Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Dalam Bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai perawat mandiri ibu nifas di Nagori Raya Huluan yang diperoleh melalui pengumpulan
data yang dilakukan pada tanggal 22 – 25 Juli 2008 di Nagori Raya Huluan, Kabupaten Simalungun.
Perawatan nifas dalam penelitian ini mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Reeder, Martin dan Griffit 1997, tentang perawatan nifas
yang meliputi, perawatan perineum, perawatan payudara, pemulihan kesehatan, seksualitas dan pemilihan alat kontrasepsi. Selain itu perawatan nifas yang sesuai
dengan teori penilitian ini juga mengeksplorasi perawatan mandiri nifas berdasarkan kebiasaan yang dilakukan para ibu di Nagori Raya Huluan
5.1.1 Karakteristik responden
Pada penelitian ini, responden yang diambil adalah para ibu nifas dengan masa paling lama 6 bulan, yang keseluruhannya berjumlah 32 orang.
Data yang diperoleh menunjukkan usia responden ibu nifas di Nagori Raya Huluan dengan kelompok usia terbanyak berada pada rentang 21 – 30 tahun
47, dan pekerjaan paling banyak ibu bekerja sebagai petani 81,2, Berdasarkan suku, kebanyakan ibu bersuku Simalungun 53,1. Responden
jumlah anak dengan rentang 4 – 6 orang anak 50. Pendidikan mayoritas SMU 40,6. Informasi lengkap tentang karekteristik responden dapat dilihat pada
tabel 1. 29
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
Tabel 1. Distribusi frakuensi karakteristik responden
Karakteristik Responden Frekuensi
Persentasi Usia
20 tahun 21 – 30 tahun
31 tahun 2
15 15
6,2 47,0
47,0
Suku Simalungun
Toba Karo
17 10
5 53,1
31,2 15,6
Pekerjaan Petani
IRT PNS
26 3
3 81,2
9,3 9,3
Jumlah anak 3 orang
4 – 6 orang 7 orang
14 16
2 43,0
50,0 6,2
Pendidikan Akademi
SMU SMP
SD 3
13 10
4 9,3
40,6 37,5
12,5
5.1.2 Distribusi perawatan nifas berdasarkan konsep
Secara umum perawatan nifas yang dilakukan responden ibu nifas di Nagori Raya Huluan, dari 24 pertanyaan yang menggambarkan perawatan nifas
menurut Reeder, Marteen, Griffit, konsep yang digunakan peneliti, ada 4 kategori perawatan nifas yang tidak dilakukan oleh responden yaitu, terapi dingin,
latihan untuk mengurangi kesulitan pada saat duduk, kegel excercise dan mandi berendam. Dari wawancara yang diperoleh alasan ibu tidak melakukan Perawatan
ini karena ketidaktahuan dan tidak mengenal tentang jenis perawatan tersebut. Hasil analisa data perawatan nifas yang dilakukan oleh responden dapat
dipaparkan pada halaman berikut.
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
5.1.2.1 Perawatan Perineum
Seratus persen responden melakukan terapi panas, melakukan pembilasan khusus, dan responden selalu membersihkan daerah jalan lahir. Sebanyak 96,8
reponden memakai pembalut untuk menampung darah nifas dan slalu membersihkan perineum selama masa nifas
Tabel 2. Distribusi frekuensi perawatan perineum
No Jenis perawatan Frekuensi
Cara ibu melakukan 1
Terapi panas untuk menjaga kebersihan dan
mempercepat penyembuhan perineum
32 100 1.
Martataring Merupakan terapi panas dengan
menggunakan bara api , dimana
setelah melahirkan ibu langsung tidur disamping bara api ini selama
40 hari, 2. Duduk diatas abu hangat
Abu bekas perapian yang masih hangat dibungkus dengan daun
talas hingga berlapis lapis lalu diduduki sampai abu dingin, hal ini
dilakukan setiap setelah mandi sore
2
Pembilasan khusus pada perineum untuk mencegah
infeksi 32 100
Para ibu nifas setiap BAB BAK dan mandi selalu membilas perineum
dengan air garam hangat
3 Memakai pembalut untuk
menampung darah nifas 3196,8
Para ibu menampung darah nifas dengan memakai kain perca sebanyak
87,5 n=28. Dan memakai pembalut yang di beri oleh bidan sebanyak 9,3
n=3
4
Selalu membersihkan perineum selama masa
nifas 3196,8 Sesuai dengan item no 2
Catatan Bara api sejenis perapian menggunakan kayu bakar yang bisa dijadikan arang agar
bisa bertahan lama, ukuran tataring ini seluas 2x1 cm, jarak pembaringan ibu dengan tataring 1-2 cm. Tataring ini berada di dapur.
Air garam yang dibuat, mencampur garam sejemput tangan dengan air hangat 1 gayung
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
5.1.2.2. Perawatan payudara
Semua responden 100 melakukan semua jenis perawatan payudara, sebagaimana yang terlihat pada tabel 3
Tabel 3. Distribusi frekuensi perawatan payudara
No Jenis perawatan
Frekuensi Cara ibu melakukan
1 Ibu langsung menyusui bayi
32 100 Bayi yang baru lahir dibersihkan
kemudian diberikan kepada ibu untuk disusui tanpa membuang
kolestrum
2 Melakukan perawatan untuk
mengurangi pembengkakan pada payudara
32 100 Ibu mengompres payudara
dengan air hangat
.
Dan melakukan pemijatan pada
payudara ,cara memijat
payudara dengan gerakan melingkar dengan arah dari
dalam keluar.
3 Membersihkan payudara
sebanyak 2 kali dalam sehari 32 100
Para ibu nifas membersihkan payudara pada saat mandi saja,
dengan menggunakan air sabun
4 Menyusui bayi sesering
mungkin untuk meningkatkan pengeluaran ASI
32 100 Selain dengan menyusui ibu
mengkonsumsi tuak dan daun Bangun bangun
Catatan kompres hangat sebanyak 46,8 n=15
Pemijatan payudara 31,2 n=10 Kompres hangat dan pemijatan 21,8 n=7
5.1.2.3. Pemulihan kesehatan
Seratus persen ibu memiliki makanan khusus setelah melahirkan yang berfungsi untuk mengembalikan tenaga ibu setelah melahirkan dan untuk
meningkatkan produksi ASI, dan seratus persen juga responden mengalami kesulitan saat BAB. responden mematuhi makanan pantangan sebanyak 40,6.
Responden tidak melakukan aktifitas setelah beberapa hari melahirkan dan mempunyai banyak waktu untuk istirahat sebanyak 87,5, responden sudah dapat
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
miring kiri dan kanan 8 jam setelah melahirkan sebanyak 96,8. dan dapat dilihat
pada tabel 4
Tabel 4. distribusi frekuensi pemulihan kesehatan
No Jenis perawatan
Frekuensi Cara ibu melakukan pemulihan
kesehatan selama masa nifas 1
Mengkonsumsi makanan khusus untuk
memulihkan tenaga ibu setelah melahirkan
32 100 Para ibu mengkonsumsi daun
Bangun-bangun dicampur dengan sup daging. Makan tinuktuk yaitu berupa
makanan yang terdiri dari berbagai macam bumbu yaitu bawang merah,
bawang putih, bawang batak, kencur, merica, kemiri, garam, asam jinga
seperti jeruk purut yang semua bumbu digiling kemudian dicampur
dengan air rebusan daun sirih hutan kemudian dicampur dengan nasi
2 Makanan pantangan
1340,6 Sebagian kecil ibu nifas di Nagori
Raya Huluan mematuhi makanan pantangan seperti tidak memakan
sayur nangka, durian, nenas, cabai
3 Makanan khusus untuk
meningkatkan produksi ASI
32 100 Para ibu mengkonsumsi tuak
68,7, daun Bangun-bangun dan Tinuktuk
4 Banyak waktu istirahat
setelah melahirkan 28 87,5 Ibu beristirahat selama 2 minggu
paska persalinan kemudian mengerjakan pekerjaan rumah tangga,
6-8 minggu paska persalinan ibu kembali bekerja diladang
5 8 jam setelah persalinan
ibu boleh miring kiri- kanan
31 96,8 Ibu sudah dapat miring kiri-kanan dan duduk setelah melahirkan,
6 Kesulitan untuk BAB
32 100 Para ibu memakan pisang manis dan
pisang yang dibakar untuk mengurangi kesulitan BAB
Catatan Tuak merupakan minuman yang berasal dari air enau nira yang
difermentasikan, ibu meminum tuak 2-3 gelas dalam sehari
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
5.1.2.4 Seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi
Terdapat seratus persen responden sudah dapat campur dengan suaminya setelah 6 minggu melahirkan dan tidak mengalami kesulitan saat kembali
berhubungan seksual dengan suami. Responden tidak memakai alat kontrasepsi KB sebanyak 90,6, untuk menunda kehamilan melainkan para ibu berKB
dengan alami seperti menyusui anak sampai 2 tahun dan KB denga menghitung masa subur ibu.
Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi
NO Seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi
Frekuensi Cara ibu nifas dalam mengatasi
seksualitas 1
6 minggu ibu sudah dapat kembali berhubungan suami
istri 32
100 6-8 minggu ibu sudah dapat
kembali berhubungan suami istri dan ibu tidak mengalami kesulitan
untuk kembali berhubungan dengan suami
2 Penggunaan alat kontrasepsi
dan cara tertentu untuk menjarangkan kehamilan
32 100
Ibu memilih alat kontrasepsi dengan metode pil sebanyak 9,3 n-3.
90,6 n=29 ibu tidak memakai alat kontrasepsi, untuk
menjarangkan kehamilan ibu menyusui bayi sampai 2 tahun,
5.1.3. Perawatan nifas menurut budaya dan kebiasaan para ibu nifas Nagori Raya Huluan
Selain perawatan nifas menurut stndar kesehatan terdapat beberapa perawatan ibu nifas menurut budaya dan kebiasaan para ibu Nagori Raya huluan
dapat dilihat pada tabel 6 pada halaman berikut
.
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
Tabel 6. Distribusi frekuensi berdasarkan perawatan nifas ibu Nagori Raya Huluan
7
Param 25
78,1 Merupakan campuran dari beras
pulut, kencur, merica, jahe merah, daun-daunan labu. Masing masing
ditumbuk dan dicampur kemudian dijemur, lalu dilulurkan keseluruh
tubuh ibu setelah mandi
8
Memakai tudung 25 78,1
Untuk mengurangi sakit kepala ibu memakai tudung berupa kain
selendang yang diikatkan dikepala
9 Memakai guritastagen
dan kain panjang 32 100
GuritaStagen atau kain panjang dililitkan diperut ibu langsung setelah
persalinan
10 Pantangan dalam
perbuatan 19 59,3
Selama 7 hari setelah melahirkan ibu dilarang keramas dan menyisir
rambutnya karena akan menyebabkan ibu menggigil. Pada saat martataring
ibu dilarang menghadap bara api karena dipercaya menyebabkan ibu
demam, yang disebut dengan demam tataring
5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang perawatan mandiri ibu nifas di Desa
Nagori Raya Huluan. 5.2.1 Karakteristik responden dengan status demografi
Responden dalam penelitian ini kebanyakan bersuku Simalungun, kemudian diikuti dengan suku Toba, Karo. Rentang usia terbanyak adalah 30
tahun 47,0 , hal ini menunjukkan bahwa sebagian ibu di Nagori Raya huluan yang menjadi responden dalam penelitian ini berada pada usia resiko tinggi untuk
melahirkan. Ibu berprofesi sebagai petani sebanyak 90,6, kondisi pekerjaan responden ini sesuai dengan daerah Nagori Raya huluan yang merupakan daerah