42
secara eksklusif. Pola pemerintahan ekonomi dan masyarakat mereka dilakukan dari atas secara langsung, demi mencapai ambisi pretorian penguasa.
38
38
Eric A. Nordlinger, Militer Dalam Politik: Kudeta dan Pemerintahan, h. 42.
43
BAB III DINAMIKA KEKUASAAN DAN DEMOKRATISASI DI MESIR
Dalam bab ini menjelaskan Mesir yang dalam sejarahnya diikuti oleh peranan militer yang aktif, menggambarkan dari awal bagaimana peran militer
dalam sosial dan politik di Mesir. Pembahasan perkembangan pemerintahan pasca runtuhnya Mubarak, juga mulainya proses politik yang lebih demokratis pada
pemerintahan Muhammad Mursi. Serta bagaimana respon masyarakat dan oposisi dalam menyikapi pemerintahan yang terpilih secara demokratis ini.
A. Peran Militer Dalam Peta Kekuasaan Di Mesir
Sejarah keterlibatan militer di Mesir pertama kali adalah, ketika para perwira militer yang tergabung dalam Organisasi Perwira Bebas Free Officer
menggulingkan kudeta rezim Raja Farouk pada 23 Juli 1952. Para perwira bebas ini adalah perwira yang peduli dengan bangsanya, karena pada waktu itu Mesir
dijajah Inggris. Itulah yang membuat para perwira mulai membicarakan masa depan bangsanya pada pertemuan-pertemuan rahasia di Klab Perwira daerah
Kubri Al Qubbah. Puncak dari diskusi itu adalah terbentuknya Organisasi Perwira Bebas Free Officer pada tahun 1939, bersepakat mempergunakan
kesempatan untuk melakukan revolusi bersenjata melawan Inggris yang sedang menjajah. Beberapa anggota Organisasi Perwira Bebas di antaranya: Anwar
Saddat, Abdel Munim, Abdul Rauf, Abdul Lathief El Baghdadi, Hussein, Hassan Izzat, Amned Ismail Ali. Namun karena Anwar Saddat ditahan pada musim panas,
44
pucuk kepemimpinan ini dipegang oleh Gamal Abdul Nasser pada awal tahun 1943 yang baru saja kembali dari Sudan.
1
Kudeta ini dikomandoi oleh Kolonel Gamal Abdul Nasser dan Jendral Muhammad Naguib. Setelah kudeta berhasil, menjadi bentuk penguasaan militer
yang diwujudkan dalam RCC Revolution Command Council yang dipimpin Naguib, Naguib dikukuhkan menjadi perdana menteri dan gubernur militer,
sedangkan Nasser menjadi Deputi Perdana Menteri pada bulan September 1952.
2
Pada Desember 1952 mereka menyatakan Konstitusi Mesir tahun 1923 tidak berlaku lagi, partai politik dilarang, dan puncaknya pada Juni 1953 dihapusnya
sistem monarki Mesir. Selanjutnya dengan cepat Naguib memproklamirkan Mesir sebagai negara republik yang secara otomatis menjadikannya sebagai kepala
pemerintahan, dan Nasser menjadi menteri dalam negerinya.
3
Namun pada April 1954 RCC memaksa Naguib untuk mengundurkan diri secara sukarela, dan
Nasser yang menggantikannya, kemudian Nasser memasukkan sebagian besar perwira-perwira mantan Organisasi Perwira Bebas Free Officer ke dalam
kabinetnya. Mesir diperintah dengan kepemimpinan tunggal Nasser yang melibatkan RCC sebagai alat pendukung kekuasaannya.
Pada 23 Juni 1956, Nasser melakukan reformasi politik domestik dengan mengeluarkan konstitusi baru lewat referendrum nasional dan membubarkan RCC
pada Juli 1956. Walau RCC telah dibubarkan, Mesir tetap dipegang oleh suatu
1
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Militer dan Demokratisasi di Nigeria, Mesir, dan Afrika Selatan
Jakarta: P2P-LIPI, 2001, 75-76.
2
Emory C. Bogle, The Modern Middle East: From Imperealism to Freedom 1800-1958 New Jersey: Prentice Hall, 1996, 336.
3
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Militer dan Demokratisasi di Nigeria, Mesir, dan Afrika Selatan
, h. 64.
45
rezim militer di bawah kepemimpinan tunggal Nasser. Selanjutnya Nasser membentuk ASU Arab Socialist Union pada Desember 1962, sebelumnya
Nasser telah membentuk Partai Kemerdekaan yang didominasi oleh tentara, tujuannya adalah propaganda dan menanamkan ideologi tentara pada masyarakat
untuk mendapat dukungan sipil. Namun usaha Nasser gagal total dan berikutnya juga gagal ketika membentuk NU National Union.
4
Pada perjalanannya, ASU menjadi satu satunya organisasi yang diakui oleh pemerintah dan menjadi alat pendukung Nasser dalam memerintah. ASU
dibuat guna menggiring seluruh komponen masyarakat Mesir agar pro dan mendukung Nasser, jika masyarakat tidak mau mendukung akan menjadi target
tekanan politik dari penguasa militer Mesir.
5
Seperti kelompok Persaudaraan Muslim Ikhwanul Muslimin yang menjadi oposisi karena menolak kooperatif
dengan ASU juga Nasser, akhirnya membuat Ikhwanul Muslimin dianggap organisasi ilegal, dan dikecam keberadaannya oleh negara. Ikhwanul Muslimin
menjadi organisasi bawah tanah dalam penantiannya menggulingkan rezim Nasser.
“Gamal Abdul Nasser memberikan peranan utama kepada kelompok militer untuk melakukan penggalangan terhadap masyarakat
sipil di Mesir. Di samping itu ia berkeyakinan bahwa hanya tentara yang dapat memperbaharui, memerintah, dan memperkuat negeri Mesir dengan
berhasil.”
6
4
Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Militer dan Demokratisasi di Nigeria, Mesir, dan Afrika Selatan,
h. 83.
5
Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Militer dan Demokratisasi di Nigeria, Mesir, dan Afrika Selatan,
h. 66-67.
6
Amos Perlmutter, Militer dan Politik, h. 242.
46
Setelah masa kepemimpinan Nasser berakhir karena sakit yang dideritanya, membuat Anwar Saddat secara otomatis selaku wakil presiden
menggantikan Nasser. Pada saat pergantian kepemimpinan, agaknya Saddat terlihat setengah hati. Namun Saddat maju karena melihat sengitnya perebutan
untuk menggantikan kursi kepresidenan. Setelah mendapat restu dan keputusan Komite Eksekutif ASU juga dukungan dari Majelis Nasional memang peran dari
lembaga ini dirancang untuk hanya menyetujui keputusan Komite Eksekutif ASU, Saddat akhirnya menang. Secara aklamasi rakyat memilh Saddat sebagai
presiden dengan suara 90.04 pada 15 Oktober 1970.
7
Saddat melancarkan program liberalisasi politik dan ekonominya. Dalam politik Saddat membentuk
Partai Demokrat Nasional NDP pada bulan Juli 1978 dan menjadi ketuanya, partai pemerintah ini adalah alat andalan bagi Saddat, partai ini menguasai dua
peritga parlemen.. Saddat juga membubarkan ASU pada tahun 1979 demi menghindari persaingan politik. Dalam bidang ekonomi, Saddat memberikan
kewenangan luas pada militer sebagai hadiah dukungan pada rezimnya. Peranan militer dalam ekonomi meningkat, karena Saddat sendiri yang mengarahkan
militer untuk mengembangkan ekonomi mereka.
8
Anwar Saddat mengakhiri masa kepemiminannya dengan meninggal karena ditembak kelompok Jihad radikal pada saat melihat parade militer pada 6 Oktober
1981.
9
Yang kemudian membuat Husni Mubarak memegang tampuk kekuasaan di
7
Mohammad Heikal, Autum of Fury: The Assossonation of Saddat London: Corgi, 1984, 46.
8
Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Militer dan Demokratisasi di Nigeria, Mesir, dan Afrika Selatan,
h. 69.
9
M. Agastya ABM, Arab Spring: Badai Revolusi Timur Tengah Yang Penuh Darah Yogyakarta: IRGiSoD, 2013, 49.