Relasi Tradisi Intelektual HMI Cabang Ciputat dengan Intelektual Mahasiswa IAIN 1960-1998

itu, bukan hanya saat menjadi aktivis di HMI Cabang Ciputat melainkan juga saat mereka menjadi alumni HMI Cabang Ciputat. Mereka melanjutkan tradisi tersebut dalam LSM-LSM, baik yang ikuti lewat perkawanan di HMI ataupun LSM-LSM yang dibentuk sendiri yang bertujuan untuk mewadahi alumni-alumni muda HMI sebagai peneliti tetap ataupun magang, bahkan banyak juga yang aktif dalam beberapa LSM sekaligus. Dalam LSM-LSM para alumni ditempa secara profesional baik dari cara membaca, berdiskusi dan menulis. Sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa HMI Cabang Ciputat menciptakan Muslim-Intelek- Profesional seperti apa yang dikatakan oleh Cak Nur. Jika diamati terjadi perubahan-perubahan yang cukup jelas antar zaman tokoh- tokoh intelektual yang terbentuk dari rahim intelektual Ciputat. Pada zamannya Cak Nur, Cak Nur menjadi tokoh utama dari intelektual Ciputat, cara yang digunakan Cak Nur untuk menyebarkan ide dan gagasannya dengan menulis di media massa, menulis makalah dan menyampaikannya pada kuliah-kuliah atau saat menjadi trainer di HMI, dan gagasannya yang dikeluarkan merupakan gagasan yang sangat berkaitan dengan masyarakat luas, sehingga dapat dikatakan Cak Nur adalah “public intellectual” misalnya tentang sekularisasi Islam, Nilai- ilai dasar Islam, Modernisasi ialah Rasionalisasi bukan Westernisasi. Dan karir Cak Nur di HMI melesat dari ketua umum HMI Cabang Ciputat sampai pada ketua umum PB HMI dikarenakan gagasan dan ide yang dibawanya dan bisa dikatakan Cak Nur yang paling menonjol dari generasinya bahkan sampai beberapa generasi dibawahnya. Cak Nur juga menjalani sekolah formal yang sangat baik. Lulusan universitas ternama di dunia dan produktif dalam menulis buku. Pada generasi Fachry Ali, terjadi sedikit perubahan tradisi intelektual. Selain mengeluarkan banyak gagasan dan menulis dalam media massa. Fachry Ali juga aktif pada berbagai LSM yang bergerak pada tataran “gressrod” yang diawali bergabung dengan LP3ES. Dan dilanjutkan dengan membentuk LSM-LSM lainnya guna wadah pengembangan intelektual. Seperti HP2M dan lain-lain. Kemudian beberapa generasi di bawahnya seperti Komarudin Hidayat, Azyumardi Azra, Hadimulyo, Bahtiar Effendi dan lain-lain masih terbawa dengan pola yang dibangun oleh Fachry Ali. Namun, Fachry Ali kurang memperhatikan pendidikan formal, Fachry Ali lebih banyak belajar secara otodidak dan dari aktivitasnya di HMI dan LSM-LSM. Pada generasi selanjutnya kegiatan politik yang cukup tinggi membuat aktivitas pengembangan intelektual dilakukan kader HMI di luar institusi HMI, melainkan di kelompok-kelompok studi. Aktivitas para alumni HMI pada LSM-LSM memberikan dampak sendiri. Kebanyakan dengan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan berbahasa asing yang baik mereka mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studinya pada universitas ternama di dunia. Setelah menyelesaikan studinya baik magister ataupun doktoral kebanyakan mereka sangat produktif dalam menghasilkan produk intelektual, baik buku, jurnal, ataupun di media massa. Pada awal 90-an banyak para senior HMI Cabang Ciputat yang menyelesaikan pendidikan doktoralnya seperti Cak Nur, Fachry Ali, Atho Mudzhar, Komarudin Hidayat, Azyumardi Azra, Mulyadhi Kartanegara, Bahtiar Effendy dan lain-lain. Dan beberapa ada yang membentuk LSM seperti Fachry Ali dan Bahtiar Effendy mendirikan LSPEU Indonesia Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha. Lalu ada PPIM Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat yang dibentuk oleh Azyumardi Azra secara kolektif bersama Komarudin Hidayat, Saiful Mujani dan lain-lain didorong dengan oleh Pak Harun Nasution kepada pak Rektor saat itu Quraish Shihab untuk membentuk semacam LSM dalam IAIN. Lalu ada juga CSRS Centre for The Study of Religion and Culture yang tadinya merupakan divisi kajian budaya dari Pusat Bahasa dan Budaya yang juga diinisiasi oleh Azyumardi Azra. 45 Aktivitisme dan intelektulisme yang seimbang yang dijalankan kader-kader HMI Cabang Ciputat dekade akhir 70-an sampai pertengahan dekade 80-an di lingkungan dalam perkaderan intelektual di dalamnya menjadi modal yang sangat baik bagi para alumni HMI Cabang Ciputat untuk berkarya dan aktif dalam LSM untuk pengembangan intelektual mereka yang selanjutnya secara kontinuitas bagi basis perkembangan intelektual di luar jalur akademik yang mereka ambil dalam pendidikan formal di IAIN. Ini menjadi penting ketika dalam pendidikan formal selanjutnya basis intelektual ini mengambil pendidikan yang berbeda dari apa yang mereka ambil pada IAIN. Selain aktif pada LSM angkatan ini juga aktif menulis pada media massa bahkan pada saat mereka masih kuliah. Kemampuan menulis yang juga mereka kembangkan di LSM dengan mengurusi Jurnal, Majalah ataupun Buletin harian yang menjadi lahan “garapan” dan menjadi sangat profesional dibidang jurnalistik. Ini juga bidang yang sangat berbeda dengan ilmu yang mereka ampu pada pendidikan formal di IAIN. Hal ini menjadi sesuatu yang seperti “menyimpang” dari rule mode pendidikan IAIN yang seharusnya bergerak dalam 45 Syukron Kamil, Islam dan Kebangsaan HMI Cabang Ciputat; Sekilas Jejak Pemikiran dan Gerakan Kadernya, dalam Rusydy Zakaria dkk, ed., Membingkai Perkaderan Intelektual................h.201 bidang keagamaan secara lebih teknikal, seperti menjadi guru agama, juru dakwah, pegawai departemen agama atau sebagai dosen IAIN sendiri. Seperti yang tercantum dalam konsideran Peraturan Pemerintah no. 34 tahun 1950 maksud pendirian ADIA IAIN adalah untuk menyiapkan calon tenaga pegawai bagi kepentingan Departemen Agama. 46 Selanjutnya karir intelektual generasi ini semakin melejit ketika pada masa Munawir Sjadzali sebagai Menteri Agama dengan otoritasnya, membuka jalur pendidikan bagi lulusan IAIN harus dikirim ke universitas ternama di dunia untuk mendapatkan pendidikan ekonomi, sosiologi, politik dan mendapatkan gelar magister ataupun doktoral. Menurutnya, intelektualisme Islam harus diintegrasikan dengan intelektualisme nasional. 47 Maka dari itu dengan kesempatan yang luas ini banyak alumni IAIN HMI juga tentunya yang berangkat mendapatkan pendidikan di luar negeri. Dengan bekal-bekal yang sudha mereka miliki selama berproses di HMI, aktif di LSM, dan menulis pada berbagai media, serta kemampuan bahasa asing yang mumpuni menjadi sangat terpakai ketika mereka berkuliah di luar negeri. Seletah menyelesai pendidikan formal di univeritas ternama di dunia, semisal Azyumardi Azra,setelah menyelesaikan pendidikan di Columbia University, New York, Amerika Serikat dalam bidang sejarah. Karya-karya tulisannya terbit di dalam maupun di luar negeri. Dalam negeri misalnya Azyumardi Azra adalah peletak dasar jurnal ilmiah Studia Islamica pada tahun 1994. Jurnal yang tersebar di seluruh perpustakaan universitas-universitas besar di dunia menggunakan tiga 46 Fachry Ali, Kontinuitas dan Perubahan: Catatan Sejarah Sosial Budaya Alumni IAIN, h. 370 47 Fachry Ali, Ibid, h. 382 bahasa, bahasa Indonesia, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Selain itu sangat produktif dalam menulis buku tercatat 23 buku dan puluhan tulisan yang terbit di dalam buku kumpulan karangan baik disunting sendiri ataupun oleh sarjana lain. Bukunya The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia diterbitkan oleh kerjasama Asutralia dan Honolulu dan Leiden Allen Unwin, University of Hawa’i Press dan KITLV pada 2004. Dalam kinerja kerjasamanya Azyumardi telah menjadi co-editor beberapa buku. Antara lain Shari’a and Politicsin Indonesia, terbit di Singapura pada 2005; Indonesia Islam and Democracy, 2006; Islam in the Indonesia World: An Account of Institutional Development diterbitkan Mizan International pada 2007 dan masih banyak lagi karyanya. Seluruh karyanya telah meningkatkan pamor intelektual dan sosial-politik Azyumardi Azra. Dalam konteks ini, Azyumardi Azra memperoleh Honorary Professorial Fellow dari University of Melbourne, Australia, anggota Board Trustees, International Islamic University, Islamabad, Pakistan, kemudian anggota Academic Development Committe, Aga Khan International University-Institute for the Study of Muslim Civilizatiob AKU-ISMC berpusat di London daln lain- lain. Sejalan dengan itu pula Azyumardi menjadi international visiting fellow di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir; Leiden University, Belanda; Oxford University, Inggris; New York University dan Columbia University, Amerika Serikat; dan University of Melbrourne, Australia. Pada agustus 2005 ia mendapatkan Anugrah Bintang Maha Putra Utama RI atas kontribusinya dalam mengembangkan Islam moderat. 48 48 Fachry Ali, Lima Puluh Tahun HMI Ciputat; Sebuah Narasi Tentang Warisan Intelektual, Op.cit h. xlix Selanjutnya ada Komarudin Hidayat seletah lulus dari IAIN Jakarta saat itu dan aktivitasnya di LP3ES, Komarudin Hidayat melanjutkan studinya master dan doktoralnya dalam filsafat Islam dan perbandingan filsafat Barat dan Islam di Middle East Technical University. Komarudin Hidayat juga dianggap sebagai religus-prfesionalisme yakni pembawa ajaran-ajaran dna nilai-nilai agama yang terkemas secara modern-sehingga tersosialisasikan kepada kalangan menengah kota. Lihat karya-karyanya merupakan kosumsi bagi kaum terpelajar sekuler serta kaum menengah atas. Seperti Tragedi Raja Midas, Wahyu dari Langit, Wahyu di Bumi, Memahami bahasa Agama, Psikologi Beragama, ada juga dua karyanya yang belakangan sangat menarik seperti Psikologi Kematian dan Spiritual Side of Golf dan makin menjelaskan kemampuannya dalam menulis buku menjadi konsumsi untuk kalangan berpendidikan dan menengah kota. 49 Lalu ada Mulyadhi Kartanegara seletah menyelesaikan studinya di Fakultas Ushuludin pada 1984. Pada 1989 Mulyadhi Kartanegaramendapatkan gelar master dari Center oh Middle East Studies, the University of Chicago. Dan gelar doktornya dalam bidang filsafat Islam didapatnya dari Near-Eastern Languanges and Civilization, the University of Chicago, Amerika Serikat pada 1996. Mulyadhi menghasilkan 28 buku, seperti Renungan Mistik Jalaludin Rumi, diterbitkan pada 1986. Karya lainnya Menembus Batas Waktu: Panorama Filsafat Islamdan Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistimologis Islam diterbitkan Mizan. Masing-masing pada 2002 dan 2003. Mulyadhi juga menterjemahkan tulisan berbahasa asing, baik Inggris ataupun Arab. Salah satu yang diterjemahkan 49 Fachry Ali, Lima Puluh Tahun HMI Ciputat, Ibid, h. xlviii adalah The Venture of Islam jilid I dan II diterbitkan Paramadian apda 1999 dan 2002. 50 Bahtiar Effendy, selesai dari Fakultas Ushuludin pada tahun 1985. Pada tahun 1988 memperoleh gelar master dari Southeast Asian Studies, Ohio University, Athens, Amerika Serikat. Pada 1991, kembali mendapatkan gelar master dari Ohio University, Columbus dalam bidang politik. Dan pada tahun 1994 mendapatkan gelar doktor dari universitas yang sama. Sejak 1986 telah menjadi editor di sebuah penerbitan Pustaka Jaya. Pada 1984 buku terjemahan pertamanya adalah Muhammad Kekasih Allah diterbitkan oleh Mizan. Buku pertamanya yang ditulis adalah Merambah Jalan Baru Islam: Rekontruksi Pemikiran Islam Masa Orde Baru diterbitkan Mizan pada 1986. Sejak itu poduktivitas meningkat. Pada 1988 Bahtiar menulis tesis masternya dengan judul The Nine Stars an Politicds: A Study of The Nahdhatul Ulama’s Acceptance of Asas Tunggal and Its Wtihdrawal from Politics. Pada 1998 buku yang disuntingnya, Radikalisme Agama yang diterbitkan PPIM, Islam dan Negara: Transformasi dan Praktik Polotik Islam di Indonesia yang diterbitkan Paramadina pada tahun yang sama. Pada 2003 buku Islam and State in Indonesia telah diterbitkan Institute of Southeast Asia Studies ISEAS di Singapura. Dan masih banyak lagi karyanya yang terdapat di dalam buku-buku yang diterbitkan di luar negeri. Statusnya sebagai Senior Fellow di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University Singapore dan Fellow di Victoria University Wellington, New Zealand adalah bukti akan kedalaman intelektualitasnya. 51 50 Fachry Ali, Lima Puluh Tahun HMI Ciputat, Ibid, h. xxxix 51 Fachry Ali, Lima Puluh Tahun HMI Ciputat, Ibid, h. xli Lalu ada Hari Zamharir, selain menulis di jurnal ilmiah dan menerjemahkan beberapak karya asing tentang politik dan Islam, juga menulis buku Agama dan Negara: Analisa Kritis Pemikiran Politik Cak Nur yang terbit pada 2004. Juga ada Rusydy Zakaria, dengan karya Indonesia Islamic Education: A Sosio-Political and Historical Perspective, terbit di Jerman pada 2008. Kinerja intelektual Rusydy Zakaria ini juga ditandai oleh posisinya sebagai penanggung jawab jurnal ilmiah Islamica Didaktika dan konsultan World Bank untuk bidang pendidikan. Sementara Sudirman Tebba, lulusan Fakultas Syariah awal dekade 1980-an, justru lebih produktif menulis buku hingga mencapai 39 buah stelah berhenti menjadi wartawan Kompas. M. Amin Suma juga telah menulis 20 buku, selain itu ada Abudin Nata, telah menghasilkan 40 buku, ada jua karya dari Pipip Ahmad Rifa’i telah menulis 5 buku, Iqbal Abdurrauf Saimima alm telah menulis 5 buku, Badri Yatim alm telah melahirkan 10 buku, Amin Nurdin juga menghasilkan 10 buku, Amsal Bakhtiar 9 buku, Budi Sulistiono 4 buku, Abdul Chair 5 buku, Rif’at Syauqi 5 buku dan Dede Rosyada 3 buku. 52 Ada juga Ahmad Sanusi, walaupun tidak terlalu produktif dalam menulis buku tetapi bisa dikatakan sebagai penampung hasil-hasil intelektual alumni HMI saat itu dengan mendirikan penerbitan Logos. 53 Dari kalangan KOHATI salah satunya ada Nurlena. Setelah selesai dari Fakultas Tarbiyah pada tahun 1984, Nurlena aktif menjadi asisten penelitian yang dilakukan LP3ES. Pada 1986 Nurlena memutuskan untuk mengajar. Pada 1991- 1993 iya mendapatkan gelar master di Kanada dalam bidang Islamic Studies. Pada 52 Data ini diambil pada tahun 2012. Lihat Fachry Ali, Lima Puluh Tahun HMI Ciputat, Ibid, h. xxxvi 53 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Sanusi, Pamulag, 13 Agustus 2014 2001-2006 Nurlena kembali ke Kanada untuk mendapatkan gelar doktor dalam bidang pendidikan. Tiga bukunya tentang karir politik perempuan dan kepemimpinan perempuan terbit di Indonesia. Dan satu buku lainnya Islamic School in Contemporary Indonesia terbit di Jerman. Nurlena kini tetap mengajar sekarang Dekan Fakultas Tarbiyah. Ida Rosida mengambil gelar master di Ohio State University, aktif dalam pembelaan hak-hak perempuan. Fatimah S dalam studi Islamnya di Kanada telah melahirkan karya Modernism and Contextualization of Islamic Doctrine: The Reform of Indonesian Islam Proposed by Cak Nur. Kemudian juga ada Lies Marcoes Nasir yang juga sangat aktif di dalam dunia penelitian dan pemberdayaan masyarakat setelah sebelumnya sempat ikut meneliti bersama Prof. Dr. Martin van Bruinessen dari Universitas Utrecht selama satu tahun. Kemudian aktivitas akademisnya dilanjutkan dengan mengambil master dalam bidang medical anthropology di University of Amsterdam. Konsentrasinya tertuju pada masalah-masalah pembangunan dan perempuan. Aktivitasnya di HMI khususnya KOHATI memberikan dampak yang luar bagi pengembangan intelektual. Mereka yang berhasil ini adalah generasi penerus dari kader-kader KOHATI angkatan 70-an seperti: Rifqiyati, Noor Jannah Shomad, Iis Aisah, Mimi Husmiaty Hasyim, Tati Hartimah, Fardiah, Athiroh, Nining Yuningsih, Rahmi Fauziah dan lain sebagainya. Yang termuda dari kalangan KOHATI adalah Amelia Fauzia. Setelah lulus dari Fakultas Adab jurusan Sejarah Kebudayaan Islam pada 1995. Pada tahun 1998 Amelia Fauzia memperoleh gelar master dalam Islamic Studies dari Universitas Leiden, Belanda dan memperoleh gelar doktor pada 2008 dari the University of Melbourne, Australia. Amelia Fauzia aktif mengajar di Fakultas Adab sambil memegang M beberapa jabatan. Amelia Fauzia juga aktif dalam banyak penelitian seperti Faith and State: A History of Islamic Philanthropy in Indonesia yang diterbitkan National University of Singapore. 54 Pada tahun pertengahan dekade 80-an sampai 90-an akhir aktivis-aktivis HMI Ciputat yang lahir dari rahim intelektual Ciputat lebih banyak terbentuk dari kelompok-kelompok studi waktu itu. Sebut saja Saiful Mujani, Ihsan Ali-Fauzi, Ali Munhanif Formaci. Saiful Mujani misalnya mengikuti hampir semua pelatihan formal yang ada di HMI dari Maperca sampai Advance, selain itu pembentukan intelektualnya lebih banyak didapat dari kelompok studi. Setelah menyelesaikan studinya di Fakultas Ushuludin pada tahun 1989, melanjutkan mengajar di Fakultas Ushuludin sampai 1996, sambil mengajar Saiful Mujani juga aktif dalam ELSAF dan kemudian mengembangkan jurnal Ulumul Qur’an. Pengalaman ini yang membuatnya dipercaya oleh Azyumardi Azra dalam pengembangan jurnal Studia Islamica. Tahun 1998 Saiful melanjutkan studinya dalam bidang politik dan mendapatkan gelar master dari Ohio State University, dan mendapatkan gelar doktor dari universitas yang sama pada tahun 2003. Sumbangsih terbesarnya adalah dengan membentuk Lembaga Survei Indonesia di mana dalam waktu yang cepat dan singkat kita bisa mengetahui hasil pemilihan umum. Tentu saja selain hasil tulisan-tulisannya yang dimuat dalam jurnal dalam negeri ataupun luar negeri. 55 Pada seangkatannya ada Ali Munhanif yang juga aktif di Formaci, selepas lulus dari Fakultas Ushuludin pada 1990, ali Munhanif memperoleh gelar master 54 Lihat Fachry Ali, Lima Puluh Tahun HMI Ciputat, Ibid, h. xxxii 55 Wawancara Pribadi dengan Saiful Mujani di kantor SMRC, Kuningan 16 September 2014 N dari Temple University Philadelpia, Amerika Serikat pada tahun 1996. Pada tahun 2000 Ali mendapatkan gelar Doktor dari Mc.Gill University, Montreal Kanada dalam ilmu politik. Dengan judul disertasi Different Routes to Islamism: History, Institutions, and the Politics of Islamic State. Ali Munhanif mengabdikan dirinya di dunia pendidikan dengan mengajar di Fakultas Ushuludin dan FISIP sejak 2009 dan saat ini menjadi Direktur PPIM. Pada generasi 90-an bisa kita lihat sperti Syukron Kamil, yang kini menjadi Direktur PSIA, lalu ada Oman Fathurahman mantan ketua umum Komisariat Adab ini kini telah menjadi guru besar dalam bidang filologi sekarang Dekan Fakultas Adab, ada juga yang segenerasi dengannya seperti JM. Muslimin sekarang Dekan Fakultas Syariah. Untuk ditingkat nasional kita punya nama-nama seperti Burhanudin Muhtadi yang sekarang menjadi direktur lembaga survei Indikator Politik menjadi komentator politik baik dengan lisan ataupun tulisan yang sangat baik. Dan yang segenerasi dengan Burhan ada Tb. Ace Hasan Syadzali, salah satu aktivis 98 dan juga pembentuk sistem BEM dan SG di kampus IAIN ini melnajutkan karir politiknya dengan penjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2009- 2014 dari fraksi Golkar. Untuk itu melalui HMI Cabang Ciputat sebagai pusat perkaderan intelektual pertama sebagai dasar pijakan intelektual dan dengan semangat menjaga tradisi intelektual tersebut. Tokoh-tokoh di atas yang bisa dibilang masih sangat sedikit dari banyaknya tokoh yang menjaga tradisi intelektual serta yang produktif dalam menghasilkan karya intelektual. Paling tidak ada gambaran pada setiap angakatan yang berhasil menjadi scholar sejati ataupun aktivitas lain namun tetap menjaga O kualitas intelektualnya serta memiliki visi yang baik serta menjalankan nilai-nilai intelektual yang diwariskan oleh Cak Nur. PQ

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Tradisi intelektual utama yang dibangun Cak Nur sebagai patron intelektual dengan segala pemikirannya yang visioner, tentang ke-Indonesiaan, ke-Islaman dan ke-Modernan tidak didapat begitu saja. Nurcholish Madjid dan para generasi penerusnya yang kemudian menjadi tokoh-tokoh intelektual membangun menjaga, mengembangkan dan mewariskan sebuah tradisi dalam rangka mengaktualisasikan nilai-nilai yang terdapat di HMI, baik kualitas insan cita sebagai kader ataupun NDP sebagai nilai luhur organisasi serta landasan-landasan yang terdapat dalam HMI, membuat Nurcholish Madjid menciptakan suatu pola perkaderan yang membentuk intelektual. Dengan kemampuan intelektual mahasiswa dapat menjadi memiliki juga kualitas insan cita, dapat juga menjalankan Nilai-nilai Dasar Perjuangan dan memahami landasan-landasan dalam ber-HMI. Untuk itu intelektual merupakan modal dasar untuk kehidupan peran kader selanjutnya. Tradisi intelektual tersebut diawali dengan membaca “iqra” seperti wahyu pertama yang turun kepada Muhammad SAW. Hal ini menjelaskan bahwa sumber pengetahuan berasal dari membaca. Berarti pula Islam sebagai agama ataupun budaya sangat menganjurkan umatnya untuk membaca belajar sebelum manusia menjadi khalifah di muka bumi. Kemudian tradisi selanjutnya adalah berdiskusi bertukar pikiran, merupakan suatu wahana di mana kita bisa mengeluarkan hasil bacaan kita dan bertukar pikiran dengan hasil bacaan orang lain yang berdiskusi R S dengan kita. Berbagi wawasan dan saling mengajarkan merupakan cara yang sangat baik untuk menguatkan dan meningkatkan hasil bacaan kita. Yang terakhir adalah menulis. Menulis adalah suatu kegiatan di mana kita mencurahkan isi pikiran, hati, pandangan, rasa dengan huruf-huruf. Menulis hasil bacaan dan diskusi kita memperkaya khazanah intelektual kita. Pada zaman dahulu nenek moyang kita pun tidak lepas dari tradisi menulis. Dengan ditemukannya naskah-naskah kuno yang menjadi kajian orang-orang sejarah ataupun filologi. Dalam naskah-naskah itu kita dapat mengetahui ilmu-ilmu yan terkandung di dalamnya. Dengan menulis juga kita karya-karya kita “hasil intelektual” kita akan abadi. Tradisi utama di atas diperkaya dengan kegiatan- kegiatan ilmiah lainnya. Karena menulis merupakan transformasi keilmuan yang paling efektif. Tradisi intelektual ini tidak hanya dijalankan selama aktif di HMI Cabang Ciputat saja, tetapi tradisi ini terus digali dan dimaksimalkan dengan lebih profesional setelah para kader lulus dari kampus IAIN dan berkader di HMI Cabang Ciputat. Dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang di dapat selama berkader di HMI dapat bermanfaat dan dikembangkan para alumni HMI untuk mendapatkan beasiswa pendidikan di universitas-universitas ternama di dunia. Kekuatan intelektual yang telah dibangun dari diimbangi kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat menjadikan HMI Cabang Ciputat menjalankan kesadarannya sebagai kader umat dan kader bangsa dengan bergabung ataupun mendirikan LSM-LSM. Dengan LSM para alumni HMI melanjutkan tradisi intelektualnya untuk meneliti dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi T U pada masyarakat baik dari budaya, sosial, ekonomi, politik dan lain-lain. Sebut saja Nurcholish Madjid yang mendirikan yayasan wakaf Paramadina. Pada periode 1976 – 1985 generasi komunitas intelektual, Fachry Ali, Komarudin Hidayat, Azyumardi Azra bergabung dengan LP3ES. Atau Fachry Ali, Hadimulyo, Kuniawan Zulkarnain, Hari Zamharir, Azyumardi Azra, alm. Badri Yatim, Ahmad Sanusi, Pipip Ahmad Rivai, Rusydy Zakaria dan lain-lain secara kolektif mendirikan HP2M Himpunan untuk Peneliti dan Pengembangan Masyarakat. Kemudian juga ada Lspeu Indonesia Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha yang didirikan Fachry Ali dengan Bahtiar Effendy. Dalam LSM-LSM ini para alumni HMI melanjutkan tradisi intelektualnya, sehingga jejak intelektualnya diakui oleh dunia internasional dengan diterbitkan buku-bukunya di luar negeri. Periode pertengahan 1980-an sampai pertengahan 1990-an tradisi tersebut dilembagakan oleh kader-kader HMI Cabang Ciputat melalui kelompok- kelompok studi karena tingginya minat politik kader HMI Cabang Ciputat dalam aktivitas politik. Formaci, Respondeo, Flamboyan dan lain sebagainya merupakan contoh kelompok studi yang melanjutkan tradisi intelektual tersebut. Dalam kurun waktu yang panjang tradisi tersebut mulai terkikis oleh hedonisme dan pragmatisme. Pragmatis dan hedonis seperti tak bisa terlepaskan oleh kehidupan kampus dan mahasiswa pada era reformasi ini. Ini menjadi tugas besar bagi kita semua, untuk menghidupkan kesadaran dan membangkitkan tradisi intelektual tersebut menjadi sebuah kewajiban bagi kita sebagai kader umat dan kader bangsa. V

B. Saran

Dengan melihat kesimpulan di atas sudah saatnya kita memberikan penyadaran kepada generasi muda penerus bangsa, khususnya mahasiswa sebagai agen perubahan agent of change terlebih lagi bagi para aktivis HMI yang merupakan kader umat dna kader bangsa. Dua beban berat yang diampu oleh aktivis HMI mengharuskan mereka “kembali” pada perjuangannya mengingat semakin beratnya tantangan yang akan dihadapi dikemudian hari. Seiring dengan perkembangan zaman perlu pembangunan kapasitas bidang pengkaderan, terutama kurikulum dan yang lebih penting adalah metode pengkaderan atau training harus ditekankan pada integritas yang tinggi, mengingat banyaknya alumni-alumni HMI yang terlibat kasus korupsi. Kemudian disesuaikan juga dengan kemajuan akademik di era globalisasi. Di mana dalam pembinaan kader juga harus ditekankan pada penguasaan bahasa asing dan teknologi informasi menjadi penting dan mendesak. Harapan saya sebagai penulis serta kader HMI semoga saja HMI Ciputat generasi-generasi intelektual. Iklim politik yang tinggi tidak ada salahnya ketika selalu diimbangi dengan semangat menjaga tradisi baca, diskusi dan tulis. Sehingga kader HMI sebagai kader umat dan kader bangsa dapat menjalankan tugas dan perannya yang semakin berat dikemudian hari. Bahagia HMI, Yakusa..