Tujuan Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi Latihan TugasKasus

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 23 Kegiatan Pembelajaran 3. Mementaskan Naskah Drama

A. Tujuan

Setelah mempelajari modul ini, Anda memiliki keterampilan mementaskan naskah drama sederhana Indonesia

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Guru Indikator Pencapaian Kompetensi 20.7 Mengapresiasi karya sastra secara reseptif dan produktif 20.7.6 Mementaskan naskah drama sederhana Indonesia

C. Uraian Materi

1. Hakikat Drama dan Mementaskan Naskah Drama Mengenal Drama Pengertian tentang drama yang dikenal selama ini menyebutkan bahwa drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan Effendi, 2002:1. Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomi yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya Harymawan, 1988:1. Jadi, kata drama berarti perbuatan atau tindakan. Sebagai suatu genre sastra drama mempunyai kekhususan dibandingkan dengan genre puisi ataupun genre prosa. Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya tidak hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara artistik imajinatif oleh para pembacanya, namun mesti diteruskan agar dapat dipertontonkan dalam suatu penampilan atau pergelaaran. Kekhususan drama inilah yang kemudian menyebabkan pengertian drama sebagai suatu genre sastra lebih berfokus Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 24 sebagai suatu karya yang berorientasi kepada seni pertunjukan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Effendi 2002:1. Menurut Wiyatmi 2006: 43-44 drama berbeda dengan prosa dan puisi, karena drama diciptakan untuk dipentaskan. Pementasan itu memberikan kepada drama sebuah penafsiran kedua. Sang sutradara dan para pemain menafsirkan teks, sedangkan para penonton menafsirkan versi yang telah ditafsirkan oleh para pemain. Pembaca yang membaca teks drama tanpa menyaksikan pementasannya, mau tidak mau harus membayangkan alur peristiwa di atas panggung. Sebagai sebuah karya yang mempunyai dua dimensi, dimensi sastra sebagai teks dan dimensi seni pertunjukan, maka pementasan drama harus dianggap sebagai penafsiran dari penafsiran yang telah ada yang dapat ditarik dari suatu karya drama. Dengan kata lain, penafsiran itu memberikan kepada drama sebuah penafsiran kedua Luxemburg, 1984:158 dalam Effendi, 2002:1. Maksud dari pernyataan ini ialah bahwa pementasan baru terwujud jika teks drama telah ditafsirkan oleh sutradara dan para pemain, untuk kepentingan suatu seni peran yang didukung oleh perangkat panggung seperti tata artistik, tata busana, tata panggung, tata rias, tata cahaya, dan tata musik. Pada hakikatnya drama dapat dilihat dari 2 dimensi, yaitu drama sebagai teks dan drama sebagai seni pertunjukan. Teks drama merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa, sedangkan pementasan drama yakni salah satu jenis kesenian mandiri yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti seni lukis dekorasi panggung, seni kostum desain busana, seni rias, seni tari, dan lain-lain. Dalam kaitannya dengan pendidikan karakter, drama diyakini dapat membantu mengembangkan nilai-nilai positif yang ada dalam diri peserta didik. Drama juga dapat memberikan sumbangan pada pengembangan kepribadian yang Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 25 kompleks, misalnya ketegaran hati, imajinasi, dan kreativitas Endraswara, 2005:192. Drama merupakan cabang seni sastra sekaligus seni pertunjukan yang dapat berbentuk puisi maupun prosa. Dengan demikian, jika kita berbicara mengenai drama berarti terdapat 2 pengertian, yaitu: 1 drama sebagai seni sastra dan 2 drama sebagai seni pertunjukan. Drama sebagai seni sastra berbentuk naskah drama. Dengan kata lain, naskah drama sering disebut juga sebagai text play, repertoir, atau pun closet-drama. Naskah drama berupa bacaan atau karya sastra memerlukan pembaca, serta merupakan milik pribadi pengarangnya. Sebuah naskah drama membutuhkan penggarapan dengan baik, agar tercipta sebuah pertunjukan yang baik pula. Apresiasi Drama Yang dimaksud dengan apresiasi drama ialah kegiatan membaca, menonton, menghayati, memahami, atau menghargai karya drama Effendi, 2002: 3. Dengan mengapresiasi drama diharapkan kita akan dapat menghayati karakter tokoh-tokoh drama. Dengan menghayati tokoh dan perkembangan permasalahan dalam drama, pembaca dapat memahami dengan baik keputusan-keputusan yang diambil oleh tokoh drama, perkembangan karakter tokoh, dan motivasi yang mendorong sang tokoh untuk bertindak sesuatu. Dengan pemahaman seperti inilah, sang apresiator dapat memberikan penghargaan secara tepat atas karya drama yang dibacanya. a. Persiapan Apresiator Drama Kegiatan mengapresiasi drama akan berlangsung optimal jika apresiator mempunyai bekal yang memadai untuk melakukannya. Semakin lengkap dan maksimal bekalnya, akan semakin baik kegiatan apresiasi yang dilakukannya. Bekal yang dimaksud ialah bekal: 1 pengetahuan, 2 pengalaman, dan 3 bekal kesiapan diri. Menurut Effendi 2002: 7 seorang apresiator yang memiliki bekal pengetahuan luas dan mendalam, akan mampu mengapresiasi sebuah karya drama secara Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 26 mendalam pula. Sebaliknya, seorang apresiator yang memiliki bekal pengetahuan yang sempit dan terbatas, tentu hanya akan mampu mengapresiasi sebuah karya drama secara dangkal pula. Bekal pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang: 1 drama, 2 manusia, 3 kehidupan, dan 4 bahasa. Pendekatan Apresiasi Drama Terdapat empat pendekatan yang bisa digunakan dalam mengapresiasi drama, yaitu pendekatan: 1 objektif, 2 mimesis, 3 genetis, dan 4 pragmatis Effendi, 2002:10-11. Pendekatan objektif ialah pendekatan yang memandang karya drama sebagai karya yang utuh dan mandiri. Artinya, karya drama dapat dibaca dan dipahami tanpa harus mengaitkan dengan kehidupan di sekitar kita sebagai sumber penciptaannya dan masyarakat pembaca sebagai penikmatnya. Menurut pendekatan objektif, karya drama tetap dapat dipahami hanya dengan membaca naskah itu sendiri. Pendekatan mimesis ialah pendekatan yang memandang karya drama sebagai hasil cipta manusia yang ditulis berdasarkan bahan-bahan yang diangkat dari semesta atau tiruan kehidupan. Untuk itu, sebuah karya drama mustahil dipahami tanpa mengaitkannya dengan semesta sebagai sumber penciptaannya. Dengan kata lain, untuk dapat memahami drama secara mendalam diperlukan kegiatan mendialogkan secara terus-menerus antara penghayatan dan pemahaman terhadap apa yang ditulis dalam naskah drama yang dibaca dengan pengetahuan dan pengalaman hidup sang apresiator Effendi, 2002: 11. Pendekatan genetis atau dikenal juga sebagai pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai hasil cipta penulisnya. Untuk itu pemahaman atas karya tersebut tidak mungkin dilakukan tanpa mengaitkannya dengan pencipta karya tersebut. Dengan demikian, untuk dapat memahami naskah drama, apresiator perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang penulis drama tersebut. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 27 Pendekatan pragmatis ialah pendekatan yang memandang karya drama sebagai sesuatu yang baru bermakna jika sudah berhadapan dengan masyarakat pembaca atau penonton. Karya drama baru dianggap bernilai setelah dapat diterima oleh masyarakat pembacanya. Agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat pembaca, karya drama harus mempunyai makna dan bermanfaat bagi pembacanya. Manfaat karya drama bagi masyarakat antara lain: menghibur, memberikan tambahan pengetahuan atau pengalaman tertentu kepada pembaca, atau dapat menjadi media berkaca diri bagi pembacanya. Konsep Dasar tentang Drama Menurut Tarigan 1984:73 ada dua pengertian drama, yaitu: 1 drama sebagai text play atau reportair dan 2 drama sebagai theatre atau performance. Hubungan antara keduanya sangat erat. Dengan kata lain, setiap lakon atau pertunjukan harus mempunyai naskah yang akan dipentaskan. Sebaliknya tidaklah otomatis setiap naskah merupakan teater, sebab ada kemungkinan naskah tersebut hanya berfungsi sebagai bahan bacaan, bukan untuk pertunjukan. Jadi, ada naskah yang dibuat untuk dipentaskan namun ada naskah yang lebih cocok untuk dibaca dan tidak berlanjut untuk pementasan. Misalnya drama Awal dan Mira karangan Utuy Tatang Sontani, drama ini sulit untuk dipentaskan tetapi enak untuk dibaca Rosidi, 1982:114. Perbedaan antara keduanya, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Drama sebagai text-play atau naskah merupakan hasil sastra milik pribadi penulis drama tersebut, sedangkan drama sebagai teater merupakan seni kolektif sebagai hasil kerja bersama. 2. Naskah masih memerlukan pembaca soliter atau pembaca yang mempunyai perasaan bersatu, sedangkan teater memerlukan penonton kolektif dan penonton berperan sangat penting. 3. Naskah masih memerlukan penggarapan yang baik dan teliti baru sebelum dipanggungkan sebagai teater dan menjadi seni kolektif. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 28 4. Naskah berupa bacaan, sedangkan teater ialah pertunjukan atau tontonan. Berdasarkan hal di atas, antara naskah dan teater harus dapat dibedakan secara tegas, walaupun pada umumnya penulisan naskah drama bertujuan untuk dipentaskan atau dilakonkan. Aspek yang dibahas atau materi utama pada naskah text-play ialah: a premis tema, b watak, dan c plot, sedangkan pada pementasan ialah: a naskah, b pelaku, c pentas, d perlengkapan pentas, e tata busana kostum, f tata rias, g cahaya, h dekorasi, dan i musik bandingkan dengan Syam, 1984:17. Rumusan tentang perbedaan kedua pemikiran di atas dapat juga dibandingkan dengan pendapat Martoko 1984:158 dalam pembatasannya tentang pengertian pementasan, yang menyatakan Pementasan itu merupakan sebuah sintesis dan mengimbau pada beberapa indera sekaligus. Unsur-unsur Drama Struktur pembangun drama lazim dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik drama adalah berbagai unsur yang terdapat dalam karya sastra berwujud teks drama, yang secara langsung membangun dari dalam karya tersebut, seperti: tema dan amanat, tokoh, karakter, latar, serta unsur bahasa yang berbentuk dialog. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar teks drama, tetapi ikut berperan melengkapi keutuhan makna teks drama tersebut. Unsur tersebut antara lain: biografi atau riwayat hidup pengarang, falsafah hidup pengarang, dan unsur sosial budaya masyarakat yang menunjang penciptaan karya drama . Unsur intrinsik drama adalah berbagai unsur yang secara langsung terdapat dalam karya sastra yang berwujud teks drama, seperti: tema, alur dan plot, tokoh, penokohan dan perwatakan, amanat, karakter, latar, serta unsur bahasa yang berbentuk dialog. 1 Tema Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 29 Tema merupakan dasar atau inti cerita. Suatu cerita harus mempunyai tema atau dasar yang paling penting dari seluruh cerita. Cerita yang tidak memiliki dasar tidak ada artinya sama sekali atau tidak berguna Lubis, 1981: 15. Tema sebagai central idea and sentral purpose merupakan ide dan tujuan sentral Stanton, 1965: 16. Menurut Nurgiyantoro 1995: 70 tema dapat dipandang sebagai gagasan dasar umum sebuah karya novel. Gagasan dasar umum telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang dan dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Dengan kata lain, cerita harus mengikuti gagasan utama dari suatu karya sastra. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa: 1 tema merupakan dasar suatu cerita rekaan, 2 tema harus ada sebelum pengarang memulai cerita, 3 tema dalam naskah drama tidak ditampilkan secara eksplisit, tetapi tersirat di dalam seluruh cerita, dan 4 dalam satu cerita atau drama terdapat tema dominan atau tema sentral dan tema-tema kecil lainnya. Menganalisis tema haruslah: 1 dibaca seluruh lakon untuk kemudian dipahami, 2 dicermati peristiwa atau konflik dalam lakon, karena konflik dalam drama berkaitan erat dengan tema lakon, 3 dipahami seluruh sepak terjang tokoh utamanya, sebab tokoh utama biasanya diberi tugas penting untuk mengusung tema lakon. Tokoh utama perlu diberi pertanyaan misalnya: permasalahan konflik apa yang dihadapinya, selain tokoh utama? Siapa sajakah yang terlibat dalam permasalahan atau konflik? Bagaimana sikap dan pAndangan tokoh utama terhadap permasalahan tersebut? Bagaimana cara berpikir tokoh utama dalam menghadapi permasalahankonflik? Apa yang dilakukan dan bagaimana pengambilan keputusan terhadap permasalahan konflik yang dihadapinya? 2 Plot dan Alur Endraswara 2002:24 menjelaskan bahwa plot menjadi kunci sukses drama. Penataan plot yang baik akan mengikat penonton, sehingga betah duduk menyaksikan pentas hingga usai. Waluyo 2009: 14 menjelaskan bahwa alur Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 30 yaitu jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca dapat menebak-nebak peristiwa yang akan datang. Abdurrosyid 2009:9 berpendapat bahwa dalam membangun alur terdapat beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis, meliputi: 1 faktor kebolehjadian: peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya tidak selalu realistik tetapi masuk akal, 2 faktor kejutan surprise: peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak atau dikenali oleh pembaca, dan 3 faktor kebetulan suspense: peristiwa-peristiwa tidak diduga atau secara kebetulan terjadi. Forster dalam Waluyo 2009:14 memberikan pengertian bahwa dalam plot terdapat hubungan sebab akibat dari suatu urutan cerita yang mengembangkan konflik cerita. Plot memiliki rangkaian cerita. Lebih lanjut dijelaskan, rangkaian plot terdiri atas: 1 eksposisi, 2 inciting moment, 3 rissing action, 4 komplikasi complication, 5 klimaks climax, 6 falling action, dan 7 penyelesaian denoument. Nurgiyantoro 2000: 122 menyatakan bahwa konflik merupakan peristiwa yang tergolong penting, karena konflik berupa peristiwa fungsional ataupun utama. Pengembangan plot sebuah karya naratif akan dipengaruhi oleh wujud, isi konflik, serta bangunan konflik yang ditampilkan. Kemampuan pengarang memilih dan membangun konflik melalui berbagai peristiwa baik aksi maupun kejadian, akan sangat menentukan kadar kemenarikan karya sastra tersebut. Plot dalam drama boleh dikatakan sebagai rentetan konflik yang mempunyai hubungan sebab akibat, yaitu adanya konflik akan berakibat munculnya konflik baru. Suroto 1989: 136 menjelaskan bahwa plot pementasan tersusun menurut garis lakon: 1 lakon dimulai dengan insiden permulaan atau dimulainya konflik eksposisi, 2 dilanjutkan penanjakan konflik rising action sebagai lanjutan dari insiden pertama, 3 insiden titik klimaks sense of klimaks, yaitu puncak Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 31 permasalahan, dan di sinilah kerumitan benar-benar terjadi, 4 penurunan laku revelasi atau mulai adanya titik cerah penyelesaian masalah; 5 putusan denoument atau catastrofa pada bagian inilah konflik dapat diatasi. Penokohan dan Perwatakan Soemanto 2001: 21 mengatakan bahwa tokoh sangat penting dalam sebuah naskah drama karena selain menjadi materi utama menciptakan plot, tokoh juga merupakan sumber action dan cakapan. Dalam proses penciptaan pemeranan, aktor atau aktris harus memiliki daya cipta yang tinggi untuk mencoba semaksimal mungkin untuk menyatu dengan tokoh yang diperankan dan sanggup menjiwai peran tersebut. Pada penampilan imajinasinya, tokoh dibantu oleh laku, busana yang dikenakan, dan rias. Kesemua unsur tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan bahkan harus saling mendukung, sehingga mampu mewujudkan karakter tokoh seperti yang dituntut dalam lakon yang bersangkutan. Secara umum, tokoh dapat didefinisikan sebagai individu ciptaan atau rekaan pengarang, yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh, pengarang dapat menggunakan teknik sebagai berikut: tokoh oleh tokoh lain. Pendapat tersebut diperkuat oleh Waluyo 2009: 30 yang menuliskan bahwa penggambaran watak tokoh mempertimbangkan tiga dimensi watak, yaitu: dimensi psikologis kejiwaan, dimensi fisiologis fisikjasmaniah, dimensi sosiologis sosial, latar belakang kekayaan, pangkat, dan jabatan Ketika menonton teater, penonton seolah melihat kejadian dalam masyarakat. Kadang-kadang konflik yang disajikan dalam teater sama dengan konflik yang terjadi dalam kehidupan mereka sediri. Hal ini dapat terjadi karena teater merupakan potret kehidupan manusia. Di dalam pertunjukan teater, diperlukan Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 32 aktor atau aktris sebagai tulang punggung pementasan. Aktor-aktris yang tepat dan berpengalaman dapat menyajikan pementasan yang bermutu. Apalagi jika didukung oleh naskah yang baik dan sutradara yang cakap. Tokoh menurut Nurgiyantoro 2000: 176 dibagi berdasarkan kategori sebagai berikut: a.Tokoh utama Berdasarkan perannya, tokoh utama central character, main character memiliki peran yang sangat dominan dibandingkan dengan tokoh tambahan peripheral character.Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya, sehingga paling banyak diceritakan, baik dari segi pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. b.Tokoh tambahan Tokoh yang hanya dimunculkan sekali saja dengan porsi penceritaan yang pendek. Tokoh tambahan juga ambil peran dalam perkembangan alur, meskipun tidak dominan dan tidak dituntut sering muncul. Fungsi tokoh ini kurang dominan dan tidak diutamakan dalam penceritan, sehingga jarang diceritakan baik dari segi pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Perwatakan dalam penokohan dapat dikatagorikan dalam tiga karakter yang dapat dideskripsikan sebagai berikut. a Tokoh Protagonis Tokoh yang dikagumi yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero, yakni tokoh yang merupakan pengejawantahan norma dan nilai yang ideal Altenbernd Lewis dalam Nurgiyantoro, 2000: 178. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pAndangan dan harapan penikmat sastra. b Tokoh antagonis Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan munculnya konflik atau beroposisi dengan tokoh protagonis, baik secara langsung maupun tidak langsung, bersifat fisik, maupun batin. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 33 Setting atau Latar Nurgiyantoro 1981:175 mengutip pendapat Abrams, mengatakan bahwa latar atau setting yang disebut juga sebagai lAndas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa tersebut. Biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa itu. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah cerita. Tata cara berkehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pAndangan hidup, cara berpikir serta bersikap, dan lain-lain yang tergolong ke dalam latar spiritual. Waluyo 2009: 34 menjelaskan bahwa fungsi latar yaitu: 1 mempertegas watak pelaku, 2 memberikan tekanan pada tema cerita, 3 memperjelas tema yang disampaikan, 4 metafora bagi situasi psikis pelaku, 5 sebagai atmosfir kesan, dan 6 memperkuat posisi plot. Amanat Esten 1978:22 mengatakan bahwa amanat merupakan pemecahan suatu tema. Di dalam amanat terlihat pandangan hidup dan cita-cita pengarang. Amanat dapat diungkapkan secara eksplisit maupun implisit. Amanat biasanya ditanamkan secara tidak langsung ke dalam benak para penonton. Amanat merupakan keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas atau ditujunya. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 34 Dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang, baik secara implisit atau eksplisit kepada pembaca. Di dalam drama, ada amanat yang langsung atau tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat. Tidak semua penonton mudah menemukan amanat tersirat, namun penonton profesional akan mampu menemukan amanat implisit tersebut. Sedyawati 1981:42 mengklasifikasikan unsur teater dalam: alur cerita, sastra, dialog, gaya laku, dan tata rupa. Pada teater tradisi, unsur-unsur ini memiliki pola-pola tertentu. Unsur yang lebih menentukan dalam dalam teater tradisi ialah gaya laku, yaitu bagaimana cara peran-peran dibawakan. Drama dimaksudkan sebagai karya sastra yang dirancang untuk dipentaskan di panggung oleh para pemainnya, sedangkan teater merupakan istilah lain untuk drama dalam pengertian yang lebih luas, termasuk pentas, penonton, dan tempat lakon itu dipentaskan. Selain itu, salah satu unsur penting dalam drama ialah gerak dan dialog. Lewat dialog tokoh, konflik, emosi, pemikiran dan karakter hidup, serta kehidupan manusia terhidang di panggung. Dengan demikian, hakikat drama sebenarnya ialah berupa gambaran konflik kehidupan manusia di panggung yang disajikan lewat gerak dan dialog. Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya seni suara, bunyi, dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan kehidupan manusia. Rumusan ini menggambarkan simpulan bahwa unsur-unsur teater menurut urutannya ialah sebagai berikut. 1 Tubuh manusia sebagai unsur utama pemeran, pelaku, atau pemain; 2 Gerak sebagai unsur penunjang, 3 suara sebagai unsur penunjang kata atau untuk acuan pemeran, 4 bunyi sebagai unsur penunjang bunyi benda, efek, dan musik, 5 seni rupa sebagai unsur penunjang cahaya, rias, dan kostum., 6 Lakon sebagai unsur penjalin cerita, noncerita, fiksi, dan narasi. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 35 Cerita drama yang sudah dipanggungkan disebut dengan teater. Oleh karena itu, pembicaraan drama kerap dikaitkan dengan teater. Terkadang orang menyamakan antara drama dan teater, namun pada dasarnya kedua hal tersebut tetaplah ada pembedanya. Drama adalah naskah yang akan dilakonkan. Naskah lakon merupakan bahan dasar sebuah pementasan dan belum sempurna bentuknya apabila belum dipentaskan. Naskah lakon disebut juga sebagai ungkapan pernyataan play wright yang berisi nilai-nilai pengalaman umum, juga merupakan ide dasar bagi aktor. Proses pengembangan laku bersumber dari hasil studi dan analisis isi. Hal ini dapat membangkitkan daya kreasi dalam menghayati laku secara pas dan melaksanakan peran dengan takaran seimbang dalam asas keutuhan, keseimbangan, serta keselarasan. Soemanto 2001: 346 menjelaskan bahwa unsur drama dalam sebuah pementasan meliputi: 1 tema, 2 plot dan alur, 3 tokoh, 4 pertunjukan waktu dan tempat, serta 5 konflik. Soemanto menambahkan bahwa secara teknis hal utama dalam sebuah pementasan ialah adanya alur. Bergeraknya penceritaan atau dikenal sebagai plot, diatur dalam lima tahap; 1 pengenalan masalah, 2 awal perumitan masalah, 3 perumitan masalah, 4 menuju puncak, dan 5 penyelesaian. Berkaitan dengan unsur-unsur dalam pertunjukan teater, Sedyowati 2009: 9 menjelaskan bahwa pertunjukan teater haruslah mengandung unsur keindahan atau estetis, terutama terletak pada: 1 naskah lakon, 2 aktor dan aktris pendukungnya, 3 pola pengagendaan mis en scene, 4 tata artistik 5 tata rias, 6 tata busana; 7 tata cahaya; 8 tata suara; 9 tata musik; dan 10 tata gerak. Kegiatan Mengapresiasi Drama Kegiatan apresiasi drama secara umum dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yakni kegiatan: 1 apresiasi secara reseptif dan 2 apresiasi drama secara produktif Effendi, 2002:13. Fokus kegiatan apresiasi drama secara reseptif ialah pada pemahaman isi naskah drama. Adapun kegiatan apresiasi drama secara produktif berfokus pada pertunjukan dan pemberian tanggapan terhadap Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 36 pementasan drama, misalnya memainkan lakon drama pendek dan pemberian tanggapan terhadap pementasan drama secara tertulis. Kegiatan pementasan drama sebagai suatu kegiatan, bukan semata-mata bersifat produktif, tetapi juga kreatif dan rekreatif. Disebut bersifat rekreatif karena dalam pementasan tersebut seseorang bukan sekadar berperan sebagai penikmat tetapi juga berperan dalam mengkreasikan ulang karya drama dari karya naskah menjadi karya pentas. Hal ini sejalan dengan pendapat Effendi 2002: 13. Menurut Effendi 2002: 13-14 bahwa ditinjau dari aktivitas batiniahnya terdapat tiga tahapan pokok dalam mengapresiasi drama, yaitu: 1 keterlibatan jiwa sang apresiator, 2 pemahaman dan penghargaan terhadap cara-cara penulisan yang digunakan oleh sang penulis, dan 3 pendialogan antara hasil pemahamannya terhadap naskah drama yang dibaca dengan hasil pengamatan, penghayatan, dan pemahamannya terhadap kehidupan di sekitarnya. Keterlibatan jiwa apresiator ini penting agar sang apresiator dapat merasakan dengan baik ucapan, pemikiran, tindakan, dan sikap tokoh dalam menghadapi perubahan karakter tokoh dan nasib yang dialaminya. Menurut Semi 1984:145, drama hanya menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan semata. Hal itu disebabkan drama dilakonkan oleh manusia. ” Karena drama hanya menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan semata, maka drama pun merupakan alat komunikasi sosial dalam masyarakat. Melalui drama, manusia dapat menemukan masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya kemudian menjadikannya sebagai bahan pertimbangan, perbandingan, atau pengetahuan untuk berbuat sesuatu secara lebih baik. Kreasi Sastra Naskah drama yang dipentaskan dapat menggunakan naskah yang sudah tersedia atau tercetak, tetapi untuk meningkatkan keterampilan anak menulis naskah drama dapat dilatihkan kegiatan mencipta naskah kepada siswa dengan Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 37 memperhatikan proses menulis berikut. Jacob Sumardjo 1997 mengatakan bahwa menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan berupa gagasan. Mengutip William Miller, Jacob Sumardjo merangkum pendapat beberapa penulis terkemuka bahwa pada dasarnya terdapat lima tahap proses kreatif menulis, yakni: tahap persiapan, tahap inspirasi, tahap penulisan, dan tahap revisi. Dalam tahap persiapan seorang penulis telah menyadari apa yang ditulis dan bagaimana ia akan menulisnya. Apa yang akan ia tulis adalah gagasan yang telah ada di dalam benaknya yang kelak akan menjadi isi tulisannya. Cara menuangkan gagasan ialah untuk menjawab persoalan bagaimana bentuk penulisannya. Munculnya gagasan dalam tahapan ini, dapat memicu semangat untuk segera mulai menulis atau memilih mengendapkannya lebih dahulu. Tahap inspirasi yakni ketika gagasan yang telah muncul disimpan dipikirkan masak-masak dan menunggu waktu yang tepat untuk menuliskannya. Selama masa inspirasi biasanya konsentrasi penulis terpusat pada gagasannya itu saja. Seringkali muncul pula anak-anak gagasan yang dapat menopang dan memperkaya gagasan awal. Tahapan inkubasi dapat diibaratkan sebagai “bayi gagasan” yang ingin dilahirkan. Pada tahapan ini muncul desakan yang amat kuat untuk menuliskan gagasan yang sudah lama ada di benak penulis. Kalau tahapan inkubasi ini dibiarkan lewat begitu saja, biasanya gagasan tersebut akan mati sebelum lahir. Tahap penulisan merupakan saat ketika tidak tertahankan lagi untuk menuliskan atau menuangkan gagasan. Keluarkan hasil inkubasi dengan menuangkan semua gagasan. Menulislah dengan spontanitas, tanpa henti, tanpa memikir salah atau benar. Janganlah berhenti walau sekadar untuk mengedit dan menimbang-nimbang. Hasilnya memang masih berupa buram tulisan kasar atau sebuah draft, tetapi kemudian akan menjadi pijakan penting untuk tahap selanjutnya. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 38 Tahap selanjutnya yaitu tahap revisi. Setelah melahirkan sebuah tulisan berupa draft, simpanlah untuk sementara sebelum diperiksa dan disunting berdasarkan pengetahuan dan apresiasi Anda. Jangan ragu untuk menambah bagian yang perlu ditambah, jangan ragu pula untuk membuang. Pada tahap ini disiplin diri sebagai penulis atau kreator diuji, karena penulis harus mengedit ulang dan menulisnya kembali dalam bentuk tulisan akhir yang dianggap paling ideal. Berdasarkan sajian isinya, drama dapat digolongkan ke dalam jenis: a. Tragedi drama duka, yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti drama serius yang melukiskan tikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan. b. Komedi drama ria, yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan di dalamnya dapat bersifatmenyindir, dan yang berakhir dengan bahagia. c. Tragikomedi drama dukaria, yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur duka cita tetapi berakhir dengan kebahagiaan. Agar Anda dapat lebih mengenal ciri naskah drama, perhatikan cuplikan teks drama Kalung Ajaib karangan Subdiyanto berikut ini. Di kamar tidur Sari. Malam hari hampir subuh. Sari sedang gelisah dalam tidurnya. Ayah datang membangunkan Sari. Lampu dan musik pembukaan pengantar suasana ke dunia impian Sari. Semua peristiwa babak satu ini terjadi dalam dunia impian Sari. 1. AYAH : Sari ... Sari ... Sari ... Bangunlah Ayahmu datang, sari. 2. SARI :Bangun. Duduk. Heran. Ayah? Benarkah kau ayahku? Bukankah ayah sudah meninggal? 3. AYAH : Benar katamu, Sari. Aku ayahmu yang telah meninggal. Aku datang padamu karena aku lihat kau bersedih dalam tidurmu. Aku bermaksud akan membahagiakan kamu. Apa yang kausedihkan, Sari? 4. SARI : Ayah akan membahagiakan aku? Bisakah ayah memenuhi segala keinginanku? 5. AYAH : Ya Sari, aku akan memenuhi segala keinginanmu. Ayah mengeluarkan Kalung Ajaib Terimalah ini, Kalung Ajaib, yang akan bisa memenuhi segala keinginanmu. Kamenginginkan sesuatu, Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 39 mintalah pada KalungAjaib ini, tentu akan kau dapatkan segala apa yang kau inginkan Menyerahkan Kalung Ajaib. Sari menerimanya dengan senang. 6. SARI : Terima kasih, Ayah. Saya sangat senang. 7. AYAH : Sari, dengarlah baik-baik pesan ayah. Kalung ajaib itu tak boleh kau perlihatkan kepada siapapun juga. Kau tak boleh menceritakan hal kalung ajaib ini kepada orang lain. Kau tak boleh mengatakan kepada siapa pun juga, dari mana kaudapatkan segala apa yang kau miliki secara ajaib ini. I tu adalah pantangan” 8. SARI : Ya, Ayah. Sari akan merahasiakan Kalung Ajaib ini. AYAH : Nah, sekarang tidurlah, ayah mau pergi. Sari menyimpan Kalung Ajaib di bawah bantal lalu berbaring. Ayah merapikan selimut Sari, lalu membelai kepala Sari. Selamat tinggal Sari. Berhati-hatilah. Ingatlah pesan Ayah baik-baik. Pada bagian awal teks drama di atas, terdapat tulisan yang diberi tanda kurung .... Bagian tersebut dinamakan notasi. Notasi merupakan bagian dari naskah drama yang tidak diucapkan karena bukan merupakan dialog, melainkan gambaran situasi atau pun gambaran gerak. Notasi tidak selalu ditulis di dalam kurung, dapat pula ditulis dalam huruf kapital semua, atau bahkan ditulis berhuruf miring. Perhatikan dialog 2 D2 ketika Sari terbangun. Kata Bangun. Duduk. Heran. yang terletak di dalam tAnda kurung merupakan notasi. Dengan demikian tidak diucapkan oleh Sari, melainkan dilakukan atau dikerjakan. Selain itu, ada pula notasi yang ditulis dengan huruf biasa, namun penulisannya sejajar dengan nama-nama tokoh. Selain notasi tentu Anda melihat bahwa dalam teks tersebut terdapat dialog antara Sari dan ayahnya yang sudah meninggal dunia. Dialog dan notasi merupakan unsur intrinsik sekaligus ciri dari sebuah naskah drama. Lakon drama lebih mementingkan perwatakan, namun prosa lebih mementingkan penokohan. Perwatakan adalah cara kerja pengarang menggambarkan watak tokoh. Cara pengarang menampilkan watak tokoh dapat dilakukan melalui 3 dimensi, yaitu: 1 Dimensi fisiologis Pengarang menggambarkan watak tokoh melalui gambaran fisiknya, antara lain dikemukakan jenis kelamin tokoh, usia ciri tubuh, ciri khas yang menonjol, cacat jasmani, ras. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 40 2 Dimensi psikologis Pengarang mengemukakan kejiwaan tokoh yang antara lain meliputi: temperamen, moral, ambisi, kegemaran. 3 Dimensi sosiologis Pengarang menggambarkan keadaan sosial tokoh yang di antaranya meliputi: suku, bangsa, agama, ideologi, pekerjaan, jabatan, serta kelas sosial. Fokus antara drama dengan prosa fiksi dibedakan dengan adanya drama yang lebih mementingkan plot dibandingkan dengan alur. Dalam prosa fiksi, alur menduduki peran yang sangat penting. Plot merupakan jalinan konflik yang pada akhirnya akan berpuncak pada klimaks. Konflik terjadi karena adanya sebab akibat yang menghubungkan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya di dalam cerita. Konflik juga dapat terjadi karena adanya pertentangan karakter dan pertentangan kepentingan dari para tokoh. Tahapan alur atau dikenal dengan plot di dalam drama meliputi: 1 Eksposisi Pada tahap ini diperkenalkan para tokoh dengan karakter masing-masing kepada pembaca. 2 Konflik Pada tahap ini mulai muncul hambatan, sehingga timbullah pertikaian awal yang disebabkan oleh adanya perbedaan karakter dari masing-masing tokoh. Konflik pun mulai terjadi. Konflik adalah ketegangan yang terjadi karena adanya pertentangan, yang terwujud melalui tokoh-tokoh lakon. Konflik terdiri atas: a konflik internal atau konflik batin, serta b konflik eksternal atau konflik sosial. Konflik internal adalah konflik yang terjadi pada batin seorang tokoh, sedangkan konflik eksternal merupakan konflik yang terjadi antara: 1 tokoh dengan tokoh lain, 2 tokoh dengan masyarakat, dan 3 tokoh dengan alam. 3 Komplikasi Pada tahap ini konflik bertambah semakin banyak dan saling terkait sehingga terjadilah kerumitan. 1 Klimaks Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 41 Klimaks merupakan titik puncak cerita dalam lakon drama. Penyebab timbulnya klimaks karena adanya peningkatan konflik yang semakin lama semakin merumit tak terkendali. 5 Resolusi Tahap ini ditAndai dengan mulai meredanya konflik. Para tokoh sudah mulai dapat menemukan penyelesaian dari pertikaian mereka sebelumnya. 6 Denoument Tahap ini berisi keputusan yang diambil para tokoh untuk mengakhiri pertikaian yang sekaligus mengakhiri lakon drama. Denoument dapat berupa pengakhiran yang baik happy ending, pengakhiran yang buruk sad ending, atau pun pengakhiran lakon diserahkan pada penafsiran pembacaatau penontonnya sehingga bersifat terbuka open ending. Mementaskan Naskah Drama Drama berasal dari bahasa Yunani yang berarti perbuatan atau gerakan. Dalam perkembangan selanjutnya yang dimaksud drama adalah bentuk karya sastra yang berusaha mengungkapkan perihal kehidupan manusia melalui gerak dan percakapan di atas panggung, ataupun suatu karangan yang disusun dalam bentuk percakapan dan dapat yang dipentaskan. Berbicara mengenai drama, yang dapat digolongkan sebagai karya sastra ialah naskah drama atau teks drama bukan pertunjukannya. Teks drama ditulis sebagai gambaran kehidupan, dengan menampilkan tikaian atau konflik dan emosi melalui lakuan dan dialog. Pada dasarnya naskah ditulis untuk dipentaskan. Drama dapat juga diartikan sebagai ragam sastra dalam bentuk dialog yang dibuat untuk dipertunjukkan atau dipentaskan. Oleh karena itu, dalam naskah drama selain berisi percakapan pelaku dialog berisi pula petunjuk gerak atau penjelasan mengenai gerak-gerik dan tindakan pelaku, peralatan yang dibutuhkan, penataan pentas atau panggung, dan musik pengiring notasi. Ciri khas drama ialah naskahnya berbentuk percakapan atau dialog. Dalam menyusun dialog, pengarang harus memperhatikan pembicaraan para tokoh Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 42 dalam kehidupan sehari-hari dan layak untuk diucapkan di atas panggung. Ragam bahasa yang dipergunakan dalam berdialog ialah ragam bahasa lisan yang komunikatif atau bahasa tutur dan bukan ragam bahasa tulis. Pilihan kata diksi pun dipilih sesuai dengan dramatic action dari plat out. Diksi berhubungan dengan irama lakon, artinya panjang pendeknya kata-kata dalam dialog berpengaruh terhadap konflik yang dibawakan lakon. Dialog dalam sebuah drama pun harus bersifat estetis atau memiliki keindahan dan kesantunan bahasa. Namun nilai estetis tersebut tidak boleh mengganggu makna yang terkandung dalam naskah. Selain itu, dialog harus harus dapat menciptakan suasana yang hidup. Nurgiyantoro 2000: 23 menegaskan bahwa unsur intrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra atau unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika karya sastra dibaca. Berkaitan dengan unsur-unsur dalam pertunjukan teater, Sedyowati 2009: 9 menjelaskan bahwa pertunjukan teater haruslah mengandung unsur keindahan atau estetis, terutama terletak pada: 1 naskah lakon; 2 aktor dan aktris pendukungnya; 3 pola pengagendaan atau mis en scene; 4 tata artistik; 5 tata rias dan busana; 6 tata busana; 7 tata cahaya; 8 tata suara; 9 tata musik; dan 10 tata gerak. Unsur intrinsik drama ialah berbagai unsur yang secara langsung terdapat dalam karya sastra yang berwujud teks drama, seperti: plot, tokoh, karakter, latar, tema, dan amanat, serta unsur bahasa yang berbentuk dialog. 1 Tema Tema merupakan dasar atau inti cerita. Suatu cerita harus mempunyai tema atau dasar, dan dasar inilah yang paling penting dari seluruh cerita. Cerita yang tidak memiliki dasar tidak ada artinya sama sekali atau tidak berguna Lubis, 1981: 15. Tema sebagai central idea and sentral purpose merupakan ide dan tujuan sentral Stanton, 1965: 16. Tema dapat muncul dari keseluruhan cerita, sehingga pemahaman antara seorang penikmat dengan penikmat lain tidak Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 43 sama Jones, 12968: 31. Ada pula yang berpendapat bahwa tema merupakan arti dan tujuan cerita Kenny, 1966: 88. Menurut Nurgiyantoro 1995: 70, tema dapat dipAndang sebagai gagasan dasar umum sebuah karya novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang dan dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Dengan kata lain cerita harus mengikuti gagasan utama dari suatu karya sastra. Pendapat di atas dapat menggambarkan simpulan bahwa: 1 tema merupakan dasar suatu cerita rekaan; 2 tema harus ada sebelum pengarang mulai dengan ceritanya; 3 tema dalam cerita atau novel tidak ditampilkan secara eksplisit, tetapi tersirat di dalam seluruh cerita; dan 4 dalam satu cerita atau novel terdapat tema dominan atau tema sentral dan tema-tema kecil lainnya. 2 Plot dan Alur Plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk dalam tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang utuh. Plot disusun tidak lepas dari tema. Jalan cerita yang disusun atau dijalin tidak boleh meloncat ke lain tema. Tiap-tiap kejadian akan berhubungan sehingga seluruh cerita merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lubis 1981: 18 menyampaikan cara memulai dan menyusun cerita yang disampaikan oleh Tasrif yang dibagi menjadi lima tahapan, yakni penggambaran situasi awal exposition, peristiwa mulai bergerak menuju krisis diwarnai dengan konflik-konflik complication, keadaan mulai memuncak rising action, keadaan mencapai puncak penggawatan klimaks, kemudian pengarang memberikan pemecahan atau jalan keluar permasalahan sehingga cerita berakhir denouement. Cara memulai dan menyusun cerita seperti di atas dinamakan plot atau dramatic conflict. Selain plot, di dalam cerita juga terdapat alur yang merupakan jalan cerita yang bergerak secara logis dan kronologis. 3 Penokohan dan perwatakan Esten dalam Kelan, 2005: 14 menyatakan bahwa penokohan adalah permasalahan cara menampilkan tokoh: bagaimana membangun dan Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 44 mengembangkan watak tokoh-tokoh tersebut dalam sebuah karya fiksi. Pengertian tokoh dan penokohan memiliki makna yang berbeda. Tokoh berbentuk individu, sedangkan penokohan merupakan proses menampilkan individu tersebut dalam cerita. Penokohan membicarakan statis atau dinamisnya watak tokoh hingga akhir cerita. Dalam proses penciptaan pemeranan, sang aktor atau aktris harus mempunyai daya cipta yang tinggi untuk mencoba semaksimal mungkin menjadi tokoh yang diperankan. Aktor harus sanggup menjiwai tokoh yang diperankannya, sehingga benar-benar merupai sang tokoh dengan apa adanya dalam pementasan lakon tersebut. Pada penampilan imajinasinya, tokoh juga dibantu oleh gerak, busana, dan rias. Semua unsur tersebut harus saling mendukung dan tidak bisa dipisah- pisahkan, sehingga mampu membentuk karakter tokoh seperti yang dikehendaki. Untuk menggambarkan karakter tokoh, pengarang dapat menggunakan teknik: 1 Teknik analitik: karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang; 2 Teknik dramatik, yaitu teknik karakter tokoh dikemukakan melalui: a penggambaran fisik dan perilaku tokoh; b penggambaran lingkungan kehidupan tokoh; c penggambatran ketatabahasaan tokoh; d pengungkapan jalan pikiran tokoh; dan e penggambaran oleh tokoh lain. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Waluyo 2009: 30 yang menuliskan bahwa penggambaran watak tokoh mempertimbangkan tiga dimensi watak, yaitu dimensi psikis kejiwaan, dimensi fisik jasmaniah, dimensi sosiologis latar belakang kekayaan, pangkat, dan jabatan Tokoh dan penokohan merupakan unsur vital dan pembangun dari dalam yang tidak dapat dikesampingkan kedudukannya. 4 Amanat Amanat merupakan unsur cerita yang berhubungan erat dengan tema. Amanat akan berarti apabila ada dalam tema, sedangkan tema akan sempurna apabila di dalamnya ada amanat sebagai pemecah jalan keluar bagi tema tersebut. Sudjiman dalam Alwi, 1998: 08 menyatakan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat terdapat pada sebuah karya sastra secara implisit atau eksplisit. Amanat dinyatakan secara implisit jika jalan keluar Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 45 atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku menjelang cerita berakhir. Sementara itu, amanat dilukiskan secara eksplisit apabila pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, atau larangan secara langsung. Cerita drama yang dipanggungkan disebut dengan teater. Oleh karena itu, pembicaraan drama kerap dikaitkan dengan teater. Terkadang orang menyebut drama sebagai teater, atau sebaliknya teater dikatakan dengan drama. Pada dasarnya hal tersebut memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel di atas jelas menggambarkan bahwa drama masih berupa naskah di atas kertas, karena drama merupakan naskah yang akan dilakonkan. Naskah lakon merupakan bahan dasar pementasan dan belum sempurna bentuknya apabila belum dipentaskan. Naskah lakon disebut juga play wright yang berisi nilai-nilai pengalaman yang masih bersifat umum dan merupakan ide dasar bagi aktor. Mengenal Pementasan Drama Sebagai sebuah seni pertunjukan, drama merupakan kerja kolektif yang memerlukan penonton kolektif pula. Disebut kerja kolektif atau seni kolektif karena penggarapannya tidak dapat dilakukan sendiri. Pementasan drama merupakan hasil kerja sama antara sutradara, pemeran, pekerja panggung, bahkan bersama penonton. Dalam sebuah pementasan, peran penonton sangatlah penting sehingga tidak dapat diabaikan. Drama pada dasarnya diciptakan untuk dipentaskan, bukan berakhir hanya sampai pembacaan. Itu sebabnya drama dapat dimasukkan ke dalam seni sastra sekaligus seni pertunjukan. Naskah maupun teks drama termasuk seni sastra, sedangkan pementasan drama mengandung unsur seni pertunjukan. Latihan Dasar Latihan dasar yang harus dilakukan sebelum melakukan pementasan, diantaranya: latihan pernapasan, olah vokal, olah tubuh, dan olah sukma. 1 Pernapasan Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 46 Seorang pemain drama perlu melatih pernapasannya, karena berhubungan erat dengan vokal dan stamina tubuhnya. Pernapasan untuk kegiatan drama disebut napas perut atau napas diafragma. Dengan menggunakan napas perut, rentetan vokal akan mengalir lancar dari alat ucap pemain. 2 Olah vokal Latihan vokal tidak hanya dengan cara membaca naskah drama. Latihan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a bernyanyi solo, duet, maupun koor b membaca puisi secara perseorangan atau berkelompok khorus c berpidato secara impromtu 3 Olah tubuh Modal utama pemain drama adalah vokal dan tubuhnya. Olah tubuh dilakukan untuk menghasilkan kelenturan gerak sesuai dengan karakter peran. Olah tubuh harus dilatih secara rutin, bukan hanya ketika akan ada pementasan. Perlu Anda ketahui, ada perbedaan antara olah raga dengan olah tubuh. Olah raga bertujuan untuk mencapai keseimbangan tubuh serta kesehatan, sedangkan olah tubuh bertujuan mencapai kelenturan tubuh agar dapat dipergunakan pemain untuk mewujudkan berbagai karakter. 4 Olah sukma Terakhir sekaligus yang terpenting ialah olah sukma. Setiap dialog harus diberi ruh oleh pemerannya, setiap dialog harus diberi jiwa oleh pemainnya. Bahkan dalam gerak yang dilakukan pemain, ada juga jiwa di sana. Dalam pementasan banyak hal yang harus diperhatikan, antara lain: a. Blocking Blocking adalah kedudukan aktor pada saat di atas pentas. Dalam permainan drama, blocking sangatlah diperlukan. Pemain harus selalu mengontrol tubuhnya agar tidak merusak blocking. Blocking harus seimbang, utuh, bervariasi, memiliki titik pusat perhatian, wajar, jelas, tidak ragu-ragu atau meyakinkan. Kalau ragu ragu terkesan kaku under acting, sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting. Beberapa prinsip dasar dalam mengolah blocking di antaranya: Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 47 a Dimengerti jelas Apa yang hendak diwujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke arah kiri. Blocking harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun ekspresi wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah. b Seimbang Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada di atas panggung setting tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai Komposisi Pentas. c Utuh Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi. d Bervariasi Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak di satu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru, sehingga penonton tidak merasa jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya, misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah. e Memiliki titik pusat Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan letak titik perhatian. f Wajar Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 48 Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar dan tidak dibuat-buat. Disamping itu, setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan. Dalam drama eksperimental kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam bagi para pemainnya. b. Meditasi Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri. Tujuan Meditasi: 1 Mengosongkan pikiran, 2 Sebagai jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan sehari-hari ke alam latihan. c. konsentrasi Konsentrasi secara umum berarti pemusatan. Dalam teater diartikan sebagai dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan. Cara konsentrasi: Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi. Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater. d. Pernapasan Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 49 Untuk memperoleh suara yang baik, dramawan ataupun penyanyi memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu, harus melatih pernapasan serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimal, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan. Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan: a Pernapasan dada Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerakakting sang aktor, karena bahu menjadi kaku. b Pernapasan perut Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada. c Pernapasan lengkap Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak maksimal. Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal. d Pernapasan diafragma Diafragma adalah bagian tubuh yang terletak di antara rongga dada dan perut. Sedangkan pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor itu mengambil udara sebanyak-banyaknya kemudian disimpan pada diafragma dan rasakan bahwa diafragma itu benar-benar mengembang. Hal ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang. Akhir-akhir ini, banyak pelaku teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 50 Latihan-latihan pernapasan Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Udara yang dihirup dimasukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimal bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali. Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat. Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara-cara lain. e. vokal Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mempunyai dasar vokal yang baik pula. Baik dalam pengertian: - dapat terdengar dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang, - jelas artikulasipengucapan yang tepat, - tersampaikan misi pesan dari dialog yang diucapkan, dan - tidak monoton. Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain: 1 Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakkan suara wah… dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali. 2 Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam mmm…mmm… suara keluar lewat hidung. 3 Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,ssss……. 4 Hirup udara banyak banyak, kemudian kelu arkan vokal aaaaa……. sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah. 5 Sama dengan latihan di atas, hanya nada tinggi rendah suara diubah-ubah naik turun dalam satu tarikan napas 6 Keluarkan vokal a…..a…… secara terputus-putus. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 51 7 Keluarkan suara vokal a i u e o, ai ao au ae , oa oi oe ou, iao iau iae aie aio aiu oui oua uei uia ...... dan sebagainya. 8 Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris. 9 Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari, berputar putar dan berbagai variasi lainnnya. Apabila suara kita menjadi serak karena latihan-latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. penyebabnya ialah karena lendir-lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara laring sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akan menghilang dengan sendirinya. Janganlah terlalu memaksa alat-alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat-alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar. Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara-suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan. f. Artikulasi Artikulasi adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengarpenonton dapat mengerti pada kata-kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurangtidak benar, yaitu: Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya. Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu: hal ini terjadi karena pengucapan katadialog terlalu cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali. Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan: Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 52 Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada-nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik. Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut. g. Intonasi Seandainya ketika berdialog kita tidak memperhatikan intonasi, maka akan terdengar monoton, datar, dan membosankan. Yang dimaksud intonasi ialah tekanan-tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata, atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu: Tekanan Dinamik keras lemah Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat Saya membeli pensil ini Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal: SAYA membeli pensil ini. Saya, bukan orang lain Saya MEMBELI pensil ini. Membeli, bukan, menjual Saya membeli PENSIL ini. Pensil, bukan buku tulis Tekanan Nada tinggi Cobalah mengucapkan kalimatdialog dengan memakai nadaaksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membacamengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah- ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata. Tekanan Tempo Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 53 Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda-beda. Lambat atau cepat silih berganti. h. Warna suara Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba mengubah-ubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya. Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar- dasar vokal seperti di atas. Kang Dul masuk tergopoh gopoh Kang Dul: Aduh Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a ….a….ada mahasiswa bawa mobil, pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, Mas. Bambang: Goblog Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan saja orang- orangmu untuk mengusirnya ? Pak Slamet: kepada Bambang Kau lebih-lebih Goblog Kau membohongi saya Kau tadi lapor apa ? Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei sambil mencengkeram Bambang. Bambang: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk. Pak Slamet: membentak sambil mendorong Diam Kamu kepada Kang Dul Di mana dia sekarang ? Kang Dul : Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 54 i. Gestikulasi Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata Pergi dengan kalimat Angkat kaki dari sini Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk Lalu ? , Kenapa ? atau Tidak dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog. Gestikulasi harus dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: Tuan keterlaluan. Pergi Antara Tuan keterlaluan dan Pergi harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya Tuan keterlaluan.... mendapat tekanan, Pergi…. mendapat tekanan. j. Olah tubuh Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh bisa juga dikatakan senam, sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu, olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot-otot kita supaya elastis, lentur, luwes, dan supaya tidak ada bagian-bagian tubuh yang kaku gerak. Pelaksanaan olah tubuh: Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap pancaindera kita. Dengan penuh perasaan perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 55 1 Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat, kepala dan atau leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk. 2 Putar kepala pelan-pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali-kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan 3 Putar bahu ke arah depan berkali-kali, juga ke arah belakang. Pertama satu per satu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak. 4 Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula sebaliknya. 5 Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama-sama. 6 Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya. 7 Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas. 8 Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan meloncat loncat. Macam-macam Gerak: Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam macam gerak Latihan latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater. Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu Gerak teaterikal Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 56 Gerak nonteaterikal Gerak nonteaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang dipakai dalam teater gerak teaterikal ada bermacam macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar. Gerak Halus Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalamemosi, misalnya marah, sedih, gembira, dan sebagainya. Gerak Kasar Gerak kasar adalah gerak dari seluruh atau sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu: 1 Business, adalah gerak-gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan refleks. Misalnya: - sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik. - sewaktu kita sedang belajarmembaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar. 2 Gesture, adalah gerak-gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini ialah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diriotak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb. 3 Movement adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung-gulung, melompat, dsb. 4 Guide adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 57 Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan gerak-gerak dasar. Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1 Gerak dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita. 2 Gerak dasar tengah: posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala. 3 Gerak dasar atas: di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas. Dalam melakukan gerak-gerak dasar di atas kita dituntut untuk berimprovisasimenciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik. Latihan-latihan gerak yang lain: 1. Latihan cermin Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian. 2 Latihan gerak dan tatap mata Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti. 3 Latihan melenturkan tubuh Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu. 4 Latihan gerak bersama Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 58 Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka. 5 Latihan gerak mengalir Suatu kelompok yang terdiri atas beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan menggerakkan tangan atau tubuh dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang artistik. k. Gerak dan vokal Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu akting. Tujuannya ialah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal. l. Penggunaan pancaindera Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima indera secara utuh. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut secara bersama-sama atau pun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera dengan baik, agar dapat memainkan suatu peran dengan baik pula. Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain: 1 Mata Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 59 Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin. 2 Telinga Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan. Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb. 3 Hidung Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb. Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar bagaimana baunya. 4 Kulit Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh. Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau panas, sifatnya halus atau kasar, dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam. 5 Lidah Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan sebagainya. m. Karakterisasi Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, ialah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 60 karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut. Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat. Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya: Tokoh A … jabatan lurah … watak licik, pura-pura, pengecut Tokoh B … jabatan jongos … watak baik hati, ramah, jujur, mengalah Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut: Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. yang dimaksud dengan gerak- gerak dasar di sini ialah ciri-ciri khas Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada temannya untuk bertindakberlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring. Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. n. Observasi Observasi adalah suatu metode untuk mempelajarimengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 61 o. Ilusi Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan- angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya. Cara-cara melatihnya antara lain:  Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.  Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.  Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun di kampung, dsb.  Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.  Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antarplanet, dsb. p. Imajinasi Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang konkret. Juga di atas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim. Sebagai contoh, dalam naskah Obsesi, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci. Roh suci di sini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang di dalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai berikut: Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca mata gelap di depan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan. Yang dibicarakan tokoh di atas sebenarnya hanya khayalan saja. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 62 Perempuan berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas. Telah disebutkan bahwa objek imajinasi ialah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut: Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali. Sebutkan sebuah benda yang tidak ada di sekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukuran, sifatnya, keadaan, warna, dsb. Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu sebagai suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal. Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb. q. Emosi Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka ekspresi, pengucapan dialog, pernapasan, dan niat. Niat timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah akan timbul niat untuk memukul, dsb. r. Penghayatan Penghayatan ialah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterapkan pada tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 63 berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama. Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan ialah: Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah. Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan. Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskahdialog dengan diiringi musik sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca. Komposisi pentas Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini dibuat untuk membantu blocking. Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian depan lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu, jangan menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat. Bagaimana cara mencapai pertunjukan drama yang baik termasuk membuat naskah drama yang baik, dapat diikuti cara berikut. 1. Survey tempat yang akan kita gunakan bermain drama, pastikan ada berapa pintu yang bisa Anda pakai untuk keluar masuk, termasuk ruang tembus dari belakang panggung menuju pintu masuk ruangan pentas, periksa apakah ada ruang belakang panggung atau tidak, periksa bagaimana posisi penonton duduk. Semua hal ini bertujuan agar Anda Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 64 dapat membuat langkah-langkah drama dan penggantian dalam setiap adegan sesuai dengan tempat pentas sehingga tidak mengganggu Anda dalam memainkannya dan enak dinikmati. 2. Sebelum membuat naskah kita sudah tahu cerita apa yang ingin kita buat beserta latar belakangnya. Misalkan drama sedih, latar belakangnya adalah keluarga. Juga para pemain yang cocok untuk memainkan tokoh dalam drama tersebut. 3. Selanjutnya, kita harus membuat tujuan atau pesan dari drama yang akan dipentaskan. 4. Setelah tahu hal pada nomor 1, 2, dan 3 maka selanjutnya mulailah membayangkan latar tempat dalam drama yang dibagi dalam beberapa stepbagian. Dalam setiap step menjadi penentuan penggantian adegan atau gambaran tempat. Misalkan step 1 ialah rumah, step 2 sekolah, dan step 3 ialah taman. Jangan lupa juga dalam membuat naskah drama kita bisa mengukur waktu sesuai dengan waktu yang diberikan pada kita untuk pentas. 5. Dalam membuat naskah yang baik Anda harus masuk ke dalam naskah tersebut. Maksudnya ialah saat Anda membuat naskah pikiran dan emosi Anda secara imajinatif berada pada adegan dalam naskah drama yang Anda buat tersebut. Misalkan Anda membuat cerita sedih Anda harus bisa mencapai tahapan dimana cerita dalam naskah tersebut membuat Anda ikut menangis saat menuliskannya. 6. Buatlah naskah drama menggunakan kata-kata yang enak untuk diucapkan atau sesuaikan dengan karakter tokoh dalam drama yang dimainkan atau sesuaikan dengan suku dari tokoh atau background cerita yang Anda buat. 7. Setelah selesai, baca sekali lagi naskah yang Anda tulis maka biasanya ada beberapa kata-kata yang Anda temukan kurang baik dan akan Anda perbaiki menjadi lebih sempurna. 8. Selanjutnya jika naskah telah selesai mulai hubungi kawan-kawan Anda yang ikut berperan dalam drama yang Anda buat untuk dijelaskan setting drama serta dibagikan naskah drama untuk dibaca dan dipelajari. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 65 Menjadi pemain drama yang baik : Membagi team dalam beberapa posisi, antara lain a. Posisi sebagai para pemain drama b. Posisi sebagai pencahayaan c. Posisi sebagai pengendali musik latar termasuk LCD jika diperlukan d. Posisi sebagai pengatur sound system besar kecilnya suara e. Posisi sebagai pengatur desain panggung. f. Posisi sebagai make up artis g. Posisi sebagai pembantu mengatur keluar masuknya pemain di belakang panggung TEKNIK PEMENTASAN DRAMA Dalam mementaskan atau bermain drama perlu memahami berbagai teknik. Menurut Rendra 1978 ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam mementaskan drama.

1. Teknik Muncul

Cara pemain memunculkan diri pada saat tampil pertama kalinya di atas pentas dalam satu pementasan drama haruslah memberi kesan kepada para penonton sesuai peran yang dimainkan. Jika memerankan seorang guru, dia harus memperlihat diri sebagaimana layaknya guru, cara berpakaian dengan tutur kata yang sesuai dengan profesinya dan perilaku santun kepada siapa pun.

2. Teknik memberi Isi

Pengucapan suatu kalimat dengan penekanan makna tertentu melalui tempo, nada, dinamik, misalnya: DIA sangat baik kepadaku. bukan saya atau mereka Dia SANGAT baik kepadaku. bukan kurang atau cukup Dia sagat BAIK kepadaku bukan tidak baik Dia sangat baik KEPADAKU bukan orang lain tapi padaku Teknik ini harus terpadu dengan teknik jasmaniah seperti mimik, sikap, gerak anggota badan lainnya gestur Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 66 3.Teknik Pengembangan Teknik membuat drama bergerak dinamis menuju klimaks atau drama tidak datar. Teknik terbagi atas beberapa teknik yang intinya menyangkut penggunan pengucapan dan jasmaniah, 4.Teknik Timing Teknik ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan jasmaniah dengan kata-kata atau kalimat yang diucapkan dalam waktu yang singkat atau sekejap, misalnya: a. Bergerak sebelum mengucapkan kata-kata tertentu, seperti menepuk kepala “aku lupa, maaf’ b. Bergerak sambil mengucapkan sesuatu seperti menepuk kepala sambil mengucapkan “Aku lupa, maaf” c. Bergerak setelah mengucapkan sesuatu seperti “Aku lupa, maaf” lalu menepuk kepala.

5. Teknik Penonjolan

Penonjolan isi merupakan teknik dimana seorang pemain harus memahami pada bagian mana suatu kalimat yang perlu ditonjolkan pada saat diucapkan. Seterusnya pada bagian mana dalam suatu adeganbabak yang perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat menikmati pementasan dengan penuh keharuan. DASAR-DASAR PEMENTASAN DRAMA Sebelum bermain drama, Junaedi 1989 dan Ramelan 1982 mengemukakan beberapa dasar-dasar pementasan yang perlu dikuasai dengan baik supaya pementasan dapat menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebut sebagai berikut.

1. Penguasaan Vokal

Seorang calon pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi konsonandan vokal sesuai artikulasinya secara tepat dan sempurna. Disertai suara yang jelas dan keras.. Penguasaan vokal ini biasanya di tempat terbuka untuk mengulang- ulang vokal tertentu sampai sempurna pengucapannya.

2. Penguasaan Mimik-Intonasi Dasar

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 67 Seorang calon pemain harus menguasai mimik dasar seperti mimik sedih, gembira, marah. Mimik marah biasa ditandai dengan mata melotot, muka kemerah-merahan, kening berkerut, mimik sedih ditandai dengan wajah muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup, sedang mimik gembira ditandai muka yang bercahaya, mata bersinar, dan mulut terseyum. Di samping mimik harus pula menguasai intonasi dasar sedih tempo lambat- nada rendah- tekanan lembut intonasi marah tempo cepat nada tinggi, tekanan keras dan intonasi gembira tempo-nada-tekanan bersifat sedang.Mimik dan intonasi sangat mendukung peran yang dimainkan.

3. Penguasan Kelenturan Tubuh

Tubuh seorang pemain drama harus lentur atau elastis sehingga dalam memainkan peran tertentu tidak kelihatan kaku. Untuk mencapai penguasaai tubuh yang elastis, perlu melakukan serangkaian gerakan seperti berlari cepat dalam jarak dekat, bolak balik ke utara, selatan, timur, barat, ke segala penjuru. Berjalan dengan menggambarkan perasaan sedih, jalan kepayahan membayangkan berjalan di padang pasir hingga jatuh bergulingan, dan seterusnya.

4. Penguasaan Pemahaman Watak Peran

Suatu peran menjadi hidup bila aktornya memiliki penguasaan pemahaman dan penghayatan watak peran yang tepat.

D. Aktivitas Pembelajaran

1. Pendahuluan

Silakan Anda pahami tujuan, kompetensi, dan indikator pencapaian kompetensi pada kegiatan pembelajaran ini supaya pembelajaran lebih terarah dan terukur.

2. Curah Pendapat

Pada kegiatan ini Anda diminta untuk menyebutkan berbagai masalah yang dihadapi dalam pembelajaran, khususnya pada saat apresiasi sastra, menulis puisi, dan mementaskan naskah drama. Sebagai langkah awal dan agar kegiatan curah pendapat berjalan dengan baik, Anda dapat mengisi pertanyaan berikut ini. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 68

3. Diskusi Kelompok

Kelas dibagai menjadi empat kelompok besar sesuai dengan topik bahasan, yaitu hakikat drama, dan unsur-unsur drama. Masing-masing Anda dibagi ke dalam kelompok, sehingga terbentuk tiga kelompok ahli, yaitu satu kelompok ahli apresiasi puisi, kelompok ahli menulis puisi , dan kelompok ahli mementaskan naskah drama. Setelah itu, setiap kelompok membaca, mengkaji, dan menelaah sumber belajar yang berhubungan dengan hal yang ingin dipahami tersebut. Adapun sumber belajar yang dirujuk adalah bahan bacaan yang terdapat pada bagian uraian materi dan sumber belajar lainnya yang relevan. Setelah setiap kelompok ahli mengkaji dan menelaah masing-masing sumber belajar yang terkait, mereka diminta kembali ke kelompok asal. Di kelompok asal silakan Anda kerjakan LK sebagai laporan hasil diskusi.

E. Latihan TugasKasus

Isilah tabel LK.01 berikut teks naskah drama dibawah ini, tentukan Tema, pesan atau amanat serta watak tokoh Sabtu adalah hari dimana sekelompok anak muda yang terdiri dari Brandon, Ivan, Tommy, Elsa dan Anna menghabiskan waktu. Sejak siang mereka sudah berkumpul di sebuah cafe elit yang berada di bilangan pusat kota Surabaya. Seperti biasa, hari ini adalah giliran Brandon yang menraktir mereka semua. • Perlukah guru bahasa Indonesia mengetahui dan memahami hakikat drama dan unsur-unsur drama serta latihan dasar pementasan dalam mementaskan naskah drama. Adakah perbedaan antara yang memahami konsep dengan yang tidak memahami konsep? • Apakah Bapak Ibu pernah mengalami kesulitan dalam melatih anak dalam pementasan drama? Coba sebutkan keterkaitan aliran-aliran linguistik dengan pembelajaran bahasa Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 69 Brandon : Pesen yang banyak deh Nanti aku yang bayar. Pokoknya kalian harus makan sampe kenyang. Tommy : Baru gajian ya? Kok royal banget sih? Brandon : Bawel ah Mau ditraktir nggak nih? Anna : Ya jelas mau lah Hari ini kan giliran kamu yang keluar duit. Tidak lama kemudian Elsa datang menghampiri meja dimana mereka duduk. Ia baru pamit dari toilet untuk menerima telepon. Anna : Elsa kenapa? Kok sedih? Pamali loh sabtu-sabtu murung gitu Ivan : Iya kenapa sih, Sa? Dompetmu hilang? Brandon dan Tommy tertawa menimpali lelucon Ivan tesebut. Elsa : Mamaku barusan telepon. Dia bilang papaku bangkrut. Semua rumah, mobil dan tabungan di bank ludes. Terisak pelan kami harus pindah ke tempat tinggal yang lebih kumuh. Parahnya lagi semua kebangkrutan ini karena papa terlibat kasus korupsi dan sekarang dia menjadi buronan polisi Menangis No Unsur Alasan 1 Tema 2 Pesan atau Amanat 3 Watak tokoh LK. 02 Tuliskan toko-tokoh No . 1 2 3 4 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 70 LK 04 Tuliskan tahapan plot di dalam drama LK –05 beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mementaskan naskah drama. No. Uraikan 1 2 3 4 Beberapa hal yang harus mementaskan naskah drama antara lain: 1 Dialog harus diucapkan secara jelas Kejelasan vokal merupakan tuntutan utama bagi setiap pemain. Bukan vokal yang keras dan nyaring yang harus dikuasai setiap pemain, namun vokal yang jelas yang menjadi tujuan utama. Ketidakjelasan pengucapan akan berdampak menghapus sebagian alur cerita. Yang harus Anda sadari ialah dialog harus terdengar oleh penonton sehingga dapatdipahami maknanya. 2 Wajar dan menarik Dialog tidak boleh dibuat-buat sehingga menimbulkan kesan tidak wajar. 1 Mendukung nilai gerak 2 Pemakaian variasi tekanan, jeda, dan tempo pengucapan, akan mendukung nilai gerakan yang dilakukan tokoh. Antara vokal atau dialog dengan gerak tokoh tidak boleh berjalan sendiri-sendiri, harus saling mengisi. 4 Mampu menampilkan karakter tokoh Vokal pemain harus mampu menampilkan karakter tokoh sesuai tuntutan cerita. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 71

F. Rangkuman