34 penelitian ini diukur melalui hasil
post test yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ginanjar Jiwangga Murti pada tahun 2014 dengan
judul “Keefektifan Penggunaan Metode Talking Stick Dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Peserta Didik Kelas XI
Usaha Perjalanan Wisata SMK Negeri 4 Yogyakarta“.
Metode penelitian ini merupakan metode penelitian quasi-experiment.
Sampel penelitian ini ditentukan dengan cara random sampling, dan dijadikan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kelas eksperimen yang terdiri
22 peserta didik dan kelas kontrol yang terdiri 23 peserta didik. Data dianalisis menggunakan uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai
rata-rata post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Siswa yang diajar dengan pendekatan metode
Talking Stick dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman kelas XI Usaha Perjalan Wisata SMK
Negeri 4 Yogyakarta lebih efektif dibandingkan dengan metode konvensional.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sekar Rani Pangga Noftrina pada tahun 2013 dengan judul “Keefektifan penggunaan teknik Talking Stick Dalam
Pembelajaran Keterampilan Membaca Bahasa Jerman di SMA Negeri 1 Ngemplak Sleman
”. Metode penelitian ini merupakan metode penelitian
quasi-experiment. Sampel penelitian ini ditentukan dengan cara random sampling, dan
35 dijadikan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kelas eksperimen yang terdiri
32 peserta didik dan kelas kontrol yang terdiri 32 peserta didik. Data dianalisis menggunakan uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai
rata-rata post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Siswa yang diajar dengan pendekatan metode
Talking Stick lebih efektif dalam pembelajaran bahasa Jerman.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Evi Nurcahyani pada tahun 2014 dengan judul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Pemeliharaan bahan Tekstil
Siswa Kelas X SMK N 1 Ngawen Melalui Model Pembelajaran Talking Stick”.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
Talking Stick mampu: 1 meningkatkan pembelajaran pada siklus l tercapai 75, sedangkan siklus ll dapat tercapai 100. 2
meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pra siklus keaktifan siswa sebesar 68,22, pada siklus l prosentase keaktifan siswa 77,33, dan siklus
ll prosentase keaktifan siswa sebesar 91,44. 3 meningkatkan prestasi belajar siswa pada pra siklus prosentase siswa yang tuntas 36 atau 9
siswa, dan prosentase yang tidak tuntas 64 atau 16 siswa. Siklus l hasil prosentase siswa yang tuntas 88 atau 22 siswa dan yang tidak tuntas 12
atau 3 siswa. Pada siklus ll hasil prosentase siswa yang tuntas 100 atau 25 siswa.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Haji Wirahana dengan judul “ Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model Cooperative Learning Tipe
Talking Stick Pada Pembelajaran Pkn di Kelas Va SDN 2 Metro Selatan”.
36 Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model
cooperative learning tipe talking stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari persentase aktivitas belajar siswa pada siklus l 65,28 dan siklus ll 85,41 dengan peningkatan dari siklus l ke siklus ll sebesar 20,13
. Nilai rata-rata kinerja guru pada siklus l 68,21 dan siklus ll sebesar 87,5. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus l sebesar 53,06
kemudian pada siklus ll meningkat menjadi 85,28, dengan peningkatan dari siklus l ke siklus ll yaitu 55,55.
Berdasarkan hasil penelitiaan yang dilakukan oleh Evi Nurcahyani yang menunjukkan bahwa metode pembelajaran
talking stick dapat meningkatkan keaktifan siswa, hal tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan
peneliti bahwa metode pembelajaran talking stick dapat meningkatkan
keaktifan siswa. Sedangkan hasil penelitian dari Haji Wirahana yang menyimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
hasil belajar siswa yang sejalan dengan penelitian yang di lakukan peneliti bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe
talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Pikir