Meneliti kualitas sanad hadis. Meneliti susunan matan yang semakna.

d. Susunan pernyataannya tidak menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.

Pada hal ini bisa kita lihat dari matan hadis yang diteliti, tidak menunjukkan susunan bahasa kenabian, juga tidak termasuk kalam arab yang baligh. Di dalam matan hadis itu ada pembedaan antara نلا dengan ا علا , dengan bukti pemisahan dua kalimat tersebut dengan maksud yang sama, padahal seyogyanya memang satu, apakah memakai neraka atau azab. Bukankah neraka itu azabsiksaan? Bukankah azabsiksa itu juga pelaksanaan dari neraka?. Setelah orang itu selamat dari neraka dan azab dikabarkan lagi dia terbebas dari sifat munafiq, tentu sudah menjadi maklum, orang yang dijamin selamat dari nerakasiksa bukanlah orang yang munafiq baik di waktu sekarang ataupun kemudian. 41 Dengan alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas maka telah memenuhi syarat matan hadis dinyatakan tidak terhindar dari syudzudz dan „illat. Itu pula berarti kaidah kesahihan matan tidak terpenuhi. Jadi kesimpulannya matan hadis yang diteliti berkualitas daif, mengingat sanad hadisnya juga berkualitas daif, maka dengan demikian hadis tersebut berkualitas daif. Jelasnya hadis tersebut tidak bisa dijadikan hujjah. 41 Al-Bah ṡul Amin fī Hadiṡ al-Arba‘īn, diterbitkan dalam Majalah al-Jāmi’ah al-Islāmiyyah edisi 41. 56 BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas yang cukup panjang, menurut disiplin ilmu hadis, manakala terdapat perawi yang tidak diketahui keadaannya maka sanad perawi hadis tersebut jumhur ulama hadis, hukum riwayatnya tertolak dan hadisnya termasuk daif. Dari kesimpulan ini dapat diketahui beberapa poin yang perlu digaris bawahi sebagai berikut: Pertama dari segi sanad: 1. Setelah penulis meneliti hadis dari mukharrij Ahmad ibn Hanbal juga pada semua perawi yang ada di dalamnya seperti; al-Hakam ibn Musa, ‘Abdurrahman ibn Aby al-Rijal, Nubaith ibn Umar, Anas ibn Malik dan sampai kepada Nabi s.a.w. terdapat satu orang periwayat yang bernama Nubaith ibn Umar bersifat Majhūl „ain tidak diketahui keadaannya, dikarenakan ada perawi yang Majhūl „ain maka penulis menyimpulkan hadis ini daif sebagaimana juga yang telah disimpulkan oleh syekh al- Albani. 2. Setelah penulis meneliti hadis dari mukharrij al-Tabarani sebagai mutābi‟ juga pada semua perawi yang ada di dalamnya seperti; Muhammad ibn