4.4 Ekstraksi
Ekstraksi serbuk simplisia dilakukan secara maserasi bertingkat dimulai dari pelarut non polar hingga pelarut polar n-heksana-etilasetat-etanol yaitu
untuk memisahkan senyawa kimia yang terdapat pada buah andaliman berdasarkan tingkat kepolarannya dengan aturan like dissolve like, dimana
senyawa polar akan larut didalam pelarut polar dan senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar. Hasil ekstraksi dari 1 kg serbuk simplisia buah
andaliman diperoleh ekstrak n-heksana 41,30 g, ekstrak etilasetat 152,22 g dan ekstrak etanol 30,20 g. Penggunaan pelarut n-heksana untuk menarik senyawa
kimia non polar, seperti triterpenoid dan steroid bebas. Pelarut etilasetat digunakan agar senyawa kimia yang bersifat semipolar dan agak polar tersari di
dalamnya, seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, dan tanin. Terakhir digunakan pelarut etanol untuk menarik sempurna senyawa yang bersifat polar seperti
glikosida, flavonoid, tanin dan alkaloid.
4.5 Uji sitotoksik Ekstrak
n-heksana, ekstrak
Etilasetat dan EkstrakEtanolbuah andaliman terhadap Sel MCF-7 dan Sel T47D.
Metode MTT [3-4,5-dimetiltiazol-2-il-2,5-difenil tetrazolium bromida] adalah salah satu uji sitotoksisitas yang bersifat kuantitatif. Uji ini berdasarkan
pengukuran intensitas warna kolorimetri yang terjadi sebagai hasil metabolisme suatu substrat oleh sel hidup menjadi produk berwarna. Pada uji ini digunakan
garam MTT. Garam ini akan terlibat pada kerja enzim dehidrogenase. MTT akan direduksi menjadi formazan oleh sistem reduktase suksinat tetrazolium, yang
termasuk dalam mitokondria dari sel hidup Kupcsick dan Martin., 2011.
Universitas Sumatera Utara
Uji sitotoksik dilakukan untuk mengetahui potensi ketoksikan dari bahan uji berupa ekstrak n-heksana,
ekstraketilasetat dan ekstraketanolbuah andalimanyang dinyatakan dalam parameter IC
50
. Perlakuan ekstrak n-heksana, ekstraketilasetat dan ekstraketanolbuah
andaliman dengan seri konsentrasi 31,25 µgml, 62,5 µgml, 125 µgml, 250 µgml, dan 500 µgml menunjukkan adanya korelasi antara konsentrasi larutan uji
dengan efek toksik yang ditimbulkan. Hasil pengujian sitotoksik larutan uji terhadap sel MCF-7 dan sel T47D. Pengujian tersebut memberikan nilai
IC
50
159,747µgml terhadap ekstrakn-heksan ENHBA, 136,490 µgml terhadap ekstrak etilasetat EEABA, dan 957,499 µgml terhadap ekstrak etanolEEBA
terhadap sel MCF-7.sedangkan hasil pengujian sitotoksik larutan uji terhadap sel T47D memberikan nilai IC
50
57,013 µgml terhadap ekstrakn-heksan ENHBA, 52,031 µgml terhadap ekstrak etilasetat EEABA, dan 463,231 µgml terhadap
ekstrak etanol EEBAdan IC
50
doxorubicin 348,72 nM. Di mana pada konsentrasi ini masing-masing ekstrak sudah dapat menghambat 50 pertumbuhan sel MCF-
7 dansel T47D. Ekstrak dinyatakan poten jika mempunyai nilai IC
50
kurang dari 100 µgml Ueda, et al., 2002.Dari hasil pengujian dan perhitungan nilai
IC
50
ekstrak diperoleh memiliki IC
50
diatas 100 µgml terhadap sel MCF-7. Namun masih dapat berpotensi sebagai agen kemoterapi pada pengobatan kanker. Ekstrak
ini dapat menjadi agen ko-kemopreventif, sebagai terapi tambahan yang dikombinasikan dengan obat kanker modern seperti doxorubicin.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara konsentrasi ekstrak dengan IC
50
sel MCF-7 dan sel T47D.
Dari hasil uji sitotoksik, ekstrak yang akan dilanjutkan untuk pengujian selanjutnya adalah ekstrak etil asetat EEABA terhadap sel MCF-7. EEABA
memiliki nilai IC
50
paling rendah 136,490 µgml dibandingkan dengan ekstrak n-heksan ENHBA 159,747 µgml dan ekstrak etanol EEBA 957,499 µgml.
Dipilih sel MCF-7 karena sel ini telah resisten terhadap beberapa obat antikanker seperti doxorubicin. Kombinasi doxorubicin dan EEABA diharapkan dapat
memberikan hasil yang sinergis sehingga dapat dikembangkan sebagai obat antikanker.
4.6 Uji Kombinasi EEABA-Doxorubicin terhadap MCF-7