pembuatan, peracikan dan penggunaan, disamping juga berguna untuk membantu pemeriksaan pendahuluan dalam pengujian Ditjen POM, 1984.
2.4.2 Pengujian pH
Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik pH meter yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur
harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektrode kaca, dan elektrode pembanding yang
sesuai seperti elektrode kalomel atau elektrode perak-perak klorida Ditjen POM, 1995.
2.4.3 Homogenitas
Homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan salep pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan sususan yang
homogen Syamsuni, 2006.
2.4.4 Uji Keseragaman Sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan
untuk sediaan yang mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif. Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman
bobot dilakukan untuk sediaan yang dimaksud dari satuan uji dapat diambil dari bets yang sama untuk penetapan kadar Ditjen, 1995.
Standar deviasi merupakan akar jumlah kuadrat deviasi masing-masing hasil penetapan terhadap mean dibagi dengan derajat kebebasannya degrees of
freedom. Standar deviasi SD lebih banyak digunakan sebagai ukuran kuantitatif
ketetapan atau ukuran presisi, terutama apabiladibutuhkan untuk membandingkan ketepatan suatu hasil metode dengan hasil metode lain. Semakin kecil nilai SD
dari sserangkaian pengukuran, maka metode yang digunakan semakin tepat Rohman, 2007.
2.4.5 Standar Deviasi Relatif RSD
Standar deviasi relatif Relative standart deviation, RSD yang juga dikenal dengan koefesien variasi merupakan ukuran ketepatan relatif dan
umumnya dinyatakan dalam persen. Semakin kecil nilai RSD dari serangkaian pengukuran maka metode yang digunakan semakin tepat Rohman, 2007.
2.4.6 Uji Potensi
Aktivitas potensi antibiotika dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas
antimikroba juga akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologi atau
biologi biasanya merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas Ditjen POM, 1995.
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroba dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang
bersifat membunuh mikroba dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar hambat minimal KHM antibakteri adalah kadar minimal dari antibakteri yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Kadar bunuh minimal KBM antibakteri adalah kadar minimal dari antibakteri yang diperlukan untuk
membunuh bakteri. Antibakteri dapat meningkat aktivitasnya dari bakteriostatik