Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
56 mikroskop binukular dan optical web atau
metode pemotretan
microskopis. Dalam
pengambilan stomata digunakan lensa dengan pembesaran 400 x.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sawi yang
diberikan perlakuan
berupa pemberian paparan gelombang sawi mempunyai
efek lebih baik dibandingkan dengan yang tidak di beri perlakuan dilihat dari hasil berat,
panjang, lebar daun serta pembukaan stomata dan lebar pembukaan stomata
[2]
.
a. Dilihat dari panjang daun sawi.
Grafik 1 : Menunjukkan perbandingan
panjang daun sawi dengan frekuensi yang berbeda.
Dilihat dari grafik 1 perlakuan pada frekuensi 5000-6000 hz memberi kontribusi pada panjang
daun yaitu 15,6 cm sejak pengukuran pertama dilakukan, dibandingkan dengan perlakuan pada
sawi sendok frekuensi 9000-10000 hz yaitu 14,3 ±0.05
cm dan frekuensi 7000-8000 hz mempunyai panjang daun 11,8 ±0.05 cm dan
sawi tanpa perlakuan yang mempunyai panjang paling kecil dibandingkan dengan frekuensi
lainnya yaitu 11,4 ± 0.05 cm.
b. Dilihat dari lebar daun sawi
Grafik 2 : Menunjukkan perbandingan lebar daun sawi dengan frekuensi yang berbeda.
Dilihat dari grafik 2 lebar daun frekuensi 9000- 10000 hz mempunyai daun yang paling lebar
yaitu 9,7 ± 0.05 cm dan berbanding terbalik jika mengamati panjang daun pada frekuensi yang
sama dibandingkan dengan frekuensi 5000-6000 hz yaitu 9,6 ± 0.05 cm dan fekuensi 7000-8000
hz memilikipanjang daun 7,7 ± 0.15 cm dan sawi tanpa perlakuan 7,4 0.05 cm ataupun
frekuensi 9000-10000 hz berkontribusi pada lebar daun.
c. Dilihat dari berat sawi
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
57
Grafik 3 : Menunjukkan perbandingan berat daun sawi dengan frekuensi yang berbeda.
Dilihat dari grafik 3 berat daun pada frekuensi 9000-10000 hz paling besar yaitu 79,8 gram
dibandingkan dengan frekuensi 5000-6000 hz yaitu 56,6 dan frekuensi 7000-8000 hz yaitu
53,7 gram, sawi sendok tanpa perlakuan memiliki berat paling kecil yaitu 43,3 gram.
d. Pembukaan stomata.
Pada frekuensi 5000-6000 hz
Gambar 7 : Pembesaran 400 kali pada daun.
Gambar 7 menunjukkan pembesaran 400 kali pada daun dan menunjukkan bahwa pada
frekuensi 5000-6000 hz memiliki :
Jumlah stomata 24 buah dan jumlah stomata yang terbuka sebanyak 18 buah atau jumlah
pembukaan stomata sebanyak 75. Dari jumlah stomata yang terbuka dikali dengan luas rata-
rata pembukaan stomata : 18 x 0.54 = 0.972 mm.
Pada frekuensi 7000-8000 hz Gambar 8 : Pembesaran 400 kali pada daun.
Gambar 8 menunjukkan pembesaran daun sebesar 400 kali dan menunjukkan bahwa pada
frekuensi 7000-8000 hz memiliki :
Jumlah stomata 16 buah dan jumlah stomata yang terbuka 15 buah
ataupun jumlah pembukaan stomata sebesar 93.75 . Dari
jumlah stomata yang terbuka dikali dengan luas rata-rata pembukaan stomata : 15 x 0.4 = 0.6
mm.
Pada frekuensi 9000-10000 hz
Gambar 9 : Pembesaran 400 kali pada daun.
Gambar 9 menunjukkan pembesaran 400 kali pada daun dan menunjukkan bahwa pada
pembukaan frekuensi 9000-10000 hz memiliki :
Jumlah stomata 50 buah dan jumlah stomata yang terbuka 45 buah
ataupun jumlah
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
58 pembukaan stomata sebesar 90 . Dari jumlah
stomata yang terbuka dikali dengan luas rata- rata pembukaan stomata : 45 x 0.64 = 2.88 mm.
Walaupun mempunyai luas stomata kalah dari frekuensi 7000-8000 hz tapi luas secara
keseluruhan frekuensi 9000-1000 hz memiliki luas paling besar yaitu 2.88 mm .
Pada sawi tanpa perlakuan.
Gambar 10 : Pembesaran 800x pada daun.
Gambar 10 menunjukkan pembesaran 400 kali pada daun dan menunjukkan bahwa pada sawi
tanpa perlakuan memiliki :
Jumlah stomata 29 buah dan stomata yang terbuka 22 buah ataupun jumlah pembukaan
stomata sebesar 75.8 . Dari jumlah stomata yang terbuka dikali dengan luas rata-rata
pembukaan stomata : 18 x 0.4 = 0.88 mm.
Tabel 1 : menunjukkan panjang, lebar daun, jumlah stomata,jumlah pembukaan stomata
dan luas stomata.
Pada saat pengambilan sampel daun yang menunjukkan stomata pada pembesaraan 400
kali, peneliti menggunakan alat microskop binukuler yang menunjukkan sekala 0 - 100 dan
setiap 37 skala binukuler menunjukkan 0,1 mm pada skala penggaris seperti pada gambar
berikut :
Gambar 11 : hasil pembesaran daun yang mempunyai frekuensi 5000-6000 hz dan
diukur panjang dan lebar stomata.
Dari gambar 11 menunjukkan daun yang diperbesar dan diberi skala untuk membantu
pengukuran stomata. Didapatkan panjang dan lebar pembukaan stomata adalah :
Panjang x lebar bukaan stomata 3 x 4 = 12 skala
12 skala x 0.0027 = 0.032 mm Didapatka bahwa pembukaan pelebaran stomata
sebesar 0.0032 mm.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang ditarik pada penelitian ini adalah :
5000-6000 hz
7000-8000 hz
9000-10000 hz
kontrol Panjang
dauncm 15.6 ± 0.05
11.8 ± 0.05 14.3 ± 0.1
11.4 ± 0.05 Lebar
dauncm 9.6 ± 0.05
7.7 ± 0.15 9.7 ± 0.05
7.4 ± 0.05 Jumlah
stomatabuah 24
16 50
29 Bukaan
stomatacm 18
15 45
22 Luas
stomatamm 0.097
0.6 2.88
0.88
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
59 1. Dilihat dari daun yang paling panjang
frekuensi 5000 hz – 6000 hz memiliki daun yang paling panjang yaitu 15.6 ±
0.05 cm.
2. Dilihat dari daun yang paling lebar frekuensi 9000-10000 hz memiliki daun
yang paling lebar yaitu 9.7 ± 0.05 cm. 3. Pada sawi yang diberi frekuensi 9000-
1000 hz mempunyai berat yang paling besar yaitu 78,86 gram.
4. Dilihat dari segi banyaknya stomata, jumlah pembukaannya frekuensi 9000-
1000 hz paling baik yaitu 45 buah atau dalam pembukaan stomata 90 .
5. Pembukaan stomata paling lebar yaitu 2.88 mm dilihat dari frekuensi 9000 –
10000 hz .
SARAN
Untuk pelitian lebih lanjut dapat dicoba pada penanaman tanaman pada bedengan, untuk dapat
memberikan nutrisi yang lebih banyak pada tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Yulianto, 2007. Pengaruh gelombang suara dan nutrisirumput laut tehadap hasil
kentang.agrosains1:13-18. [2]. Tesar Aditya, Made Rai Suci Shanti, Adita
Sutrisno. Studi pengaruh frekuensi 6000- 9600 hz pada musik gamelan jawa terhadap
pertumbuhan sawi hijau jenisbrassica rapa var. parachinensis L dan Brassica juncea.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains dan Matematika , UKSW,
ISSN:2087-0922
[3]. Yeni widyawati, nur kandarisma, agus purwanto.
Pengaruh suara
“GARENGPUNG” dundubia manifera termanipulasi
pada peak
frekuensi 6,07±0,04 10
3
hz terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman kacang dieng
vicia faba linn. Prosiding seminar nasional penelitian, pendidikan dan penerapan MIPA,
UNY.
[4]. Dwi ratna,
nina. 2002.
pengaruh penggunaan getaran suara dan pemberian
nutrisiterhadap lajua
pertumbuhan tanamanteh camellia sinensisL O kuntze.
Bogor : Institut pertanian bogor.
DISKUSI
Pertanyaan : Apakah penggunaan Frekuensi
yang berbeda hanya mempengaruhi pertumbuhan saja ataukah lumpur –lumpur
seperti vitamin A juga?
Jawab : riset ini hanya terbatas pada pembukaan
stomata dan pertumbuhan sawi sendok saja, belum sampai pada analisis vitamin dan lainnya
Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
60
PENGARUH POSISI SPEAKER TERHADAP PETUMBUHAN IKAN
NILA Oreochromis niloticus MENGGUNAKAN AUDIO FARMING
FREQUENCY 20 – 10000 Hz
Setya Purwaka
1
, Suryasatriya Trihandaru
1,2
, Adita Sutresno
1,2
1
Progdi Pendidikan Fisika , Fakultas Sains dan Matematika, UKSW
2
Progdi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Email:
aditastaff.uksw.edu
ABSTRAK
Nila memanfaatkan gelombang bunyi untuk mendeteksi kondisi disekitarnya, termasuk untuk mendeteksi keberadaan makanan. Gelombang bunyi yang dapat di tangkap oleh nila akan direspon dengan mengubah
tingkah lakunya sesuai dengan apa yang ditangkap dan yang diterjemahkan dan perubahan tingkah laku tersebut berdampak bagi pertumbuhannya. Penelitian dirancang dengan memposisikan speaker berada di
dalam air dengan menggunakan gelombang bunyi berfrekueinsi 20 – 10000 Hz. AFF Audio Farming Frequency adalah pemanfaatan gelombang bunyi untuk kebutuhan pertanian, yang didalamnya termasuk
perikanan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui tingkah laku nila dan dampak yang terjadi terhadap pertumbuhan nila ketika diberikan perlakuan mengunakan AFF dengan posisi speaker di dalam
air. Setelah 10 minggu perlakuan didapatkan data nila berperlakuan mengalami kenaikan berat sebesar 9,8 kali lipat dari berat awal, sedangkan kontrol 10,7 kali lipat dari berat awal. Ketika perlakuan nila
merespon gelombang bunyi dengan perubahan tingkah laku, yaitu respon pertama, nila berkelompok mendekat dan bergiliran makan. Respon kedua, nila menjauh karena tidak nyaman dan tidak makan.
Respon tidak nyaman nila menyebabkan pertumbuhannya menjadi terhambat, sehingga hasil yang diperolah nila perlakuan berada di bawah nila control, sehinggga dari penelitian dapat disimpulkan bahwa
penempatan posisi speaker di bawah air tidak berdampak baik bagi nila dan cenderung menghambat pertumbuhan nila.
Kata kunci : AFF Audio Farming Frequency, posisi speaker, tingkah laku ikan, ikan nila
Pendahuluan Ikan merupakan hewan penghuni media air.
Sebagai penghuni air, cara yang paling efektif untuk berkomunikasi adalah
mengunakan suara. Gelombang suara sebagai alat komunikasi ikan memiliki beberapa
keunggulan, antara lain dapat merambat hingga jarak yang cukup jauh tanpa
dipengaruhi oleh keberadaan terumbu karang atau batu karang, serta tidak dipengaruhi oleh
kecerahan perairan sehingga species ikan tertentu mampu berkomunikasi dengan
menggunakan suara dalam keadaan gelap
[1]. Secara biologis
, i
kan menggunakan tulang dan ototnya untuk menghasilkan suara,
kemudian diterjemahkan dan dimengerti oleh ikan lain. Penelitian yang telah dilakukan
membuktikan bahwa ikan ikan mas pada frekuensi bunyi tertentu akan merespon
dan diikuti dengan perubahan tingkah laku, termasuk untuk menarik lawan jenisnya juga
mengunakan suara [2,3]. Ikan nila memiliki bentuk tubuh yang
panjang dan ramping. Ikan Nila dapat hidup antara suhu 14
° – 38
°C, dengan suhu idealnya adalah 25
° – 30
°C. Ikan nila juga mempunyai toleransi tinggi terhadap
lingkungan hidupnya, yaitu dapat bertahan terhadap ph air antara 5 – 11, dengan ph ideal
antara 7 – 8 [4]. Secara morfologi ikan nila dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Ikan Nila
AFF adalah salah metode pemanfaatan gelombang bunyi untuk kebutuhan pertanian,
termasuk didalamnya bidang perikanan, yaitu metode pemberikan gelombang bunyi
terhadap ikan, untuk mengetahui pertumbuhanya. Pengunaan AFF terhadap
Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
61 ikan nila dengan speaker berada di atas air
selama 6 minggu diperoleh hasil ikan berperlakuan naik 4 kali lipat dari berat awal,
sedangkan kontrol hanya 2 kali lipat dari berat awal, sehingga penelitian dapat
disimpulkan berdampak cukup baik bagi pertumbuhan ikan [5].
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui tingkah laku nila dan dampak
yang terjadi terhadap pertumbuhan nila ketika diberikan perlakuan mengunakan AFF
Audio Farming Frequency dengan posisi speaker di dalam air.
BAHAN DAN METODE Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan digital Kern
Pcb 600-2, sound level meter untuk mengetahui intensitas bunyi, speaker mono
Aiwa, amplifier Fujitsu dengan daya 40 watt.
Dua buah kolam terbuat dari terpal dengan ukuran 4 m x 1,5 m, dengan pompa air yang
menyala dan saluran air yang selalu mengalir. Bibit nila 60 ekor dengan umur rata – rata 1
bulan. Tiga puluh ekor untuk kontrol, 30 untuk diberi perlakuan dimasukkan ke kolam
Metode Pemasangan speaker untuk kolam perlakuan
berada di dalam air berjarak 5 cm dari permukaan air. Pakan, suhu, dan ph air pada
kolam selalu diperhatikan agar tetap dan konstan, sehingga jika terjadi perubahan
pertumbuhan ikan, maka itu disebabkan oleh paparan gelombang bunyi saja, dengan
mengabaikan suara disekitar kolam. Rumus pemberian pakan adalah 10 dari berat total
ikan, sehingga setiap minggu berbeda. pH dan suhu selama penelitian sesuai dengan
referensi yaitu ph 6 – 8 dan suhu 23
° -26°C
Tabel 1. Hubungan berat ikan dengan pakan dan
kondisi suhu dan pH air
miggu ke
Berat g
Pakan g
Suhu °C
pH 0 100,50 10,05 24
8 1 190,30 19,03
25 8
2 270,60 27,06 23
7 3 325,40 32,54
23 6
4 410,00
41,00 24 7
5 480,00
48,00 25 8
6 570,80
57,08 26 8
7 680,30
68,03 26 8
8 787,40
78,74 25 6
9 920,60
92,06 25 6
10 1080,00
108,00 25 7
Gelombang bunyi berasal dari musik instrumen gamelan sunda yang terlebih
dahulu disesuaikan mengunakan software sehingga berfrekuensi 20 – 10000 Hz. Dipilih
gamelan sunda, karena dalam percobaan dengan berbagai jenis musik, perubahan
tingkah laku ikan hanya ditemui ketika diperdengarkan jenis musik ini. Range 20 –
10000 Hz dipakai karena penelitian dirancang untuk mengindentifikasi yang
terjadi, sehingga masih memakai frekuensi audio secara keseluruhan full audio.
Speaker
diletakkan di dalam kotak berdimensi untuk pajang x lebar x tinggi
adalah 14 cm x 9 cm x 5 cm, yang mengeluarkan maksimal 68 dB. Ukuran ini
dipakai karena ketika mencapai 70 db ke atas suara yang terdengar berisik. Kotak yang
dipakai terbuat dari plastik yang dapat dengan mudah ditemukan.
Gambar 2. Speaker di dalam air
Gambar 3. Posisi ikan saat perlakuan
Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
62 Pemberian makan dilakukan setiap pagi dan
sore, karena suhu tidak terlalu panas ideal untuk ikan nila adalah
25 °
– 30 °C [4].
Perlakuan dilakukan bersamaan dengan pemberian makan dengan durasi selama 1
jam. Pakan yang digunakan adalah pelet ikan
biasa, yang mudah ditemui di toko perternakan.
Untuk memperoleh data dilakukan penimbangan. Penimbangan dilakukan satu
minggu sekali dengan tidak memberi makan ikan ketika akan ditimbang, sehingga berat
yang diperoleh adalah berat murni ikan.
HASIL DAN DISKUSI
Gambar 2. Grafik perkembangan Nila
Penelitian menghasilkan data seperti
Gambar 2 , dengan sumbu x menyatakan
waktu dalam minggu dan sumbu y menyatakan berat dalam gram.
Tabel 2. Hubungan berat kontrol dan berat
perlakuan ikan nila
miggu ke Berat
kontrol g Berat
perlakuan g 0 100,50 82,59
1 190,30 145,00
2 270,60 218,33
3 325,40 285,80
4 410,00 362,07
5 480,00 438,20
6 570,80 517,72
7 680,30 590,90
8 787,40 680,90
9 920,60 750,90
10 1080,00 815,90 Dari
Tabel 2 jika didapatkan data
keseluruhan, nila kontrol mengalami kenaikan berat 10,7 kali lipat dari berat awal
dan nila perlakuan 9,8 kali lipat dari berat awal.
Tingkah laku ikan saat perlakuan yaitu membentuk 3 sampai 4 kelompok dan hanya
1 kelompok berada di daerah sekitar speaker dan mulai makan. Kelompok sisanya
menjauh dari speaker dan berada di dasar kolam. Menjauhnya nila merupakan reaksi
bahwa nila merasa terganggu dengan perlakuan, dampaknya pertumbuhan nila
terhambat. Berbeda dengan penelitian dengan speaker di atas air, yaitu ketika perlakuan
nila yang semula membentuk kelompok – kelompok kecil menyatu membentu
kelompok besar dan berada di bawah speaker, serta semuanya mulai bergantian
makan. Tingkah laku ini menyebabkan pada penelitian sebelumnya mendapatkan hasil
yang baik [4].
Kesimpulan Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh
posisi speaker terhadap pertumbuhan ikan nila Oreochromis niloticus mengunakan
AFF berfrekuensi 20-10000 Hz dan diperoleh hasil berat perlakuan adalah 9,8 kali lipat dari
beerat awal dan kontrol 10,7 kali lipat dari berat awal. Sehingga penggunaan speaker di
dalam air dengan gelombang bunyi berfrekuansi 20-10000 Hz tidak memberi
dampak yang baik.
Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
63
DAFTAR PUSTAKA [1] Tavolga, W.N. 1971. Sound Production
and Detection. P. 135 – 205 In W.S. Hoar., dan D.J. Randall. ed. Fish
Physiology. Vol 5: Sensory System and Electric Organic. Academic Press, Inc.
New York
[2] Antabany, Afton. “Dampak getaran pada Pertumbuhan dan Tingkah laku
Mahluk Hidup.” http:ruangkumemajangkarya.wordpress.
com20111227dampak-getaran-pada- pertumbuhan-dan-tingkah-laku-mahluk-
hidupdiaskses tanggal 13 Agustus 2013.
[3] Priatna, Yatna. 2008 Uji Coba
Penentuan Frekuensi Suara Dalam Pemikat Ikan Mas Cyprinus carpio
Skripsi Sarjana . Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
[4] Saparinto, Putra. 2009. Budi Daya Ikan Di Kolam Terpal. Semarang : Penebar
Swadaya. [5]
Setya Purwaka. 2013 Studi Perkembangan Pembibitan Ikan Nila
Oreochromis Niloticus Menggunakan Paparan Gelombang Bunyi Dengan
Rentang Frekuensi 20 – 10000 HZ Skripsi Sarjana. Fakultas Sains dan
Matematika, dipublikasikan di UNDIP 10 September 2013.
Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
64
ANALISIS REDUKSI GAS H
2
S UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BIOGAS BERBAHAN
BAKU SAMPAH ORGANIK BUAH-BUAHAN
Feti Eka Rahayu
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda Rawamangun No.10, Rawamangun, Jakarta Timur
Email: feti.ekagmail.com
ABSTRAK
Biogas adalah gas yang mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob. Komponen biogas antara lain 50-75 CH
4
, 24-40 CO
2
dan ± 2 H
2
S. Hidrogen sulfida meskipun kadarnya kecil dalam biogas namun bersifat korosif, berbau dan beracun,
sehingga kadarnya perlu dikurangi dalam biogas tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mereduksi gas H
2
S dari biogas tersebut. Untuk itu dibutuhkan filter berupa pasir besi yang sebelumnya telah melalui proses penghalusan dengan variasi waktu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Gas yang terbentuk ditampung
dalam balon dan dibawa ke laboratorium untuk selanjutnya melalui uji Gas Analyzer untuk mengetahui besarnya daya adsorpsi filter terhadap gas yang diadsorpsi. Setelah pengujian Gas Analyzer selesai, maka
dapat dianalisis berapa besar daya adsorpsi filter pasir besi terhadap gas H
2
S tersebut. Dari hasil pengujian tersebut, dapat diketahui filter yang baik mereduksi H
2
S.
Kata-kata kunci: biogas, anaerob, H
2
S, Gas Analyzer, filter, adsorpsi
PENDAHULUAN
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme dalam kondisi kedap udara anaerobik. Komposisi biogas antara lain 50-
75 CH
4
, 24-40 CO
2
, dan ±2 H
2
S. Manfaat dari energi biogas adalah sebagai
pengganti bahan bakar , terutama minyak tanah yng digunakan untuk memasak dan kemudian
sebagai pengganti BBM bensin, diesel. Pada skala besar, biogas dapat digunakan sebagai
pembangkit energi tenaga listrik. Selain itu, dari proses produksi biogas dihasilkan pupuk
yang dapat langsung digunakan sebagai pupuk organik pada budidaya pertanian.
Namun, di samping itu, tingginya kadar H
2
S dalam biogas menjadi kendala dalam
pengaplikasian biogas secara langsung karena dapat merusak peralatan dan mencemari
lingkungan. Tingginya kadar H
2
S pada biogas mengakibatkan kalor yang dihasilkan rendah.
Untuk itu, biogas perlu dimurnikan terlebih dahulu dari kandungan H
2
S. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mereduksi kandungan
H2S pada biogas salah satunya dengan menggunakan filter berupa pasir besi. Dengan
menggunakan pasir besi sebagai filter, maka kandungan H
2
S dapat direduksi dengan baik sehingga kadar CH
4
meningkat dan diperoleh hasil optimal kalor yang tinggi.
BAHAN DAN METODE
Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah limbah organik buah-buahan yang berasal dari Pasar Buah Gemah Ripah,
Gamping, Sleman, Yogyakarta, pasir besi yang telah melalui proses milling dengan variasi
waktu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Purifikasi H
2
S
Gas yang dihasilkan dari proses fermentasi biogas ditampung dalam suatu wadah,
kemudian disambungkan dengan tabung filter berisi pasir besi sebagai filter H
2
S. Pada kedua ujung tabung diberi kran yang berfungsi
sebagai pengatur gas yang masuk maupun
Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
65 keluar dari tabung filter tersebut.
Analisis Kandungan H
2
S dengan Gas Analyzer
Gas yang dihasilkan setelah proses purifikasi H
2
S kemudian dianalisis menggunakan uji Gas Analyzer untuk mengetahui berapa kandungan
gas H
2
S setelah melalui proses purifikasi tersebut. Setelah diketahui hasilnya, maka dapat
diketahui berapa persentase H
2
S yang tereduksi oleh pasir besi tersebut.
HASIL DAN DISKUSI Gas yang dihasilkan setelah proses purifikasi
H
2
S kemudian dianalisis menggunakan uji Gas Analyzer untuk mengetahui berapa kandungan
gas H
2
S setelah melalui proses purifikasi tersebut. Selain itu, volume gas yang terbentuk
diperoleh dengan menghitung volume wadah yang berbentuk bola. Berikut ini disajikan
grafik hubungan antara volume gas yang terbentuk dengan waktu.
Gambar 1 . Grafik hubungan antara volume gas
terhadap waktu Berikut ini disajikan gambar bahan dan proses
pembuatan biogas dari campuran sampah buah, kotoran sapi, dan air.
Gambar 2 . Proses pembuatan biogas
Gambar 3 . Pasir besi dan tabung purifikasi
KESIMPULAN Gas yang dihasilkan setelah proses purifikasi
H
2
S kemudian dianalisis menggunakan uji Gas Analyzer untuk mengetahui berapa kandungan
gas H
2
S setelah melalui proses purifikasi tersebut. Selain itu, volume gas yang terbentuk
diperoleh dengan menghitung volume wadah yang berbentuk bola. Dari hasil penelitian
diperoleh volume maksimum yakni pada hari ketujuh sebesar 12,54 liter.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing penulis yakni Dr. Sunaryo, M.Si dan Dr. Esmar Budi, M.Si yang telah
membimbing dan memfasilitasi penulis dalam penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA [1] Elisabeth Mary. Biogas Purification: H
2
S Removal using Biofiltration. A thesis
presented to the University of Waterloo : Canada;2010.
[2] Grob, R.L. Modern Practice of Gas Chromatography, 3th Ed. Jhon Wiley and
Sons, New York;1995. [3] Hambali E, Mujdalipah S, Tambunan AH,
Pattiwiri AW, Hendroko R. Teknologi Bioenergi. Jakarta: Agromedia
Pustaka;2007.
66
RANCANG BANGUN HYBRID BATTERY
CHARGER MENGGUNAKAN METODE
PI CONTROLLER UNTUK DAERAH TERPENCIL
Saifuddin
1
, Arman Jaya
2
, Eka Prasetyono
3
1,2,3
Program Studi Teknik Elektro Industri, Departemen Teknik Elektro, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
1
say.jrs.07gmail.com,
2
armanpens.ac.id,
3
ekapens.ac.id
ABSTRAK
Kebutuhan akan peralatan komunikasi sangat penting pada era globalisasi ini. Namun, pada daerah yang tidak terjangkau aliran listrik, seperti daerah perkemahan, pendakian, dan daerah terpencil, ini menjadi
masalah yang serius. Indonesia merupakan daerah tropis yang dilalui oleh garis khatulistiwa, sehingga pemanfaatan cahaya matahari dan energi angin merupakan salah satu solusi pemecahan dari masalah ini.
Untuk itulah, penelitian pembuatan stasiun charger ini telah dilakukan. Stasiun charger ini dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti tempat pengisian baterai umum. Pada alat ini disediakan berbagai
macam konektor dan berbagai macam pilihan nilai tegangan pengisian. Penelitian ini menggunakan 6 buah solar cell, masing-masing berkapasitas 20 WP, di mana 100 WP digunakan untuk sumber Buck-boost Converter dan
20 WP lagi digunakan sebagai sumber dari sistem kontrolnya, sedangkan turbin angin menghasilkan 50 W. Untuk pengisian baterai handphone dan peralatan lain yang menggunakan konektor USB, membutuhkan
tegangan pengisian sebesar 5 Volt dan arus pengisiannya sebesar 500 mA. Sedangkan untuk pengisian baterai laptop membutuhkan tegangan pengisian sekitar 18 Volt sampai 19,5 Volt dan arus pengisian sekitar 1,5 A
sampai 3 A, tergantung pada spesifikasi laptop masing-masing dengan menggunakan metode Voltage Constant untuk metode pengisiannya. Alat ini dilengkapi dengan layar LCD Touch Screen untuk memudahkan pengguna
dalam pengoperasian dan monitoring.
Dari hasil pengujian yang dilakukan, didapatkan bahwa proses charging laptop secara close loop dengan menggunakan voltage constant charging dapat mempertahankan kondisi set point tegangannya dan
mampu melakukan pengisian selama 58 menit, sedangkan dengan proses pengisian open loop lebih lama, yaitu 78 menit.
Kata kunci
: panel surya, turbin angin, dc – dc converter, hybrid battery charger, pi controller
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi telah mempengaruhi gaya hidup manusia. Kebutuhan akan alat-alat
komunikasi seperti laptop, handphone, dan alat-alat elektronik lainnya juga sangat tinggi.
Praktisnya laptop sangatlah memudahkan bagi para penggunanya untuk dibawa bepergian,
begitu juga handphone yang tidak kalah pentingnya dalam berkomunikasi. Beberapa
masalah pun muncul ketika laptop dan handphone tersebut dibawa atau digunakan di
tempat yang tidak ada suplai listrik seperti di daerah pedesaan atau di daerah pendakian dan
perkemahan, sehingga alat-alat tersebut hanya bisa dipergunakan dalam beberapa jam saja.
Indonesia merupakan negara tropis yang dilalui oleh garis khatulistiwa, di mana intensitas
cahaya matahari dan energi angin sangat banyak dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi alternatif. Dengan melihat permasalahan di atas, maka cahaya matahari tersebut dapat
digunakan sebagai solusi. Pembuatan charger dengan memanfaatkan cahaya matahari dan
energi angin dapat menjadi solusi yang baik. Pembuatan
charger yang tersusun dari beberapa DC-DC converter yang dikontrol
dengan metode PI Controller diharapkan dapat menghasilkan output yang stabil sesuai yang
diharapkan. Dengan penambahan fitur LCD Touch Screen Panel dapat memungkinkan
pengguna untuk melakukan pengaturan sesuai dengan output yang diharapkan.
Karakteristik tegangan keluaran yang dihasilkan dari panel surya sangat bergantung
pada intensitas cahaya yang jatuh pada permukaan panel surya. Dengan kondisi seperti
itu, maka nilai tegangannya akan selalu
67
berubah-ubah. Nilai yang fluktuatif ini tidak dapat langsung digunakan dalam proses
pengisian karena tegangan dan arus pengisian masing-masing peralatan berbeda-beda. Oleh
karena itu, dibutuhkan sebuah konverter tegangan berupa Buck-boost Converter. Dari
uraian permasalahan di atas, dapat dijelaskan perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pengkonversian cahaya matahari menjadi tegangan menggunakan panel surya.
2. Pengaturan output tegangan sesuai dengan spesifikasi alat yang diisi.
3. Perancangan GUI Graphic User Interface sebagai tampilan dan input
untuk pengaturan output tegangan juga sebagai monitoring parameter charger.
4. Pengaturan proses pengisian baterai dengan menggunakan metode pengisian
constant voltage charging.
Batasan masalah dari pengerjaan penelitian ini adalah:
1. Beban charger berupa laptop, handphone, tablet dan mp3 player dengan beban
maksimal adalah 60 Watt. 2. Tegangan output maksimal charger adalah
19 Volt dengan arus maksimal 3 Ampere 3. Mikrokontroller digunakan sebagai
pembangkit pulsa PWM sebagai penyulutan Buck-boost Converter serta
monitoring parameter arus dan tegangan pada charger.
4. Mikrokontroller yang digunakan berasal dari keluarga ARM yaitu STM32F4.
5. Metode kontrol yang digunakan adalah PI Controler.
6. Metode pengisian yang digunakan adalah metode Constant Voltage Charging.
7. Alarm indikator akan berbunyi ketika proses pengisian telah selesai.
Berdasarkan pada buku Proyek Akhir “Portable Solar Charger” yang ditulis oleh
Zainal Arifin yang menerapkan sistem charger handphone dan laptop dengan memanfaatkan
solar cell sebagai sumber dari charger tersebut. Penerapan sistem charger berbasis solar cell ini
dilakukan untuk menjawab keluhan masyarakat atas ketersediaan sumber listrik yang kurang di
daerah tertentu. Penggunaan charger ini juga sangat efektif mengingat letak geografis
Indonesia yang mendukung ketersediaan sumber cahaya matahari yang cukup.
Pada penelitian ini juga menggunakan panel surya sebagai pembangkitnya. Perbedaan yang
mendasar adalah pada DC-DC converter yang digunakan, pada buku referensi sebelumnya
menggunakan Boost Converter sebagai charger laptop dan Buck Converter sebagai
charger handphone. PERENCANAAN SISTEM
Blok Diagram Pada perencanaan dan pembuatan perangkat
keras pada penelitian ini mengacu pada blok diagram yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Blok Diagram Sistem
Sistem ini menggunakan 6 buah panel surya masing-masing berkapasitas 20WP, di mana
100WP digunakan sebagai suplai Buck-boost Converter, sedangkan 20WP digunakan sebagai
suplai rangkaian kontrol dan penyulut Mosfet. Sebelum masuk ke perangkat yang akan di-
charge, tegangan output dari panel surya terlebih dahulu masuk ke Buck-boost
Converter. Pada rangkaian kontrol dilengkapi dengan layar touch screen untuk memudahkan
dalam pemilihan peralatan yang akan di-charge.
68
Tegangan charging dari setiap peralatan berbeda-beda maka dari itu dibutuhkan
pemilihan sesuai dengan peralatannya. Tegangan charging handphone dan peralatan
lain yang menggunakan konektor USB sebagai charger-nya membutuhkan tegangan 5 Volt
dengan arus 500mA. Sedangkan untuk laptop, tegangan dan arus charging-nya berbeda-beda
tergantung dari jenis dan mereknya yaitu sekitar 15 Volt sampai 19 Volt untuk tegangan
charging-nya dan 1 Ampere sampai 3 Ampere untuk arus charging-nya. Sensor tegangan dan
arus pada sisi input dan output dari Buck-boost Converter digunakan untuk monitoring.
Sedangkan alarm indikator digunakan sebagai penanda ketika proses charging telah selesai.
Turbin Angin Pada penelitian ini, turbin angin berkapasitas
50W digunakan untuk suplai buck-boost converter berdasarkan rekomendasi dari Irawan
[3]. Solar cell
6 buah solar cell dengan spesifikasi daya maksimum masing-masing 20WP, di mana
untuk suplai rangkaian kontrol dan driver mosfet menggunakan 20WP dan untuk suplai
buck-boost converter menggunakan 100WP, digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
rekomendasi dari Effendi [2].
Rangkaian Regulator LM2576-5V IC LM2576 merupakan IC switching regulator
5 Volt, sehingga memiliki efisiensi yang lebih baik dari pada IC LM7805. Arus output dari IC
ini juga bisa mencapai 1 Ampere [4].
Gambar 2. Rangkaian regulator LM2576-5V
Buck-boost Converter Buck-boost Converter digunakan untuk menaik-
turunkan tegangan input agar tegangan output dapat diatur pada nilai tertentu. Penggunaan
Buck-boost Converter ini karena tegangan output dari solar cell selalu berubah
berdasarkan perubahan intensitas cahaya yang jatuh pada permukaan solar cell [1, 2, 4].
Gambar 3.
Rangkaian regulator LM2576-5V
Rangkaian Gate Driver Mosfet
Rangkaian totempole digunakan sebagai kopling antara mikrokontroler dengan
konverter DC-DC karena mikrokontroler tidak mampu mengendalikan konverter secara
langsung. Rangkaian totempole terdiri dari transistor NPN BD139 dan transistor PNP
BD140. Sedangkan rangkaian Optocoupler menggunakan tipe TLP521 [4].
Gambar 4.
Rangkaian regulator LM2576-5V
Rangkaian Sensor Tegangan Sensor tegangan merupakan rangkaian pembagi
tegangan seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Tegangan masukan sensor merupakan besarnya
tegangan yang ingin diukur. Sedangkan tegangan keluaran sensor tegangan merupakan
69
hasil keluaran dari rangkaian pembagi tegangan yang masuk pada ADC mikrokontroler.
Besarnya tegangan maksimal yang akan diukur adalah 20 Volt sedangkan tegangan untuk
masukan ADC mikrokontroler maksimal 3,3 Volt [4].
Rangkaian Sensor Arus Sensor arus yang digunakan adalah sensor arus
jenis IC ACS712. Sensor arus ini digunakan untuk membaca besarnya arus baik disisi input
maupun output pada rangkaian buck-boost konverter. Pada datasheet IC ACS 712 dapat
dilihat bahwa hasil pembacaan dari sensor arus berupa tegangan DC dengan kondisi awal arus
input= 0 2,5 volt. Pada proyek akhir ini digunakan tipe sensor ACS-712ELCTR-05B-T
yang memiliki rating pembacaan arus maksimal 5 Ampere [4].
Gambar 5 . Rangkaian ACS712
Mikrokontroler ARM STM32F4 dan rangkaian LCD TFT
Untuk menghubungkan antara mikrokontroler ARM dan LCD TFT dibutuhkan koneksi
paralel. Pada sistem ini digunakan beberapa PORT untuk mengakses LCD TFT. LCD TFT
yang digunakan adalah LCD TFT 3,2 inch dengan kontroler SSD1289 yang dapat
memproses pengolahan gambar pada LCD TFT. Empat wire touch screen yang digunakan
juga telah terintegrasi dengan LCD TFT sehingga untuk mengakses data digunakan
komunikasi serial.
Desain Mekanik Karena alat ini merupakan suatu stasiun
charger maka dibutuhkan adanya perancangan mekanik yang tepat, selain untuk memudahkan
pengguna dalam menggunakan alat ini, juga sebagai tempat pemaasangan solar cell. Berikut
rancangan dari mekanik stasiun charger yang ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6 . Desain mekanik tampak belakang
PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian Tegangan
Output Generator DC
Pengujian PWM ini bertujuan untuk melihat keluaran dari PWM yang dibangkitkan dari
mikrokontroler ARM STM32F4 menggunakan instruksi timer 1. PWM ini nantinya digunakan
sebagai masukan rangkaian totempole dan diteruskan untuk menyulut kaki-kaki gate
mosfet pada rangkaian buck–boost converter. Hasil pengujian untuk pembangkitan pulsa
PWM pada buck-boost converter dapat dilihat dengan oscilloscope.
70 Gambar 7.
AVOmeter menunjukkan tegangan output 14 V dengan switch selektor 50
Pengujian Buck – Boost
Converter
Pengujian konverter digunakan untuk mengetahui respon konverter terhadap
perubahan duty cycle input. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil output
dengan perhitungan secara teoritis. Dalam pengujiannya, konverter buck-boost diberi
input sebesar 4 volt dan diberi sinyal drive dengan duty cycle 10 hingga 80. Dengan
beban lampu 220V100W.
Gambar 8. Rangkaian Buck – Boost Converter
Hasil pengujian buck - boost konverter dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil pengujian buck-boost konverter
dengan beberapa duty cycle dengan tegangan masukan 4 V
Duty cycle
Vin V
Vout V Teori
Vout V Praktek
Error 0,1 4 0,44 0,41 7,75
0,2 4 1,00 0,97 3,00 0,3 4 1,71 1,67 2,58
0,4 4 2,67 2,57 3,63 0,5 4 4,00
3,8 5,00 0,6 4 6,00
5,6 6,67 0,7 4 9,33
8,9 4,64 0,783 4 14,43
13,8 4,39
0,8 4 16,00 15,5 3,13
Pengujian Boost Converter
Pengujian konverter digunakan untuk mengetahui respon konverter terhadap
perubahan duty cycle inputnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil
output dengan perhitungan secara teoritis. Dalam pengujiannya, konverter boost diberi
input sebesar 12 volt dan diberi sinyal drive dengan duty cycle 10 hingga 80. Dengan
beban 2 lampu 220V100W.
Gambar 9. Pengujian Boost Converter
Hasil pengujian boost konverter dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengujian boost konverter dengan
beberapa duty cycle dengan tegangan masukan 12 V Duty
cycle Vin
V Vout V
Teori Vout V
Praktek Error
0,1 12 13,33 13,37
0,28 0,2 12 15,00
15,74 4,93
0,3 12 17,14 18,45
7,63 0,4 12 20,00
22,52 12,60 0,5 12 24,00
26,4 10,00
0,6 12 30,00 32,5
8,33 0,7 12 40,00
42,23 5,58
0,8 12 60,00 62,8
4,67
Pengujian ADC channel
Pengujian ADC digunakan untuk mengetahui seberapa sensitive ADC mikrokontroler dan
menguji apakah antara channel yang satu dengan yang lain memberikan hasil pembacaan
tegangan yang sama. Berikut hasil pengujian ADC channel pada Tabel 3.
Tabel 3. Pembacaan ADC channel
Vin Volt
Vo Volt Praktek
Vo Volt Teori
Persentase Error
0 0 0 0 1 0,198 0,20 1,00
2 0,398 0,40 0,50 3 0,598 0,60 0,33
4 0,797 0,80 0,38 5 0,997 1,00 0,30
6 1,196 1,20 0,33 7 1,396 1,40 0,29
8 1,594 1,60 0,38 9 1,795 1,80 0,28
71
10 1,995 2,00 0,25 11 2,19 2,20 0,45
12 2,39 2,40 0,42 13 2,59 2,60 0,38
14 2,79 2,80 0,36 15 2,99 3,00 0,33
16 3,19 3,20 0,31 17 3,39 3,40 0,29
18 3,59 3,60 0,28
Pengujian Sistem Secara Keseluruhan Gambar 10
menunjukkan rangkaian pengujian sistem secara keseluruhan yang disimulasikan
menggunakan PSIM dengan komponen utama berupa Buck – Boost Converter dan Boost
Converter dengan 2 sumber tegangan yaitu dari kincir angin yang memutar generator DC
terhubung langsung dengan Buck – Boost Converter yang dilambangkan DC power
supply dan aki cadangan yang dilambangkan dengan baterai 12V terhubung dengan Boost
Converter.
Kedua sumber tegangan ini dipisahkan dengan switch atau relay interlock
secara bergantian. Perubahan tegangan bergantung dari tekanan angin yang
menggerakkan kincir angin. Perubahan tegangan ini dapat dikontrol dengan
mikrokontroller agar tegangan keluaran dari Buck – Boost Converter stabil 14,4 V dan
sebagai tegangan masukan Boost Converter untuk dinaikkan kembali tegangannya sampai
30V.
Gambar 10. Rangkaian simulasi integrasi sistem
Hasil simulasi integrasi ditunjukkan pada Gambar 11
dan 12.
Gambar 11. Gelombang tegangan keluaran hasil
simulasi integrasi menunjukan 30 Volt
Gambar 12. Gelombang arus keluaran hasil
simulasi integrasi menunjukan 10 A
KESIMPULAN Setelah melalui beberapa proses perencanaan,
pembuatan dan pengujian alat serta dari beberapa data pengujian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Besar tegangan dari Vertical Windmill yang
telah dirancang mampu menghasilkan tegangan keluaran mencapai sebesar ±22
volt.
72
2. Buck-boost konverter mampu menstabilkan tegangan dan men-charge baterai
12V120Ah sebesar 14,4 Volt 3. Boost konverter mampu menaikkan tegangan
dan men-charge baterai 24V100Ah dengan tegangan charge yang stabil 30 Volt dengan
arus charging 10 A selama 10 jam.
DAFTAR PUSTAKA [1] Salam, Zainal, Power Electronic and drives
chapter 3 – 2003, UTM TB, 2003. [2] Effendi, Moh. Zaenal, ”Chapter 3 DC to DC
Converter . pdf”, 2007. [3] Irawan,
Bambang.“Rancang Bangun
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Angin Untuk Sistem Penerangan Rumah Tinggal”.
PENS – ITS : Surabaya, 2011. [4]
Muhammad H. Rasyid, ”Power Electronics Circuits. Devices and Applicatoins, Third
Edition” ,2004. [5] Y. Daryanto.“Kajian Potensi Angin Untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu”. Balai
PPTAGG – UPT – LAGG : Yogyakarta, 2007.
Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
73
RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL ENERGI LISTRIK BERSUMBER PADA AIR CLIMBER MENGGUNAKAN METODE
PENGENDALI PROPORSIONAL INTEGRAL
Tofan Arif Kusuma
1
, Indhana Sudiharto
2
, Eka Prasetyono
2
1
Program D4 Jurusan Teknik Elektro Industri, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
2
Jurusan Teknik Elektro Industri, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya tofanarifkusumagmail.com
ABSTRAK
Saat ini banyak dikembangkan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk mendapatkan energi alternatif karena semakin menipisnya pasokan energi listrik yang ada. Dengan banyaknya energi yang sering
terbuang dari suatu alat fitnes, maka pada penelitian ini memanfaatkan energi yang dihasilkan dari penggunaan alat fitnes bernama air climber yang merupakan suatu energi gerak yang dimanfaatkan untuk
memutar sebuah generator jenis DC. Generator jenis ini dapat menghasilkan tegangan jenis DC antara 35- 110 volt. Tegangan jenis DC yang didapat dari generator DC diturunkan agar sesuai dengan kebutuhan
untuk mengisi ulang charging aki 24 volt 30 Ah menggunakan buck converter. Buck converter dalam penelitian ini dirancang menggunakan penyulutan Pulse Width Modulation PWM dan dikendalikan
tegangan keluarannya menggunakan mikrokontroler STM32F4 ARM yang mendapat feedback dari sensor tegangan. Selanjutnya tegangan keluaran dari aki ini dikonversi dari jenis DC menjadi jenis AC
menggunakan inverter full bridge satu fasa yang dirancang menggunakan penyulutan Sinusoidal Pulse Width Modulation SPWM. Setelah dari inverter kemudian tegangan dinaikkan dengan trafo step up
untuk dialirkan ke beban motor 220 volt 100 Watt. Dari penggunaan air climber ini diharapkan dapat menghasilkan energi listrik hingga 60 VA agar dapat mengisi aki lebih cepat. Selain itu, dengan
menggunakan metode Proporsional Integral PI untuk mengendalikan tegangan keluaran dari buck converter diharapkan tegangan keluarannya dapat konstan antara 27-36 volt
.
Kata kunci :air climber , buck converter, inverter, Proporsional Integral, SPWM
PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya teknologi,
jumlah pemakaian energi pun juga semakin bertambah.Pemakaian energi listrik yang
berlebihan tentunya menyebabkan pasokan energi listrik semakin sedikit.Hal ini menjadi
faktor utama banyak dikembang-kannya teknologi dan ilmu pengetahuan tentang
energi terbarukan sebagai antisipasi habisnya pasokan energi listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit-pembangkit listrik yang ada saat ini.
Pengembangan teknologi
dan ilmu
pengetahuan untuk mendapatkan sumber energi terbarukan semakin gencar dilakukan,
mulai dari energi yang berasal dari panas matahari, angin, air, dll.Masing-masing
pengembangan
energi terbarukan
ini dilakukan berdasarkan potensi banyaknya
energi yang
terdapat pada
daerah tersebut.Salah satunya adalah di lingkungan
masyarakat yang memiliki potensi besar untuk menciptakan energi listrik dari hasil
olah raga fitnes seperti sepeda dinamis yang dimanfaatkan hasil kayuhan pedalnya untuk
menghasilkan energi listrik.
Maka seperti halnya alat fitnes tersebut, dengan air climber yang memanfaatkan
energi dari tekanan kaki manusia ini diharapkan dapat menghasilkan tegangan
sekitar 35 volt dan arus 0,84 ampere untuk mengisi
aki. Selain
itu juga
dapat menghasilkan tegangan dan arus yang lebih
tinggi jika dikayuh lebih kuat lagi yaitu sekitar tegangan 49 volt dengan arus 1,25
ampere. Energi listrik ini didapat dari putaran generator DC yang terpasang pada alat fitnes
air climber.
Kemudian keluaran dari generator DC diturunkan menggunakan
buck converter untuk mendapatkan nilai tegangan konstan
74 yang dibutuhkan yaitu anta
untuk mengisi aki 24 volt converter
ini dirancang
penyulutan Pulse Width Modu dengan metode pengendal
Integral PI. Selanjutnya dar Ah ini diubah jenis teganga
DC menjadi jenis AC mengg full bridge satu fasa. Inverter
fasa dirancang menggunak Sinusoidal
Pulse Width
SPWM.Untuk dapat men berupa motor AC 220 volt 1
keluaran dari inverter di naikk dari 12 volt menjadi 220 vol
transformator step up 12-220 PWM dan SPWM dilakukan
mikro-kontroler STM32F4.
BAHAN DAN METODE Bahan
Generator Generator
DC merupa
perangkatmesin listrik
mengubah energi mekanis listrik.Generator DC meng
DCarus searah. Generator menjadi beberapa jenis be
rangkaian belitan magnet eksitasinya terhadap jangkar
generator DC yaitu:
1. Generator Penguat Te 2. Generator Shunt
3. Generator Kompon
Buck Converter Buck converter adalah salah
DC-DC converter yang di menurunkan tegangan DC[1]
rangkaian
ini adalah
de pensaklaran. Komponen utam
buck adalah penyaklar, di induktor, dan kapasitor. Pa
ditunjukkan topologi buck masih dasar dengan nilai k
belum diketahui.
Gambar
1.
Topologi Buck
= =
=
= =
= =
= =
=
= =
=
Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1
74 ntara 27-34 volt
olt 30 Ah. Buck g
menggunakan odulation PWM
ndali Proporsional
dari aki 24 volt 30 gannya dari jenis
nggunakan inverter ter full bridge satu
nakan penyulutan dth
Modulation enyuplai beban
lt 100 Watt maka ikkan tegangannya
volt menggunakan 220 volt.Penyulutan
kan menggunakan
upakan sebuah
dinamis yang s menjadi energi
enghasilkan arus or DC dibedakan
berdasarkan dari et atau penguat
kar anker, jenis
Terpisah
lah satu topologi digunakan untuk
[1]. Prinsip kerja dengan
kendali ama pada topologi
dioda freewheel,
Pada Gambar 1
k converter yang komponen yang
uck Converter Penyaklar dapat berupa tr
atau IGBT.Kondisi sakla tertutup ditentukan oleh isy
saat saklar terhubung, kapasitor, dan beban akan t
sumber tegangan. Kondis disebut dengan keadaan ON
kondisi ON maka dioda a Sedangkan saat saklar terbuk
komponen tadi akan terisol tegangan. Keadaan ini disebut
OFF OFF state.Saat kondi menyediakan jalur untuk ar
converter disebut juga down nilai tegangan keluaran selal
inputnya.
Pada saat
kondisi ON
akanreverse bias. Dengan tegangan pada induktor adala
= =
Sehingga diperoleh,
=
Selama nilai turunan da konstanta positif, maka arus
secara linear selama selang dengan DT. Perubahan pa
kondisi ON dihitung denga persamaan 2.
= =
= =
Pada saat kondisi OFF atau maka dioda menjadi forw
menghantarkan arus induktor induktor saat saklar terbuka a
= =
Sehingga diperoleh
=
Turunan dari arus di konstanta negatif, dan arus
linear. Perubahan pada arus saklar terbuka adalah
= =
=
o.1, ISSN :2087-0922
74 transistor, mosfet,
klar terbuka dan isyarat PWM. Pada
maka induktor, n terhubung dengan
ondisi semacam ini N ON state. Saat
akanreverse bias. rbuka maka seluruh
isolasi dari sumber ebut dengan kondisi
ondisi OFF ini dioda arus induktor.Buck
down converter karena lalu lebih kecil dari
N maka
dioda an demikian maka
dalah:
= =
1
=
2 dari arus adalah
rus akan bertambah ng waktu 0 sampai
pada arus selama ngan menggunakan
= =
=
3
=
4 atau saklar terbuka,
orward bias untuk nduktor.Tegangan pada
a adalah
= =
5
=
6 induktor adalah
us berkurang secara rus induktor ketika
= =
=
7
Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
75
= 1
8 Operasi
keadaan tunak
steady state
terpenuhi jika arus pada induktor pada akhir siklus penyaklaran adalah sama dengan saat
awal penyaklaran, artinya perubahan pada arus induktor selama satu periode adalah nol.
Hal ini berarti ∆iLclosed + ∆iLopen = 0
Berdasarkan persamaan ∆iLclosed dan
∆iLopen diperoleh
1 = 0
9 Dengan
menyelesaikan Vo
diperoleh hubungan
= .
10
Full Bridge Inverter Single Phase Full Bridge
Inverter ditunjukkan pada
Gambar 2
.Inverter ini terdiri dari 2 pasang inverter tipe half bridge dan lebih banyak
digunakan untuk rating daya besar. Dengan tegangan input dc yang sama, tegangan
output maksimum menjadi dua kali dari half bridge inverter.
Gambar 2.Full Bridge Inverter satu fasa
Tegangan keluaran rms bisa didapatkan dari:
= V dt
= V
11 Dari persamaan 11 dapat dikembangkan
untuk menyatakan tegangan keluaran sesaat dalam deret Fourier sebagai:
=
π ∞
, , ,..
sin nωt
12 Dan untuk n =1, persamaan 12 memberikan
nilai rms komponen fundamental sebagai :
= 0,9
13 Persamaan arus beban sesaat iountuk beban
RL adalah
=
π ω
∞ , , ,..
sinnωt θ
14 Dimana
= tan n L R
15
Proporsional dan Integral Kontroler Karena sifatnya yang tidak mengeluarkan
output sebelum selang waktu tertentu, pengendali integral jadi memperlambat
respons, walaupun offset hilang disebabkan respons yang lambat[2]. Untuk memperbaiki
lambatannya respons umumnya pengendali integral dipasang paralel dengan pengendali
proposional.
Karena pengendali
PI merupakan gabungan dari dua unit kontrol P
dan I. Semua kelebihan serta kekurangan yang ada pada pengendali P dan pengendali I
juga ada padanya. Sifat pengendali P yang selalu meninggalkan offset dapat ditutupi oleh
kelebihan pengendali I, sedangkan sifat pengendali I yang lambat dapat ditutupi oleh
pengendali P. Sehingga pengendalian PI menghasilkan respons yang lebih cepat dari
pengendali
integral tapi
mampu menghilangkan
offset yang ditinggalkan
pengendali P. Sistem pengendali PI memiliki kedua sifat
yang ada pada unsur P dan I yang masing- masing berguna untuk mempercepat reaksi
sistem dan menghilangkan offset. Namun semua kelebihan pada pengendali PI tidak
dapat di pakai untuk mengendalikan semua variabel proses. Kemudian dengan menyetel
PB dan Ti, satu atau dua dari kedua unsur tadi dapat dibuat lebih menonjol dari yang
lain. Unsur yang menonjol itulah yang kemudian akan membawa pengaruh respons
sistem pada keseluruhan.
Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
76 Diagram pengendali PI merupakan bentuk
paralel dari kedua unit kontrol seperti pada
Gambar 3 .
Gambar 3.
Diagram kotak pengendali PI
Ada pun transfer function pengendali PI ini adalah sebagai berikut:
= +
.
2.29 dimana Gc dan Ti masing-masing adalah gain
dan integral time. Jika pada input pengendali PI diberi sinyal
mendadak fungsi step outputnya merupakan jumlah dari output step pengendali P dan
output ramp pengendali I. Jadi pengaruh PB dan Ti pada respon dapat disimpulkan sebagai
berikut:
• PB yang kecil akan membuat pengendali
menjadi sensitif
dan cenderung
membawa loop berosilasi. Sedangkan PB yang besar akan meninggalkan offset
yang besar juga. •
Ti yang kecil akan bermanfaat untuk menghilangkan
offset, tetapi
juga cenderung membawa sistem menjadi
lebih sensitif dan lebih mudah berosilasi. Sedangkan Ti yang besar belum tentu
efektif menghilangkan
offset dan
cenderung membuat respon menjadi lambat.
Kebalikan dari waktu integral Ti disebut laju reset.
Laju reset
adalah banyaknya
pengulangan bagian proposional dari aksi pengontrollan permenit. Lalu reset diukur
dalam bentuk pengulangan per menit. Gambar
4 dan
Gambar 5
dibawah menunjukan sinyal kesalahan dan keluaran
dari kontroler proposional plus integral.
Gambar 4. Sinyal kesalahan penggerak
Gambar 5.
Sinyal keluaran kontroler
Masing-masing penguatan
dari kedua
pengendali diatas memiliki karekteristik yang berbeda dimana
pengendali proposional mempunyai keunggulan riset time yang cepat
tetapi tidak
menghilangkan kesalahan
keadaan tunak,
sedangkan pengendali
integral mempunyai
keunggulan untuk
memperkecil kesalahan keadaan tunak, namun berakibat memburuknya tanggapan
transient. Efek dari setiap pengendali Kp dan Ki dalam kendali close loop ditunjukan
pada Tabel 1.
Tabel 1.
Sinyal keluaran kontroler
Closed Loop
Response Rise
Time Overs
hoot Setting
Time Error
Kp Decre
-ase Incre-
ase Small
Cha- nge
Decrease Ki
Decre -ase
Incre- ase
Incre- ase
Eliminate
Parameter-parameter tersebut tidak bersifat independen sehingga pada saat salah satu
nilai konstannya diubah maka mungkin sistem tidak bereaksi seperti yang diinginkan.
Tabel diatas hanya diperlukan hanya sebagai pedoman jika akan melakukan perubahan
konstanta.
Untuk merancang suatu PI kontroler biasanya dipergunakan metode trial
error atau pun tuning. Sehingga perancang harus mencoba kombinasi pengatur beserta
Gc
1 .
+
SP + _
e MV
PV OUTPUT
Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
77 konstannya atau melakukan penghitungan
dengan metode tuning untuk mendapatkan hasil terbaik yang paling sederhana.
HASIL DAN DISKUSI Hasil Simulasi Sistem
1. Hasil Simulasi Buck Converter
Simulasi buck converter yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini menggunakan
PSIM. Buck converter pada makalah ini dikendalikan dengan menggunakan metode
kontrol Proporsional Integral PI. Untuk mendapatkan nilai konstanta proporsional
Kp dan konstanta integral Ki digunakan metode Zeigler Nichols. Dengan menggu-
nakan
metode Zeigler
Nichols maka
didapatkan nilai Kp dan Ki sebesar 0,315 dan 492,64. Gambar di bawah ini menunjukan
rangkaian simulasi buck converter
dan gelombang tegangan keluar dari
buck converter.
Gambar 6.
Rangkaian Simulasi Buck Converter
Gambar 7. Gelombang Tegangan Keluaran dari
Buck Converter
Dalam simulasi ini dilakukan 5 kali pengambilan data simulasi dengan nilai
tegangan input yang berbeda. Berikut ini adalah hasil simulasi dari buck converter.
Tabel 2. Data Hasil Simulasi Buck Converter
Vin volt Vout volt
110 26,795
90 26,872
70 26,997
50 26,991
35 26,980
2. Hasil Simulasi Full Bridge Inverter Satu
Fasa Simulasi full bridge inverter satu fasa pada
makalah ini juga dilakukan menggunakan PSIM. Inverter ini dirancang dengan metode
pensaklaran Sinusoidal
Pulse Width
Modulation SPWM. Pada perencanaan
sistem, inverter ini mendapat tegangan masukan jenis DC dari sebuah aki 24 volt
yang kemudian dengan inverter ini diubah menjadi tegangan keluaran jenis AC. Dengan
metode SPWM maka dapat dilihat pada gambar 9. gelombang high side dan low side
yang digunakan sebagai input keempat IGBT.
Gambar 8. Rangkain Simulasi Full Bridge
Inverter Single Phase
Gambar 9. Gelombang High Side dan Low Side
SPWM
Salatiga, 21 Juni 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922
78 Dengan tegangan masukan sebesar 24 volt
DC dan menggunakan metode SPWM maka didapatkan nilai tegangan keluaran RMS
sebesar 17,12 volt. Tegangan keluaran dari full bridge inverter satu fasa ini dapat dilihat
pada Gambar 10.
Gambar 10. Gelombang Tegangan Keluaran Full
Bridge Inverter Satu Fasa
3. Hasil Simulasi Inverter Full Bridge Satu
Fasa yang
Dintegrasikan dengan
Transformator Step Up dan Beban Setelah tegangan DC dari aki 24 volt diubah
menjadi tegangan AC selanjutnya keluaran dari inverter tersebut dinaikkan menjadi 220
volt AC menggunakan transformator step up. Hasil simulasi dari transformator step up
dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Gelombang Tegangan Keluaran dari
Transformator Step Up
Kemudian tegangan
keluaran dari
transformator step up ini dapat langsung digunakan untuk mensuplai beban 100 watt.
Data Hasil Pengujian Pengujian dilakukan untuk dapat dianalisa
perbandingan antara hasil simulasi dengan hasil
sebenarnya. Pada
penelitian ini
pengujian yang dilakukan meliputi : 1. Pengujian buck converter dengan