Selain itu partisipan juga mengalami hal yang sama ketika bekerja,
melayani orang lain dan membantu orang lain.
Sebelum dihisterektomi, partisipan berrencana untuk semakin memperbaiki kesehatan setelah dihisterektomi yaitu dengan
melakukan pemeriksaan kembali ke dokter lain untuk mempercepat penyembuhannya. Akan tetapi, sebelum dihisterektomi perasaan
cemasnya akan prosedur histerektomi bertambah ketika dilakukan sterilisasi daerah histerektomi tanpa penjelasan perawat yang
bertugas. Partisipan cukup puas dengan pelayanan yang diberikan akan tetapi ia merasakan pentingnya penjelasan prosedur
histerektomi kepada pasien sebelum perawat melakukan tindakan. Partisipan berpendapat bahwa perawat seharusnya mampu
mengetahui kondisi psikologis serta mampu menciptakan perasaan tenang dari pasien yang dirawatnya.
f. Laporan Observasi Post-histerektomi Partisipan 1
Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 24 Juni 2012 bertempat di ruang Bougenvile Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum”
Semarang, sehari setelah peneliti melakukan wawancara pertama pre-histerektomi. Pada awal peneliti datang ke ruang tempat
partisipan dirawat, partisipan sedang menerima telepon dari temannya sehingga peneliti kembali ke ruang perawat. Sekitar 20
menit kemudian, barulah peneliti kembali ke ruang tempat
partisipan dirawat. Tampak anak partisipan yang sulung sedang bersama partisipan sambil membaca majalah.
Partisipan menyambut peneliti dengan senyuman dan menyatakan kesediaan untuk diwawancara. Partisipan tampak
lemas dan pucat. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti, partisipan sering menarik napas panjang sambil
memegangi daerah histerektominya dan sesering mungkin berusaha untuk mengatur posisi saat wawancara berlangsung.
Walaupun terlihat kesakitan, partisipan berusaha mendekatkan kepalanya ke arah peneliti agar dapat mendengar pertanyaan yang
diajukan. Suasana ruangan yang ribut karena bertepatan dengan waktu kunjungan pasien membuat partisipan seringkali berhenti
berbicara dan kembali melanjutkannya setelah menunggu suasana agak tenang. Setelah selesai melakukan wawancara, peneliti
melakukan kontrak waktu bersama partisipan untuk wawancara selanjutnya.
Wawancara kedua dilakukan di ruang tamu rumah partisipan pada tanggal 17 Juli 2012. Peneliti datang ke rumah partisipan
pukul 17.30 WIB. Partisipan tampak lebih segar dibandingkan dengan wawancara sebelumnya dengan menggunakan kaos hitam
berlengan pendek dan celana pendek. Tampak anak partisipan yang sulung sedang membuatkan kado untuk keponakan partisipan
yang berulang tahun sedangkan suami partisipan sedang membersihkan rumah.
Sebelum wawancara dimulai, partisipan menunjukan video rekaman proses histerektomiya dan terus menanyakan bagian-
bagian yang tampak pada video tersebut. Partisipan terlihat serius dan sangat berkonsentrasi saat diskusi terjadi antara peneliti dan
partisipan tentang efek pengangkatan uterus dan ovarium dalam hubungannya dengan penuaan dini. Hal ini juga terlihat saat
mendiskusikan tentang flek yang masih tetap ada walaupun histerektominya telah berlangsung hampir satu bulan. Pada akhir
diskusi dan sebelum wawancara dimulai, peneliti diberi kertas yang berisi informasi tentang cara-cara melakukan senam yang biasanya
dilakukan partisipan di rumah agar tubuhnya lebih segar. Saat proses wawancara berlangsung, partisipan terlihat
menarik napas panjang tapi ekspresi wajahnya tetap terlihat tenang dan tersenyum saat peneliti menanyakan tentang apakah ada
perasaan kecewa yang dirasakan partisipan karena harus kehilangan uterus. Partisipan tertawa saat mengatakan bahwa
dirinya lebih takut tua dibanding takut meninggal. Saat menjelaskan maksud partisipan tentang hal itu, partisipan kembali membahas
tentang efek pengambilan ovarium dan uterus, yang diketahui menyebabkan penuaan dini.
Partisipan tersenyum dan nada bicaranya terdengar bersemangat, saat menceritakan pengalaman teman-temannya
yang dapat menjalani histerektominya dengan baik dan tidak mengalami dampak histerektomi yang selama ini dikuatirkan
partisipan. Partisipan terlihat santai ketika menceritakan pola makannya
yang harus dijaga setelah dihisterektomi namun, mata partisipan melihat ke bawah kemudian kembali melihat ke peneliti, saat
menceritakan tentang kecemasannya jika tidak bisa seoptimal seperti sebelum dihisterektomi. Volume suara partisipan mengecil
saat menceritakan tentang keadaannya yang harus bergantung kepada orang lain padahal ia adalah seorang yang mandiri sebelum
dihisterektomi. Partisipan juga menghembuskan napas panjang, ketika
menceritakan tentang temannya yang membutuhkan waktu kurang lebih dua bulan untuk bisa sembuh total. Di akhir percakapan,
partisipan tertawa saat mengatakan sampai kapan penderitaannya berakhir.
Partisipan menatap keluar rumah saat menceritakan tentang jahitannya yang belum kunjung sembuh. Volume suara partisipan
membesar saat menceritakan akan drinya yang terus memikirkan jahitannya yang masih terus mengeluarkan cairan dan belum
mengering walaupun telah ia sendiri telah menjaga pola makannya.
Volume suara partisipan mengecil saat peneliti bertanya tentang pergumulan yang dialami atas pekerjaan yang tertunda.
Partisipan memegangi pinggangnya saat menceritakan vitamin yang rencananya akan dikonsumsi untuk memulihkan
kondisinya. Mata partisipan melihat ke bawah ketika peneliti menanyakan tentang pandangan partisipan tentang penyakitnya
setelah partisipan dihisterektomi yang dijawab partisipan sebagai akar kepahitan. Partisipan menunjuk bagian perutnya yang sering
sakit saat menceritakan tentang pergumulannya akan nyeri dan vertigo yang dirasakan. Volume suara partisipan mengecil saat
menceritakan tentang vitamin yang sampai sekarang belum ia dapatkan dari dokter untuk mencegah proses penuaan dini.
Partisipan tersenyum saat peneliti bertanya tentang relasinya dengan keluarga post-histerektomi.
Wawancara ketiga kembali dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2012 di ruang tamu rumah partisipan. Partisipan tampak rapi dan
dengan model rambut partisipan yang digunting pendek, partisipan tampak lebih fresh dibanding wawancara sebelumnya.
Saat wawancara berlangsung, partisipan mencoba mengingat dan kemudian tertawa saat peneliti menanyakan tentang beban
perasaannya dengan tidak adanya uterus. Partisipan juga tertawa saat peneliti bertanya tentang pengaruh diangkatnya uterus dan
hubungannya dengan orang lain, namun volume suara partisipan
mengecil saat peneliti bertanya tentang pandangan partisipan tentang dirinya dengan diangkatnya uterus dan selesai menjawab
partisipan tertawa. Partisipan juga tertawa saat peneliti bertanya tentang kekuatiran akan kehidupan seksual. Volume suara
partisipan kembali
membesar saat
menceritakan tentang
kecemasannya ketika mendengar kista ovariumnya dapat kembali tumbuh.
g. Analisis Verbatim Post-histerektomi Partisipan 1