Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian .1 Tahap Pra-lapangan dan Persiapan Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Tahap Pra-lapangan dan Persiapan Penelitian
Peneliti awalnya melakukan konsultasi bersama dosen pembimbing untuk penentuan topik yang akan diteliti. Dari
hasil diskusi yang dilakukan, peneliti memperoleh beberapa topik yang sebagian besar dipilih berdasarkan fenomena dan
masalah yang terjadi di masyarakat dan lingkungan rumah sakit dan peran serta tenaga kesehatan khususnya
keperawatan. Dari beberapa topik tersebut, peneliti kemudian memilih salah satunya untuk dijadikan topik penelitian yang
akan diteliti. Pemilihan topik tentang “Makna Hidup Pasien Pre- dan Post-histerektomi ini didasarkan pada hasil kajian
peneliti sewaktu melakukan praktik klinik tentang respon pasien yang akan dan telah dihisterektomi. Peneliti tertarik
untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang fenomena tersebut. Peneliti kemudian melakukan studi pendahuluan di
Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang tempat peneliti melakukan praktik klinik yang kemudian dipilih
sebagai tempat penelitian. Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang adalah salah satu Rumah Sakit
YAKKUM Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum terletak di Jln. Citarum 98, kelurahan Mlatiharjo, Kecamatan
Semarang Timur, kota Semarang. Alasan mendasar peneliti memilih Rumah Sakit Panti
Wilasa “Citarum” menjadi tempat penelitian adalah:
1. Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang
merupakan salah satu rumah sakit yang bergelut dalam pendidikan.
2. Sebagai rumah sakit yang bekerjasama dengan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana, khususnya sebagai wadah praktik klinik
mahasiswa. 3.
Berdasarkan pengalaman praktik di rumah sakit tersebut, peneliti melihat bahwa Rumah Sakit Panti
Wilasa “Citarum” Semarang merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki bangsal perawatan khusus
kebidanan dan penyakit kandungan yang diberi nama ruang Bougenville.
4. Lokasi Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang
mudah dijangkau sehingga memungkinkan peneliti memperoleh data.
Setelah melakukan studi pendahuluan, peneliti menyusun Bab 1, 2 dan 3 yang didalamnya mencakup latar
belakang penelitian, kajian pustaka dan metode penelitian. Peneliti juga membuat panduan wawancara interview guide.
Semuanya dibuat dalam bentuk proposal yang kemudian diseminarkan pada tanggal 26 April 2012.
Setelah diseminarkan dan proposal peneliti dianggap layak untuk diteliti oleh pihak fakultas, peneliti mengurus surat
ijin melakukan penelitian dari fakultas yang ditujukan kepada pihak Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang. Setelah
mendapatkan feedback dari pihak rumah sakit dan diijinkan meneliti pada tanggal 12 Juni 2012, peneliti yang berkuliah di
Salatiga menyewa sebuah kamar kost di dekat Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang, yang akan peneliti tempati
selama melakukan penelitian untuk mempermudah akses peneliti ke tempat penelitian. Agar mempermudah peneliti
mendapatkan informasi
tentang pasien
yang akan
dihisterektomi, selain melakukan pengecekan ke ruangan perawatan setiap harinya, peneliti juga meminta bantuan
kepada beberapa perawat ruangan dengan memberikan nomor telepon genggam peneliti untuk dihubungi jika ada
pasien yang mendaftar untuk dihisterektomi.
4.1.2 Pelaksanaan Penelitian. Partisipan
Wawancara Pre- histerektomi
Wawancara Post- histerektomi
Partisipan 1 THS
23 Juni, 3 Juli dan 11 Juli 2012
24 Juni, 17 Juli dan 24 Juli 2012
Partisipan 2 JCS
17 September 2012 Tidak
dilakukan wawancara post-operasi
Partisipan 3 SS
29 September dan 6 Oktober 2012
6 Oktober 2012 setelah dilakukan wawancara pre-
histerektomi Pelaksanaan penelitian dimulai sejak bulan Juni
sampai Oktober 2012. Awalnya peneliti ingin mewawancarai partisipan sebelum dihisterektomi sesuai dengan topik yang
peneliti pilih. Namun karena keterbatasan informasi dalam hal ini banyak histerektomi yang tidak terjadwal dan mendadak,
peneliti mewawancarai tahap pre-histerektomi setelah partisipan dihisterektomi dan bersedia diwawancara. Agar
partisipan tidak
bingung saat
diwawancara, peneliti
mengkondisikan partisipan dengan menjelaskan terlebih dahulu tahap dan tujuan wawancara serta meminta partisipan
mengingat kembali apa yang dialami dan dirasakan pre- histerektomi. Setelah wawancara pre-histerektomi selesai,
peneliti kemudian melakukan wawancara untuk tahap post- histerektomi dengan kembali mengkondisikan partisipan
seperti yang peneliti lakukan pada tahap pre-histerektomi. Wawancara
pertama untuk
partisipan pertama
dilakukan di bangsal rumah sakit pada tanggal 23 Juni 2012, beberapa jam setelah partisipan keluar dari ruang operasi dan
dan telah dalam keadaan komposmentis. Peneliti awalnya memperkenalkan diri kemudian membina hubungan saling
percaya dengan partisipan dan kerabat yang saat itu menemani
partisipan. Setelah
itu, barulah
peneliti menyampaikan maksud dan tujuan peneliti. Peneliti meminta
partisipan menandatangani lembar persetujuan menjadi partisipan penelitian, setelah itu barulah peneliti melakukan
wawancara. Selain mewawancarai peneliti juga melakukan observasi
selama wawancara
berlangsung. Untuk
mempermudah peneliti mengingat, hasil observasi peneliti tulis dalam buku kecil yang sudah peneliti siapkan
sebelumnya. Setelah mewawancarai, peneliti meminta persetujuan partisipan untuk kembali melakukan wawancara
berikutnya. Peneliti juga meminta nomor telepon genggam dan alamat rumah partisipan agar mempermudah peneliti
menghubungi partisipan.
Wawancara kedua untuk tahap pre-histerektomi partisipan pertama berlangsung di rumah partisipan pada
tanggal 3 Juli 2012. Sedangkan wawancara ketiga dilakukan pada tanggal 11 Juli 2012. Setelah data wawancara pre-
histerektomi dianggap cukup, peneliti kembali melakukan kontrak waktu untuk melakukan wawancara post-histerektomi
kedua, karena wawancara pertama telah peneliti lakukan sehari setelah wawancara pre-histerektomi pertama yaitu
pada tanggal 24 Juni 2012 saat partisipan masih dirawat di rumah sakit.
Wawancara post-histerektomi kedua dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2012. Sebelum wawancara dimulai,
peneliti mengkondisikan partisipan dengan menjelaskan terlebih dahulu tujuan wawancara agar partisipan dapat fokus
pada keadaan post-histerektomi yang dialami. Hal yang sama juga peneliti lakukan pada wawancara ketiga post-
histerektomi yang dilakukan pada tanggal 24 Juli 2012. Waktu wawancara pre- dan post-histerektomi dengan partisipan
pertama dimulai sejak 23 Juni sampai 24 Juli 2012. Wawancara
pertama dengan
partisipan kedua
berlangsung di rumah sakit pada tanggal 17 September 2012 sehari setelah partisipan dihisterektomi. Selain wawancara,
peneliti juga melakukan observasi. Seperti pada partisipan
pertama, sebelum
wawancara dimulai,
peneliti mengkondisikan
partisipan terlebih
dahulu dengan
menjelaskan tujuan dan tahap wawancara serta meminta partisipan mengingat kembali apa yang dialami dan dirasakan
sebelum dihisterektomi. Setelah melakukan wawancara, peneliti
melakukan kontrak
waktu untuk
melakukan wawancara berikutnya. Peneliti meminta alamat rumah serta
nomor telepon genggam partisipan agar lebih mudah dihubungi.
Berdasarkan kontrak waktu yang dilakukan, pada tanggal 21 September 2012 peneliti kemudian mencoba
mendatangi alamat yang diberikan partisipan, tempat anaknya berdomisili selama berkuliah di Semarang. Kesulitan
menemukan alamat yang diberikan membuat peneliti bertanya langsung kepada ketua RT setempat, namun oleh
ketua RT alamat tersebut dinyatakan tidak jelas. Peneliti kemudian kembali menghubungi partisipan via telepon dan
melakukan kontrak waktu untuk melakukan wawancara berikutnya. Namun, pertemuan yang dilakukan peneliti
dengan partisipan pada tanggal 25 September 2012 di rumah sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang saat partisipan akan
melakukan check up, partisipan yang saat itu ditemani suaminya menolak untuk diwawancarai sehingga untuk
partisipan kedua, peneliti hanya melakukan wawancara untuk tahap pre-histerektomi.
Untuk partisipan ketiga, peneliti mendatangi bangsal tempat partisipan dirawat beberapa jam setelah partisipan
dihisterektomi, yaitu pada tanggal 27 September 2012. Peneliti berrencana berkenalan sekaligus mewawancarai
partisipan. Namun, kondisi partisipan saat itu tidak memungkinkan untuk diwawancara akibat nyeri post-
histerektomi. Peneliti kemudian mencoba menggali informasi lewat bincang-bincang yang peneliti lakukan bersama kakak
serta suami partisipan. Informasi yang peneliti dapatkan tidak direkam. Peneliti hanya mengandalkan ingatan serta hasil
observasi yang peneliti tulis dalam buku yang peneliti bawa. Wawancara pertama pre-histerektomi partisipan ketiga
baru dilakukan dua hari kemudian yaitu pada tanggal 29 September 2012. Seperti pada partisipan pertama dan kedua,
sebelum mewawancarai, peneliti menjelaskan tujuan tahap dan tujuan wawancara dan meminta partisipan kembali
mengingat keadaan pre-histerektominya sebelum wawancara dimulai. Selesai melakukan wawancara, peneliti kemudian
meminta nomor telepon genggam serta alamat rumah partisipan
agar memudahkan
peneliti menghubungi
partisipan.
Wawancara kedua untuk tahap pre-histerektomi dilakukan di rumah partisipan pada tanggal 6 Oktober 2012.
Selesai melakukan wawancara pre-histerektomi, peneliti melanjutkan dengan melakukan wawancara post-histerektomi
pertama. Sebelum wawancara dimulai, peneliti kembali menjelaskan tahap dan tujuan wawancara agar partisipan
berfokus pada keadaan post-histerektominya. Pengumpulan data melalui wawancara maupun observasi partisipan ketiga
dilakukan mulai 27 September sampai 6 Oktober 2012.