Pola Klasifikasi Arsip Kode Klasifikasi Arsip

26 disimpan berdasarkan susunan aslinya sebagaimana waktu arsip tersebut digunakan sebagai arsip aktif. Prinsip ini harus diikuti, yaitu arsip selayaknya harus disusun sesuai sebagaimana pada saat arsip tersebut digunakan sebagai arsip aktif kecuali jika arsip tersebut tidak memiliki susunan arsip sendiri atau jika arsip tersebut dalam kondisi berantakan dan tidak tersusun dengan layak. Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa prinsip dasar pengolahan arsip dilihat dari prinsip provenance yang mengacu pada tempat asal arsip dan original order merupakan arsip yang harus disimpan berdasarkan susunan arsipnya yang digunakan sebagai arsip aktif.

2.3.1 Pola Klasifikasi Arsip

Pola klasifikasi arsip merupakan salah satu syarat dalam penataan berkas berdasarkan masalah subject. Pada prinsipnya pola klasifikasi kearsipan mengarah kepada penataan susunan arsip, sehingga arsip dapat mengelompok, yang merupakan unit kecil, kemudian menjadi unit yang lebih besar. Untuk keperluan inilah arsip disusun dalam hubungannya dengan kegunaan kegiatan administrasi. Menurut Sedarmayanti 2003, 37 “klasifikasi adalah pengelompokan urusan atau masalah secara logis dan sistematis berdasarkan fungsi dan kegiatan instansikantor yang menciptakan atau menghimpunnya”. Pendapat lain menyatakan bahwa klasifikasi kearsipan adalah: Penggolongan arsip atas dasar perbedaan masalah yang terkandung dalam arsip dan atas dasar persamaan masalah yang ada, sehingga masalah yang sama dalam arsip dapat berada dalam satu lokasi, secara kronologis, logis dan konsisten. Abubakar 1985, 50 Klasifikasi kearsipan pada setiap instansi tidak dapat sama, sebab itu pola klasifikasi kearsipan suatu instansi tidak dapat sama, sebab itu pola klasifikasi 27 kearsipan suatu instansi tidak mungkin dapat digunakan oleh instansi lain. Hal ini disebabkan karena kegiatan fasilitatif tugas penunjang suatu instansi memang dapat sama, tetapi kegiatan substantifnya tugas pokok tidak mungkin sama. Dalam pola klasifikasi kearsipan unsur fungsi, struktur dan masalah saling berkaitan satu sama lain, dan unsur yang paling dominan yaitu unsur kegiatan atau fungsi dari setiap instansi. Menurut Abubakar 1985, 52 Susunan pola klasifikasi arsip disusun berjenjang, sebagai berikut: Main Subject Primer Sub Subject Sekunder Sub-sub Subject tertier Ketiga kelompok ini mempunyai hubungan logis, kronologis dan sistematis satu sama lainnya. Misalnya kelompok Kepegawaian harus terdapat masalah mengenai Kepegawaian saja, seperti dibawah ini: Kepegawaian Primer Pengadaan Sekunder Lamaran Tertier Testing Tertier Pengangkatan tertier, dan sebagainya.

2.3.2 Kode Klasifikasi Arsip

Dalam pemakaian kode klasifikasi perlu diperhatikan bahwa kode klasifikasi kearsipan tidak boleh bersifat sandi, bukan merupakan simbol, harus cepat dikenal, mudah di ingat dan mudah di ketik. Kode ini sangat erat hubungannya dengan indeks kearsipan. Menurut Sedarmayanti 2003, 39, guna kode arsip yaitu; 10. Untuk membedakan urusanmasalah yang satu dengan yang lain dalam berbagai jenjang klasifikasi arsip. 10. Merupakan sarana untuk memberkaskan arsip dan menentukan letak penyimpanan, serta penemuannya kembali. 28 Kode klasifikasi kearsipan menurut Sedarmayanti 2003, 39 terdiri dari beberapa unsur antara lain; a. Kode Huruf 1 Satuan huruf Huruf Tunggal Misalnya: Kepegawaian Kode A Keuangan Kode B Materil Kode C 2 Huruf Ganda Misalnya: Kepegawaian Kode AA Keuangan Kode BB Materil Kode CC 3 Kumpulan Huruf Misalnya: Kepegawaian Kode ABA Keuangan Kode ABC Materil Kode ABB 10. Singkatan, Misalnya: Kepegawaian Kode Kepeg Keuangan Kode Keu Materil Kode Mat b. Kode Angka 1 Urutan angka: 1 sampai dengan tak terbatas, Misalnya: Kepegawaian Kode 1 Keuangan Kode 2 Materil Kode 3 Angka Romawi: misalnya I, II, III, dan seterusnya. 2 Gabungan Angka, umumnya terdiri dari dua angka, Misalnya: 11 12 13 3 Angka Duplex, adalah kumpulan kesatuan angka, yang masing- masing dipisahkan dengan garis miring , atau garis datar -, atau tituk ., atau koma ,, Misalnya: 01–10–90 01.10.90 011090 01,10,90 4 Desimal, yaitu menggunakan sistem persepuluhan, Misalnya: 351 kepegawaian 351.1 Pengadaan 351.2 Pengangkatan dan Mutasi 351.3 Kedudukan Dan seterusnya. Dasar sistem desimal ini adalah bahwa setiap main subject, sub subject, sub-sub subject dapat dikembangkan sampai dengan 29 sepuluh bagian. 5 Digit Terminal Digit, deretan angka yang pada umumnya diuraikan ke dalam tiga bagian dan masing-masing bagian menunjukkan tempat penyimpanan. Misalnya: kode 102089, berarti: 10 adalah nomor lembar guide 20 adalah nomor laci 89 adalah nomor map Terminal digit ini akan efisien digunakan untuk arsip yang sejenis seperti surat penagihan, faktur, kartu-kartu dan sebagainya. 6 Satuan Angka atau Angka Blok, beberapa angka, sampai batas tertentu digunakan untuk maslah pokok tertentu, Misalnya: 000 - 99 Kepegawaian 100 - 199 Keuangan 200 - 299 Materil c. Gabungan Huruf dan Angka Misalnya: A.1 B.2 AAB 11 Kepeg. 10 Dan lain-lain. Untuk pemberian kode pada arsip, dapat atau boleh saja menggabungkan antara angka dan huruf sesuai dengan uraian yang ada.

2.3.3 Indeks