Standar Deviasi Relatif RSD Uji Potensi
menjadui bakterisid, apabila kadar antibakteri tersebut ditingkatkan lebih besar dari KHM Rolanda, 2012.
Uji kepekaan antibiotika dilakukan terhadap setiap organisme yang menjadi penyebab atau berperan di dalam proses peradangan dimana pengobatan
dengan antibiotika merupakan suatu keharusan. Uji kepekaan menjadi penting dimana ada indikasi bahwa organisme penyebab infeksi merupakan bagian dari
kelompok kuman yang resisten terhadap antibiotika yang umum digunakan dalam pengobatan Lesmana, 2006.
Metode difusi cakram adalah metode yang rutin dilakukan dalam mikrobiologi klinik dan cara ini didasarkan semata-mata pada atau tidaknya zona
hambatan. Dengan kuman-kuman standar, dibuat korelasi antara diameter zona pada difusi cakram dengan hasil konsentrasi hambatan minimal minimal
inhibition concentration. Dengan cara ini ditentukan diameter zona terttentu termasuk dalam kategori sensitive, intermediate, atau resisntance Lesmana,
2006. Metode disc diffusion tes Kirby Bauer untuk menentukan aktivitas
agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media Agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada madia Agar
tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media Agar Pratiwi,
2008. Ukuran “sensitif”resisten atau intermediate” disesuaikan dengan standar
yang telah ditetapkan. Pengujian secara dilusi dilution methods adalah metode
uji kepekaan yang baku dan suatu teknik yang dapat diandalkan. Penentuan kadar hambatan minimal dengan cara dilusi memberikan manfaat dalam membedakan
kuman-kuman yang berada dikategori resisten relatif dan intermediate. Berbeda dengan cara difusi agar yang lebih banyak dilakukan secara rutin untuk
memberikan tuntunan didalam pengobatan, metode penentuan kadar hambatan minimal tidak dikerjakan secara rutin tetapi lebih banyak sebagai acuan untuk
menilai ketepatan sistem uji kepekaan lainnya Lesmana, 2006. Ada dua metode umum yang dapat digunakan yaitu penetapan dengan
lempeng-silinder atau “lempeng” dan penetapan dengan cara “tabung” atau tirbidimetri. Metode pertama berdasarkan difusi antibiotik dari silinder yang
dipasang gtegak lusrus pada lapisan agar padat dalam cawan Petri atau lempeng sehingga mikroba yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada daerah
berupa lingkaran atau “zona” di sekeliling silinder yang berisi larutan antibiotik. Metode turbidimetri berdasarkan atas hambatan pertumbuhan biakan mikroba
dalam larutan serba sama antibiotik, dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik Ditjen POM, 1995.
Metode dilusi untuk menguji kepekaan antibiotika digunakan untuk menentukan konsentrasi minimal antibiotika yang menghambat atau membunuh
kuman.Konsentrasi hambatan minimal KHM dinyatakan dalam mikrogram µg per mililiter ml Lesmana, 2006.
Untuk penetapan cara lempeng gunakan cawan petri kaca atau plastik lebih kurang 20 mm x 100 mm. Yang mempunyai tutup dari bahan yang sesuai.
Untuk silinder, gunakan silinder besi tahan karat atau porselen dengan toleransi
ukuran masing-masing lebih kurang 0,1 mm, diameter luar 8 mm, diameter dalam 6 mm, dan tinggi 10 mm Ditjen POM, 1995.
Metode yang umum dipakai untuk menguji aktivitas antibakteri adalah: a.
Metode pengenceran agar Teknik dilusi Pada metode ini, aktivitas zat antibakteri ditentukan sebagai kadar hambat
minimal KHM, yaitu zat antibakteri dengan konsentrasi terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Metode ini dapat berupa:
• Cara pengenceran serial dalam tabung Pada cara ini zat antibakteri yang akan diuji aktivitasnya
diencerkan secara serial dengan pengenceran kelipatan dua dalam media cair contoh: kaldu nutrisi untuk bakteri dan sabouraud cair untuk jamur
dan selanjutnya diinokulasikan dengan bakteri uji. Setelah itu diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 18 sampai 24 jam untuk bakteri
dan pada suhu kamar selama 1 sampai 2 minggu untuk jamur. • Cara penipisan lempeng agar
Pada cara ini zat antibakteri yang akan ditentukan aktivitas antibakterinya diencerkan secara serial dengan metode pengenceran
kelipatan dua di dalam media agar yang masih dalam fase cair bersuhu 40ºC sampai 50ºC yang kemudian dituangkan ke dalam cawan petri.
Setelah lempeng agar membeku, ditanam inokulum bakteri dan kemudian diinkubasi pada suhu dan jangka waktu yang sesuai dengan pertumbuhan
bakteri yang diuji 18-24 jam, 37ºC.
b. Metode difusi agar
Metode difusi pada awalnya dikembangkan oleh bauer, sehingga metode difusi sering disebut sebagai Kirby-Bauer test. Kemudian metode ini
dikembangkan oleh National Comiite for Clinical Laboratory Standars. Prinsip dari metode ini adalah antimikroba dijenuhkan kedalam cakram kertas Disc
blank Suwandi, 2012. Pada metode ini zat antibakteri yang akan ditentukan aktivitas
antibakterinya berdifusi pada lempeng agar yang telah ditanam bakteri yang akan diuji. Dasar pengamatannya terbentuk atau tidaknya zona hambatan disekeliling
cakram atau silinder yang berisi zat antibakteri. Metode difusi ini dapat dilakukan dengan cara:
• Cara parit ditch Pada media agar yang ditanami inokulum dibuat parit kemudian
diisi dengan zat antibakteri dan diinkubasikan pada suhu dan jangka waktu yang sesuai untuk jenis bakterinya. Pengamatan dilakukan atas ada
atau tidaknya zona hambatan disekeliling parit. • Cara lubang atau cawan hole atau cup
Pada media agar yang telah ditanami inokulum dibuat lubang kemudian diisikan dengan zat antibakteri. Modifikasi dari cara ini adalah
meletakkan silinder pada media agar kemudian diisi dengan zat antibakteri. Setelah diinkubasi pada suhu dan jangka waktu yang sesuai
dengan antibakteri, pengamatan dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya zona hambatan disekeliling lubang atau silinder.
• Cara cakram disc Kertas cakram yang mengandung zat antibakteri diletakkan di atas
lempeng agar yang ditanami inokulum kemudian diinkubasikan pada suhu dan jangka waktu yang sesuai dengan jenis bakterinya 18-24 jam,
37ºC . Diameter zona hambat yaitu zona bening bisa dihitung dengan penggaris atau jangka sorong callliper dalam satuan mm. Diameter
zona hambat merupakan pengukuran Kadar Hambat Minimum KHM secara tidak langsung dari zat antibakteri terhadap mikroba. Ukuran dari
zona hambat dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas dari media biakan, kecepatan difusi zat antibakteri, konsentrasi zat antibakteri,
sensitivitas mikroorganisme terhadap zat antibakteri dan interaksi zat
antibakteri dengan media Rolanda, 2012 ; Suwandi, 2012.
c. Turbidimetri
Pada metode ini, pengamatan aktivitas antibakteri didasarkan atas kekeruhan yang terjadi pada media pembenihan. Pembunuhan bakteri juga dapat
ditentukan dari perubahan yang terjadi pada sebelum dan sesudah inkubasi, yang dilakukan dengan mengukur serapannya secara spektrofotometri. Adanya
pertumbuhan bakteri ditandai dengan peningkatan jumlah sel bakteri yang mengakibatkan meningkatnya kekeruhan. Kekeruhan yang terjadi umumnya
berbanding lurus dengan serapannya yang berarti semakin banyak jumlah sel maka akan terlihat semakin keruh dan serapannya akan semakin besar Rolanda,
2012.