Peran Militer Dalam Peta Kekuasaan Di Mesir

46 Setelah masa kepemimpinan Nasser berakhir karena sakit yang dideritanya, membuat Anwar Saddat secara otomatis selaku wakil presiden menggantikan Nasser. Pada saat pergantian kepemimpinan, agaknya Saddat terlihat setengah hati. Namun Saddat maju karena melihat sengitnya perebutan untuk menggantikan kursi kepresidenan. Setelah mendapat restu dan keputusan Komite Eksekutif ASU juga dukungan dari Majelis Nasional memang peran dari lembaga ini dirancang untuk hanya menyetujui keputusan Komite Eksekutif ASU, Saddat akhirnya menang. Secara aklamasi rakyat memilh Saddat sebagai presiden dengan suara 90.04 pada 15 Oktober 1970. 7 Saddat melancarkan program liberalisasi politik dan ekonominya. Dalam politik Saddat membentuk Partai Demokrat Nasional NDP pada bulan Juli 1978 dan menjadi ketuanya, partai pemerintah ini adalah alat andalan bagi Saddat, partai ini menguasai dua peritga parlemen.. Saddat juga membubarkan ASU pada tahun 1979 demi menghindari persaingan politik. Dalam bidang ekonomi, Saddat memberikan kewenangan luas pada militer sebagai hadiah dukungan pada rezimnya. Peranan militer dalam ekonomi meningkat, karena Saddat sendiri yang mengarahkan militer untuk mengembangkan ekonomi mereka. 8 Anwar Saddat mengakhiri masa kepemiminannya dengan meninggal karena ditembak kelompok Jihad radikal pada saat melihat parade militer pada 6 Oktober 1981. 9 Yang kemudian membuat Husni Mubarak memegang tampuk kekuasaan di 7 Mohammad Heikal, Autum of Fury: The Assossonation of Saddat London: Corgi, 1984, 46. 8 Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Militer dan Demokratisasi di Nigeria, Mesir, dan Afrika Selatan, h. 69. 9 M. Agastya ABM, Arab Spring: Badai Revolusi Timur Tengah Yang Penuh Darah Yogyakarta: IRGiSoD, 2013, 49. 47 Mesir, perpolitikan di bawah Mubarak stabil dengan mengandalkan partai pemerintah NDP Partai demokat Nasional yang juga diketuai Mubarak. Terbukti dengan berhasilnya mempertahankan dominasinya dalam Dewan Nasional sejak pemilihan umum tahun 1984 hingga akhir pemerintahannya yang ditumbangkan revolusi rakyat. Mubarak sangat diuntungkan karena para Pejabat Perwira Bebas banyak yang sudah tua, meninggal dunia, dan mengundurkan diri dari perpolitikan. Mubarak juga tidak terlibat langsung dalam Organsasi Perwira Bebas yang dibentuk pada 1939. 10 Ketiga pemimpin Mesir tersebut menggunakan pola yang sama, yaitu dengan menggunakan militer sebagai unsur utama mempertahankan dan menjalankan pemerintahan. Ditambah dengan organisasi atau partai politik dominan yang isinya juga militer.

B. Perkembangan Transisi Demokrasi Di Mesir

Pada perjalanan pemerintahan Mesir, otoritarianisme menguasai Mesir kurang lebih tiga puluh tahun di bawah rezim Husni Mubarak. Hal-hal paling mendasar dari sistem otoritariansme yang diterapkan Mubarak adalah, pemerintahan yang sewenang-wenang menggunakan hukum dengan segala instrumen negara yang memaksa untuk memonopoli kekuasaan dan menolak hak- hak politik kelompok lain untuk meraih kekuasaan. Maye Kassem mengatakan bahwa negara-negara otoriter termasuk dalam kasus Mesir, keberhasilan penguasa otoriter dalam melanggengkan kekuasaannya adalah dengan 10 Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Militer dan Demokratisasi di Nigeria, Mesir, dan Afrika Selatan, h. 71-72. 48 menggunakan sistem patronage dan cooptation, dan pemaksaan aparat negara untuk mengatur masyarakat. 11 Strategi itu juga terlihat digunakan pada rezim Nasser dan Saddat. Sejak awal berkuasa, Mubarak menyatakan dirinya berjalan bersamaan dengan prinsip-prinsip demokrasi, Mubarak juga sangat menentang terlalu lamanya seorang presiden dalam menjabat dan tidak ingin memonopoli pembuatan kebijakan. Pada realitanya pandangan Mubarak berbeda, Mubarak mendasari pendapatnya dengan alasan bahwa Mesir adalah negara yang sedang berkembang dan harus berprioritas pada pembangunan ekonomi, alasan itu lah yang menjadi dasar legitimasinya dalam berkuasa. 12 Selain itu Mubarak melakukan pemberlakuan hukum darurat setiap tiga tahun setelah terbunhnya Saddat. Dengan begitu memberikan keleluasaan pada rezim untuk mengontrol setiap bentuk aktifitas politik. Dalam hukum darurat itu misalnya: rezim berhak mensensor segala bentuk kegiatan yang mengandung unsur kebebasan berpendapat. Hukum darurat itu juga membuat sah pemerintah mensensor segala media pers dan bentuk ekspresi lainnya sebelum terpublikasi. 13 Begitulah fenomena pada masa pemerintahan Mubarak, yang kemudian mengundurkan diri pada 11 Februari 2011, setelah gelombang protes selama kurang lebih 15 hari yang diwarnai kekeraan berdarah. Ini dipicu oleh kemuakan, kemarahan, dan frustasi rakyat Mesir. Setelah Mubarak tumbang, ia menyerahkan kekuasaannya pada militer. Mahkamah Agung Mesir kemudian memerintahkan Perdana Menteri 11 Maye Kassem, Egyptian Politics: The Dynamics of Authoritarian Rule United States of America: Lynne Rienner Publisher Inc, 2004, h. 3. 12 Maye Kassem, Egyptian Politics: The Dynamics of Authoritarian Rule, h. 27. 13 Maye Kassem, Egyptian Politics: The Dynamics of Authoritarian Rule, h. 55. 49 Ahmad Syafiq untuk menjalankan pemerintaan selama enam bulan sampai akhir pemilu parlemen dan presiden. 14 Pasca tumbangnya Mubarak, rakyat Mesir hidup dalam kegembiraan dan pesta pora revolusi. Namun di lain sisi, pembangunan dan penguatan demokrasi masih sangat rancu. Setidaknya ada dua hal yang dapat menghambat penguatan institusi demokrasi pasca Mubarak yang krusial dan harus diperhatikan. Pertama, masih kuatnya anasir- anasir “Mubarakisme”, yaitu mereka yang masih loyal pada rezim Mubarak. Pemerintah yang mengendalikan birokrasi di Mesir adalah para loyalis Mubarak. Militer yang mendapat mandat memimpin pemerintahan transisi adalah pihak yang paling loyal. Kedua, adalah memantau sejauh mana militer dalam menjalankan pemerintahan transisi untuk memenuhi tuntutan keadilan rakyat. 15 Militer yang memegang kendali pada transisi kekuasaan di bawah Husssein Tantawi, dituntut oleh rakyat sebagai kelompok pengawal demokrasi untuk segera menyelenggarakan Pemilihan Umum Pemilu. Rakyat menuntut Pemilu disegerakan, agar militer sebagai penguasa transisi tidak bertindak di luar batas. Berdasarkan tuntutan-tuntutan tersebut, pemerintahan transisi segera menyelenggarakan Pemilihan Umum Parlemen pada 2011. 14 Muhammad Ikbal dan Nuran soyomukti, Ben Ali, Mubarak, Khadafy: Pergolakan Politik jaziah Arab Abad 21 Bandung: MEDIUM, 2011, h. 84-87. 15 Zuhairi Misrawi, “Mesir Pasca Mubarak,” Kompas, 14 Februari 2011, h. 6. 50 Tabel III.B.1. Hasil Pemilu Parlemen 2011 NO PARTAI JUMLAH KURSI PARLEMEN 1 Democratic Alliance for Egypt 235 2 Blok Islamis 123 3 New Wafd Party 41 4 Egyptian Bloc 35 5 Al-Wasat Party 10 6 The Revolution Continues Alliance 9 7 Reform and Development Party 9 8 Freedom Party 4 9 National Party of Egypt 5 10 Egyptian Citizen Party 4 11 Union Party 2 12 Conservative Party 1 13 Democratic Peace Party 1 14 Justice Party 1 15 Arab Egyptian Unity Party 1 16 Nasserist Party 1 17 Calon Independen 21