentuan kebijakan bagi perusahaan yaitu: 1
Dividend Irrelevant Theory Menurut Modigliani dan Miller dalam Lukas 2003: 285, nilai
perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio
DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak atau Earning Before Interest and Tax EBIT dan kelas risiko perusahaan. Jadi,
menurut Modigliani dan Miller, keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan dalam bentuk
laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Modigliani dan Miller membuktikan pendapatnya secara matematis dengan berbagai asumsi
sebagai berikut: a
Pasar modal yang sempurna dimana semua investor bersikap rasional. b
Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru.
c Tidak ada pajak.
d Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.
2 The Bird in the Hand Theory
Gordon dan Lintner dalam Lukas 2003: 287 menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan meningkat jika Dividend Payout
Ratio DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend
yield lebih pasti daripada capital gains yield. Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner ini merupakan suatu
kesalahan Modigliani dan Miller menggunakan istilah “The Bird in the Hand Fallacy
”. Menurut Modigliani dan Miller, pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan
yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.
3 Tax Differential Theory
Menurut Agus 2014: 288, karena dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gains, maka investor akan
meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend yield yang tinggi. Perusahaan lebih baik menentukan dividend
payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai
perusahaan. 4
Signaling Hypothesis Theory Menurut Lukas 2003: 287 jika ada kenaikan dividen, sering
diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat
dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gains. Tapi Modigliani dan Miller berpendapat bahwa
suatu kenaikan dividen biasanya merupakan suatu “sinyal” kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan
yang baik dividen masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang
dibawah kenaikan normal biasanya diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi kesulitan pembayaran dividen di
masa mendatang. Teori “Signaling Hypothesis” ini sulit dibuktikan secara empiris. Perubahan dividen mengandung beberapa informasi,
tetapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah
adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek “sinyal” atau disebabkan karena efek “sinyal” dan preferensi
terhadap dividen. 5
Clintele Effect Theory Teori ini menyatakan bahwa kelompok clientele pemegang saham
yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan
penghasilan pada saat ini lebih menyukai dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan
uang saat ini lebih menginginkan perusahaan menahan sebagian laba bersih perusahaan.
Jika ada perbedaan pajak bagi individu misalnya orang lanjut usia dikenai pajak lebih ringan maka kelompok pemegang saham yang
dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini menginginkan perusahaan membagi
dividen yang kecil. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar. Bukti
empiris menunjukkan bahwa efek clientele ini ada. Tapi menurut Modigliani dan Miller hal ini tidak menunjukkan bahwa dividen besar
lebih baik dari dividen kecil, demikian sebaliknya. Efek clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan
dividen tertentu lebih menguntungkan mereka Lukas, 2014: 288.
h. Rasio Pembayaran Dividen Dividen Payout Ratio
Rasio ini melihat bagian earning pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan
diinvestasikan kembali ke perusahaan. Rasio pembayaran dividen dihitung sebagai berikut:
Rasio pembayaran dividen = Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor
tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Sebaliknya, semakin kecil dividend payout ratio,
maka akan merugikan pemegang saham investor tetapi internal financial perusahaan semakin
kuat. Perusahaan
yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang
rendah, sebaliknya, perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan bagian
dari kebijakan dividen perusahaan.