Tradisi Intelektual pada masa Kelompok Studi

B C Formaci berdiri ketua umum HMI Cabang Ciputat saat itu adalah Ruhyaman. Tidak dipungkiri munculnya kelompok studi-studi yang diinisiasi oleh kader- kader HMI Cabang Ciputat tidak lain adalah untuk memenuhi kehausan akan proses intelektualisasi yang sudah biasa dilakukan di HMI. Akibat tingginya minat politik kader-kader HMI Cabang Ciputat saat itu, antara sesama kader HMI Cabang Ciputat, terdapat faksi-faksi kecil lainnya seperti kader HMI alumni Gontor, alumni dari Darul Qolam, Darunnajah atau kader-kader HMI yang bukan dari latar belakang pondok pesantren. Munculnya faksi-faksi ini tidak jarang terjadi gesekan yang tidak jarang pula terbawa setelah mereka selesai dari HMI Cabang Ciputat. 35 Kelompok-kelompok studi ini yang kemudian mampu melahirkan tokoh-tokoh intelektual muda HMI Cabang Ciputat. Tetapi satu hal yang harus digarisbawahi adalah HMI Cabang Ciputat dan kelompok-kelompok studi berjalan beriringan dalam pembentukan generasi intelektual selanjutnya. Aktivitas pada kelompok-kelompok studi ini bisa dibilang tidak jauh dengan aktivitas di HMI Cabang Ciputat pada tahun-tahun sebelumnya. Diskusi dan kajian menjadi santapan rutin mereka yang aktif dalam kelompok diskusi tersebut. Saiful Mujani, Ihsan Ali-Fauzi, Budhy Munawar Rahman, M. Wahyuni Nafis, dan Burhanudin Muhtadi yang termuda merupakan produk aktivis HMI yang juga menempa diri di kelompok studi Formaci. Selain itu ada masih banyak lagi seperti Ida Farida, sastrawan Jamal D. Rahman, dan Idris Thaha yang merupakan motor dari kelompok studi Flamboyan, yang namanya diambil dari pohon Flamboyan yang banyak terdapat di lingkungan kampus IAIN saat itu sebagai tempat 35 Wawancara Pribadi dengan Saiful Mujani, Jakarta, 16 September 2014. Syukron Kamil, Ciputat, 5 September 2014. Dan Tb. Ace Hasan, Bintaro, 17 September 2014. mengungkapkan kondisi yang hampir sama D E F berdiskusi. Kelompok studi Respondeo yang dimotori oleh Ade Komarudin dan Naufal Romzi, yang diinspirasi dari bahasa Yunani. Kajian-kajian dan diskusi sangat “radikal”, “anarkis”, dan “liar” 36 dilakukan oleh kelompok-kelompok studi, seperti ada sebuah persaingan untuk menunjukan kelompok studi mana yang lebih paling menunjukkan eksistensinya di kampus. Ini menjadikan ghiroh intelektual saat itu hidup kembali. Dalam kelompok studi sebenarnya terdapat mahasiswa IAIN dari latar belakang organisasi lain selain HMI, ini menunjukkan sikap terbuka HMI dan dapat bekerja sama dengan organisasi lain. Dalam kelompok studi Formaci misalnya terdapat tiga tema utama yang menjadi kajian rutin di dalamnya. Pertama, studi islam rasional. Kedua, teologi dan filsafat. Ketiga, ilmu sosial dan sejarah. Kemudian juga dituntut untuk membuat makalah untuk presentasi bahan diskusi. 37 Pada awal 90-an juga hubungan yang mulai harmonis terjalin antara kekuatan umat Islam dengan pemerintah Soeharto. Pemerintahan Soeharto mulai melihat kekuatan Islam sebagai kekuatan politik yang cukup kuat untuk bisa melanggengkan kekuasaannya. Dengan begitu tindakan pemerintah Soeharto menjadi sangat lunak terhadap setiap kekuatan Islam. Soeharto mendirikan lembaga yang mengurusi persoalan umat Islam di dalam Golkar. Juga memberikan sumbangan-sumbangan yang cukup banyak kepada masjid-masjid, sebagai langkah konkrit mengambil hati umat Islam saat itu. Namun tindak KKN Kolusi, Korupsi dan Nepotisme yang selama ini dilakukan oleh Soeharto dan 36 Dalam melakukan kajian, hampir setiap kelompok studi sangat tinggi aktivitasnya, hampir setiap malam, dan dalam sekali kajian dari malam sampai pagi. Dengan tema-tema kajian filsafat, ilmu sosial, sejarah dan studi Islam rasional. Wawancara Pribadi dengan Saiful Mujani, Jakarta, 16 September 2014. 37 Wawancara Pribadi dengan Saiful Mujani, Kuningan, 16 September 2014 dan Tb. Ace Hasan, Bintaro, 17 September 2014 G H kroni-kroninya membuat seluruh lapisan masyarakat yang paham atas kejahatannya menjadi geram. Sikap Soeharto yang sedang melunaknya, dimanfaatkan oleh para aktivis untuk aksi kembali lagi turun ke jalan guna memprotes KKN yang terjadi di pemerintahan selama ini. Dengan menguatkan jaringannya sampai kepada tingkatan nasional. Pada awal 90-an juga 1992-1993 terdapat delapan komisariat di bawah naungan HMI Cabang Ciputat. Komisariat Fakultas Tarbiyah, Komisariat Fakultas Adab, Komisariat Fakultas Syariah, Komisariat Fakultas Ushuluddin, Komisariat Fakultas Dakwah, Komisariat ITI Institut Tekhnologi Indonesia, Komisariat Unis Universitas Islam Syekh Yusuf, Tangerang, dan Komisariat Iqra. Lima komisariat awal berada di lingkungan kampus IAIN Jakarta. Komisariat sisanya berada di sekitar Tangerang. Bisa dikatakan sangat luas penyebaran secara struktural dari HMI Cabang Ciputat. Bukan hanya yang ada di sekitar daerah Ciputat melainkan sampai ke berbagai kampus yang mendirikan komisariat di bawah HMI Cabang Ciputat. Pada pertengahan 90-an kegiatan tulis menulis tetap berjalan di HMI Ciputat, semisal saat pada saat itu ada majalah Generasi yang berada di bawah naungan komisariat Fakultas Adab HMI Cabang Ciputat yang digerakkan oleh Oman Fathurohman. 38 Di samping itu ada beberapa juga yang masih cukup aktif menulis di media massa, seperti M. Wahyuni Nafis, J.M. Muslimin, dan lain-lain. Hal itu karena menjadi kebanggaan saat itu adalah bukan hanya sebagai aktivis di intra 38 Wawancara Pribadi dengan Oman Fathurahman tentang tradisi intelektual HMI pada saat dirinya masih menjadi ketua umum komisariat Fakultas Adab, HMI Cabang Ciputat, Ciputat, 14 September 2014 I kampus ataupun ekstra kampus, melainkan sekaligus sebagai aktivis intelektual yang aktif juga dalam menulis di media-media massa. Pada saat kepemimpinan HMI Cabang Ciputat Syukron Kamil, sedang maraknya pelatihan dan diskusi manajemen. Beberapa kali mengadakan kerjasama diskusi dengan Yayasan wakaf Paramadina tentang tema manajemen. Saat itu sedang munculnya negara Naga kekuatan baru ekonomi Asia seperti Singapura, Jepang, Korea Selatan, makanya menarik ketika Cak Nur membuat kajian manajemen tentang kekuatan ekonomi Islam untuk menjadi kekuatan ekonomi Asia baru. Menjadikan semakin banyaknya kajian tentang manajemen sebagai. Selain itu ada juga beberapa kader yang aktif mengikuti pelatihan- pelatihan yang diadakan di Yayasan Wakaf Paramadina. 39 Jaringan yang kuat antara Paramadina dengan HMI Cabang Ciputat dikarenakan para alumni HMI Cabang Ciputat aktif dalam penelitian di Paramadina, bahkan beberapa pernah menduduki direktur Yayasan Paramadina. Pada periode 1996 – 1998 munculnya tokoh-tokoh seperti Burhanudin Muhtadi, Tb Ace Hasan, dan lain-lain adalah tokoh-muda yang lahir dari rahim intelektual Ciputat. Selain aktif di HMI mereka juga sama-sama aktif dalam kelompok-kelompok studi. Dalam kelompok studi mereka aktif mengembangkan kemampuan intelektualnya dan dari HMI mereka belajar keorganisasiannya. Sehingga sangat mapan dalam intelektual, matang dalam berorganisasi, dan memiliki kerangka berfikir yang kuat serta gagasan yang sangat baik. Dalam kelompok studi ini mereka membangun jaringan yang kuat dengan kelompok- 39 Wawancara Pribadi dengan Syukron Kamil mantan ketua umum HMI Cabang Ciputat 1995- 96, Ciputat, 5 September 2014 JJ kelompok studi lain dan menggerakkan aksi-aksi dengan kelompok studi lainnya untuk memprotes rezim Orde Baru yang dianggap otoriter yang saat itu kondisinya sedang lemah. Akhirnya lewat banyaknya aksi dan banyak mahasiswa yang turun ke jalan, lewat semangat pembaharuan, lewat gagasan perubahan para aktivis HMI turut andil dalam proses akhir dari kekuasaan Orde Baru. Pada akhir 1990-an aktivis HMI Cabang Ciputat tidak mengendurkan minat politiknya yang tinggi tetapi juga tidak meningkatkan kegiatan intelektualnya. Mereka masih terbawa “euforia demokrasi” sehingga kegiatan-kegiatan aktivitas politik praktis menjadi semakin tinggi. Pada tahun 1999 Tb. Ace Hasan Syadzali yang saat itu ketua umum Senat Mahasiswa IAIN Jakarta, secara kolektif dengan kawan-kawan HMI dan aktivis dari PMII ataupun IMM berhasil membuat suatu sistem pemilihan dalam senat mahasiswa yang seperti dalam pelaksanaan pemilu pemerintah. Sistem itu dikenal dengan sistem SG Student Government. Sistem yang sangat demokratis di mana sistem Senat diganti dengan BEM. Seluruh mahasiswa IAIN memilih langsung ketua BEM IAIN seperti pemilihan Presiden. Sistem ini dibentuk untuk melatih kepemimpinan pada tingkat mahasiswa selain di organisasi ekstra kampus. 40 Ini merupakan sebuah prestasi tersendiri yang dibuat oleh kader HMI, di saat itu pemilihan presiden belum dipilih langsung oleh rakyat tetapi di IAIN ketua presiden mahasiswa sudah dipilih langsung oleh seluruh mahasiswa. Ini merupakan sebuah gagasan yang besar mengenai sistem demokrasi yang telah dipraktekkan dikalangan mahasiswa. 40 Wawancara Pribadi dengan Tb. Ace Hasan Syazdali, Bintaro, 17 September 2014 K

D. Relasi Tradisi Intelektual HMI Cabang Ciputat dengan Intelektual Mahasiswa IAIN 1960-1998

Tradisi intelektual HMI Cabang Ciputat memiliki pengaruh sangat besar terhadap mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejak awal berdirinya HMI Cabang Ciputat, ADIA IAIN sekarang UIN merupakan basis utama dari perkaderan yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasional bahkan internasional, sebut saja Cak Nur, Fachry Ali, Mulyadi Kartanegara, Mursyid Ali, M. Atho Mudzhar, Azyumardi Azra, Komarudin Hidayat, Bachtiar Effendy, Hadimulyo, Ahmad Zacky Sirodj, Hari Zamharir, Kurniawan Zulkarnain, Rifqiyati, Nurhayati Djamas, Noor Jannah Shomad, serta belakangan juga menghasilnya banyak peneliti yang muncul lebih belakangan sebut saja Saiful Mujani, Ihsan Ali-Fauzi, Budhy Munawar Rahman, Abudin Nata, M. Amin Summa, Badri Yatim alm, M. Wahyuni Nafis, Ali Munhanif, Fuad Jabali, Irfan Abu Bakar, Amelia Fauzia, Burhanudin Muhtadi, Tati Hartimah, Budi Sulistiono, Jajat Burhanudin, Didin Syafrudin, Syukron Kamil, Amsal Bahtiar, Jamhari, J.M. Muslimin, Oman Faturohman, Arif Subhan, Ade Komarudin, dan TB. Ace Hasan Syadzily dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Mereka semua selain memiliki karya mereka juga juga memiliki visi dan intelektualitas yang baik, yang merupakan contoh cendekiawan yang lahir dari proses perkaderan intelektual HMI Cabang Ciputat dari periode 1960 – 1998. Satu hal proses yang sama yang mereka lakukan adalah menghidupkan tradisi intelektual yang dibentuk oleh Cak Nur sebagai tokoh sentral dari intelektual HMI Cabang Ciputat melalui NDP dan pembaruan pemikiran menginspirasi meraka semua. Tradisi membaca yang baik, berbagi literatur, diskusi, sampai menulis L menjadi kegiatan yang sangat intens yang biasa dilakukan pada hampir semua angkatan kepengurusan HMI Cabang Ciputat dari tahun 70-an sampai pertengahan 90an. Dengan menjadikan proses yang demikian HMI Cabang Ciputat tidak pernah kehabisan cendekiawan muslim. Hubungan kekeluargaan yang dibangun antara senior dengan junior, antar sesama angkatan berjalan dengan sangat baik. Sehingga tercipta suasana yang kondusif untuk berjalannya tradisi intelektual, kalaupun ada persaingan tidak lebih dari saingan yang sehat dalam peningkatan kualitas intelektual masing-masing kader. Semisal pada masa Tati berperan sebagai pengurus HMI Cabang Ciputat ataupun KOHATI Cabang Ciputat, para pengurus seperti menjadi mentor para juniornya untuk lebih semangat dalam berbagai hal, dengan selalu menanyakan tentang perkuliahan 41 , memberikan sarapan otak setiap pagi memberikan koran dan mendiskusikannya, saling bertukar literatur, rutin berdiskusi dan pelatihan menulis. Berbagai diskusi sangat rutin dilaksanakan baik di sekretariat HMI Cabang Ciputat ataupun dilingkungan kampus IAIN dan bahkan di kost-kost para kader. Bentuk diskusi selalu rutin dilaksanakan hampir setiap kepengurusan HMI Cabang Ciputat. Dari mengundang para senior seperti Cak Nur, Ridwan Saidi, Fachry Ali, M. Dawan Raharjo, atau mengundang para ahli dosen-dosen yang tinggal dikomplek dosen UI, Ciputat, seperti Sarlito Wirawan Sarwono ahli 41 Para senior menanyakan tentang mata kuliah yang tidak dipahami dan memberikan arahan, kemudian menanyakan serta berusaha mengontrol Ip junior-juniornya agar tidak turun. Mendorong aktif diskusi dalam setiap perkuliahan. Hasil diskusi dengan Tati Hartimah tentang keadaan perkaderan pada zamannya. psikologi dan Juwono Sudarsono ahli hubungan internasional, 42 diskusi buku dengan membedah setiap Bab pada buku yang ingin didiskusikan sampai pada mendiskusikan berita atau tulisan di surat kabar dengan berbagai perspektif membuat para kader HMI Cabang Ciputat menjadi kaya akan wawasan. Dalam berdiskusi untuk memperdalam kemampuan bahasa Asing baik Inggris ataupun Arab tak jarang para kader mencari media massa berbahasa Inggris untuk didiskusikan. 43 Menulis menjadi hal yang wajib bagi para kader HMI Cabang Ciputat. Dari periode 1960-1975, 1976-1986, dan 1987-1998 menulis menjadi tanda mereka adalah aktivis HMI, baik menulis pada buletin yang diterbitkan HMI Cabang Ciputat sendiri, majalah terbitan LSM Panji Masyarakat terbitan LP3ES, ataupun di media massa seperti, Kompas, Harian Pelita dan lain-lain. Seperti Fachry Ali yang rutin menulis di majalah Panjimas dalam rubrik kolom kecil dengan tema-tema kritik sosial dan kritik terhadap pemerintah. 44 Pelatihan menulis digerakkan HMI Cabang Ciputat pada setiap kepengurusan kepada para kadernya guna menuangkan pengetahuan dan pengalaman yang telah didapat oleh para kader. Yang menarik adalah hampir keseluruhan kader yang menjadi simbol intelektual menjalani tradisi intelektual yang sama. Dengan membaca banyak literatur, berdiskusi tentang hasil bacaan atau tematik, dan menulis pengetahuan dan pengalaman yang didapat dari diskusi dan membaca mereka menjaga proses 42 Diskusi seperti ini sering diadakan pada zaman Ketum Didin Syafrudin sekarang Wadek II Tarbiyah, 1985-1986. 43 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Sanusi. Pamulang, 13 Agustus 2014 44 Fachry Ali, “Islam, Bukan Pahamisme,” Panji Masyarakat, No 513, Agustus 1986, h. 14. itu, bukan hanya saat menjadi aktivis di HMI Cabang Ciputat melainkan juga saat mereka menjadi alumni HMI Cabang Ciputat. Mereka melanjutkan tradisi tersebut dalam LSM-LSM, baik yang ikuti lewat perkawanan di HMI ataupun LSM-LSM yang dibentuk sendiri yang bertujuan untuk mewadahi alumni-alumni muda HMI sebagai peneliti tetap ataupun magang, bahkan banyak juga yang aktif dalam beberapa LSM sekaligus. Dalam LSM-LSM para alumni ditempa secara profesional baik dari cara membaca, berdiskusi dan menulis. Sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa HMI Cabang Ciputat menciptakan Muslim-Intelek- Profesional seperti apa yang dikatakan oleh Cak Nur. Jika diamati terjadi perubahan-perubahan yang cukup jelas antar zaman tokoh- tokoh intelektual yang terbentuk dari rahim intelektual Ciputat. Pada zamannya Cak Nur, Cak Nur menjadi tokoh utama dari intelektual Ciputat, cara yang digunakan Cak Nur untuk menyebarkan ide dan gagasannya dengan menulis di media massa, menulis makalah dan menyampaikannya pada kuliah-kuliah atau saat menjadi trainer di HMI, dan gagasannya yang dikeluarkan merupakan gagasan yang sangat berkaitan dengan masyarakat luas, sehingga dapat dikatakan Cak Nur adalah “public intellectual” misalnya tentang sekularisasi Islam, Nilai- ilai dasar Islam, Modernisasi ialah Rasionalisasi bukan Westernisasi. Dan karir Cak Nur di HMI melesat dari ketua umum HMI Cabang Ciputat sampai pada ketua umum PB HMI dikarenakan gagasan dan ide yang dibawanya dan bisa dikatakan Cak Nur yang paling menonjol dari generasinya bahkan sampai beberapa generasi dibawahnya. Cak Nur juga menjalani sekolah formal yang sangat baik. Lulusan universitas ternama di dunia dan produktif dalam menulis buku.