F. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis membahas beberapa bab yang diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab Pertama, Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab Kedua, merupakan tinjauan umum mengenai
alāt arba„īn yang berisi tentang pengertian
ṣalāt di dalamnya meliputi pengertian alāt menurut istilah umum dan kedudukannya dalam islam dan pengertian
alāt arba„īn serta alasan melaksanakan
alāt arba„īn.
Bab Ketiga, merupakan t akhrīj hadis mengenai alāt arba„īn yang berisi
tentang teks hadis dan terjemahannya, kegiatan t akhrīj hadis, kegiatan penelitian
hadis dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian baik sanad maupun matan hadis.
Bab Keempat, Merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan yang telah dibahas sebelumnya dan dilengkapi dengan saran-saran yang bersifat membangun
serta pada akhirnya adalah daftar pustaka menjadi rujukan penulis juga lampiran.
15
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ṢALĀT ARBA‘ĪN
A. Pengertian Ṣalāt
1 . Pengertian
Ṣalāt Menurut Istilah umum dan Kedudukannya Dalam Islam
Secara bahasa alāt berasal dari bahasa arab dari kata kerja
ىلص
allā
yang dalam bahasa arab diartikan dengan
اعد
da„ā.
1
Pengertian ini mengandung banyak arti, yaitu; memanggil, mengundang, minta tolong kepada, meminta,
memohon, mendoakan,
menamakan, meratapi,
menyebabkan, mengisi,
mendatangkan.
2
Sementara kata
ىلص
allā sendiri biasanya memiliki arti doa
atau memohon, ada yang berpendapat arti aslinya dalam bahasa adalah pengagungan.
3
Seperti dalam firman Allah swt:
حذ خ
حن م حم َِٰوحمَأ
ةَقَدَص حم رِهَط ت
م هيِكَز تَو اَ ِ
ِلَصَو حم هحيَلَع
ن إ َكَتٰوَلَص
نَكَس حم ِ
ه للٱَو عي ََ
مي لَع ٣٠١
4
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
5
dan mensucikan
6
mereka dan mendoalah untuk mereka.
1
Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lugah al-„Adab wa al-„Ulūm, Beirut: al-Mathba’ah al- Kathulikiyyah, 1960, h. 434. Lihat, Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir Arab-
Indonesia,Yogyakarta: Pusaka Progresif, 1984, h. 874.
2
Munawwir, Kamus al-Munawwir, h. 438.
3
Mahir Manshur Abdurrajiq, Mu‟jizat Shalat Berjamaah,Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2007, h. 24.
4
Khādim al-Harāmain al-Syarīfain. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. al-Madīnah al- Munawwarah:
Mujamma’ Khādim al-Harāmain al-Syarīfain al-Mālik Fahd li ṭibā’at al-Muṣḥaf al- Syarīf: 1971.
5
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih- lebihan kepada harta benda.
Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui”. QS. At-Taubah: 103 Yang dimaksud dari ayat di atas adalah berdoalah dan beristighfarlah
untuk mereka.
7
Dan Nabi saw bersabda:
حنَع ثاَي غ نحب صحفَح اَنَ ث دَح َةَبحيَش بَأ نحب رحكَب و بَأ اَنَ ث دَح َلاَق َةَرح يَر بَأ حنَع َني ر س نحبا حنَع ماَش
ِلَص يحلَ ف ا م ئاَص َناَك حن إَف حب ج يحلَ ف حم ك دَحَأ َي ع د اَذ إ َم لَسَو هحيَلَع ه للا ى لَص ه للا لو سَر َلاَق َناَك حن إَو
حمَعحطَيحلَ ف ا ر طحف م .
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam dari Ibnu Sirin dari
Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Jika salah seorang dari kalian diundang, hendaknya ia penuhi undangan
tersebut, jika ia sedang berpuasa, maka hendaklah ia mendoakannya, dan jika ia sedang tidak berpuasa, hendaknya ia memakannya.
8
Ṣalāt menurut istilah adalah ibadah kepada Allah swt yang wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, diawali dengan takbir dan ditutup dengan
salam, dilengkapi dengan syarat, rukun, gerakan, dan bacaan tertentu.
9
Ṣalāt dapat juga berarti doa untuk mendapatkan kebaikan atau
alawāt bagi Nabi Muhammad saw.
10
Dengan begitu, alāt Allah swt kepada Nabinya adalah pujian Allah swt
kepada Nabinya, dan alāt Malaikat kepada Nabi saw adalah doa.
11
6
Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.
7
Al-Hafi ẓ ‘Imaduddin Abul Fida’ Ismail bin Kaṡir al-Qurasyi ad-Dimasyqi, Tafsir al-
Qur‟an al-Azhim,Beirut: Dar at-Turats al-‘Arabi, jilid 2, h. 386.
8
Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim,Beirut: Dar al-Fikr, juz 2, h. 106.
9
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, cet. VII, h. 866.
10
Ensiklopedi Islam, Jakarta: Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, h. 207.
11
Sa’id bin Ali bin Waqf al-Qahthani, Lebih Berkah dengan Salat Berjamaah, Surakarta: Qaula, 2008, h. 17.