Al-Tabarani w 360 H Muhammad ibn ‘Ali al-Madini

2. Penelitian Matan Hadis Untuk mengetahui sahih atau tidaknya suatu matan hadis diperlukan suatu penelitian matan yang biasa disebut kritik matan naqd matan. Kritik matan ini adalah upaya mengkritisi materi atau pembicaraan yang disampaikan oleh sanad yang terakhir untuk diketahui ke-sahih-an matan hadis tersebut. Perlunya penelitian matan hadis tidak hanya karena keadaan matan itu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh keadaan sanad saja, tetapi juga karena dalam periwayatan, matan hadis dikenal adanya periwayatan secara makna riwayat bil makna. 27 Adanya periwayatan secara makna menyebabkan penelitian matan dengan pendekatan semantik tidak mudah dilakukan. Kesulitan tersebut terjadi karena matan tersebut terlebih dahulu telah beredar pada sejumlah periwayat yang berbeda generasi dan tidak jarang juga berbeda latar belakang budaya dan kecerdasannya, sehingga menyebabkan timbulnya perbedaan penggunaan dan pemahaman dalam suatu kata ataupun istilah. Penggunaan pendekatan bahasa dalam penelitian matan sangat diperlukan selain pendekatan semantik karena sangat membantu kegiatan penelitian yang berhubungan dengan kandungan petunjuk dari matan hadis yang bersangkutan. Untuk penelitian matan hadis dari segi kandungannya, acapkali diperlukan penggunaan pendekatan rasio, sejarah dan prinsip-prinsip pokok ajaran islam. Penelitian matan dengan beberapa macam pendekatan tersebut ternyata memang 27 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi SAW, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, h. 26. masih tidak mudah dilakukan, apalagi kandungan matan hadis berhubungan dengan masalah keyakinan tentang hal-hal yang ghaib dan petunjuk-petunjuk agama yang bersifat ta‟abudi. Dengan begitu, penelitian matan hadis memang membutuhkan kecerdasan penelitian dalam menggunakan cara pendekatan yang relevan dengan masalah yang diteliti. Kesulitan penelitian matan juga disebabkan masih sangat langkanya kitab-kitab yang secara khusus membahas kritik matan. 28 Dalam memahami matan sebuah hadis diperlukan juga sebuah penafsiran situasional. Sebagaimana yang dikutip oleh Fazlur Rahman, bahwa pemahaman beberapa doktrin pokok harus dimodifikasi dan ditegaskan kembali. Harus ditafsirkan menurut perspektif historisnya yang tepat dan menurut fungsinya yang tepat dalam konteks kesejarahan. Harus dikemukakan secara tegas bahwa suatu revaluasi terhadap aneka ragam unsur dalam hadis dan reinterpresentasi yang sempurna selaras dengan perubahan-perubahan kondisi sosial dan moral dewasa ini meski dilakukan. 29 Dalam buku metodologi penelitian hadis Nabi saw. karya M. Syuhudi Ismail dijelaskan langkah-langkah metodologi kegiatan penelitian matan hadis, yaitu: I. Meneliti matan dengan kualitas sanadnya. a. Meneliti matan sesudah meneliti sanad. b. Kualitas matan tidak selalu sejalan dengan kualitas sanadnya. 28 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi SAW, h. 26. 29 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas Studi Atas Pemikiran Fazlur Rahman, Bandung: Mizan, 1995, cet. 6, h. 73.