Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 10
Apa yang protagonis lakukan ketika klimaks? Gambaran ketika klimaks
terjadi, misalnya: tanpa diduga karena tidak pernah terjadi sebelumnya, suami melayangkan tangan kepada istri di depan anak-anaknya. Sebagai seorang
pencerita pemula, Anda harus mencari tahu apa yang akan terjadi ketika klimaks. Sebab Anda yang menciptakan ceritanya, maka Anda bebas
menentukan isi cerita, termasuk menentukan klimaksnya. Gambarkan bagaimana protagonis menghadapi antagonis.
Bagaimana simpulannya? Simpulan merupakan pengakhiran cerita.
Kekhasan pengarang terdapat pada pengakhiran cerita. Ada cerita yang dipilih oleh pengarangnya untuk berakhir dengan kebahagiaan, ada yang
berakhir dengan kedukaan.Namun ada pula yang mengambang, akhir di tangan pembaca untuk menentukannya. Pembaca diajak berpikir untuk
menentukan sendiri akhir cerita. Naning Pranoto 2004: 24-38 menambahkan bahwa ada enam cara yang dapat
dipergunakan untuk mulai menulis: 1. Tentukan gayaciri khas penulisan
2. Menggunakan kata-kata pilihan sesuai dengan jiwa kita 3. Perhatikan tata bahasa dan tanda baca
4. Hindari pembukaan yang bertele-tele 5. Jangan ragu-ragu dan malu-malu
6. Hindari merevisi sebelum tulisan selesai
Walaupun Anda sedang menulis karya sastra fiksi, Anda harus menuliskan kejadiannya seolah ada dalam kehidupan nyata. Bila bercerita tentang pelajar,
jangan lupa menggambarkan kelengkapannya, misalnya tentang ruang kelas, guru, lapangan olah raga, dan lain-lain. Jika bercerita tentang petualang,
gambarkan pula suasana hutan, sungai, bebatuan, dan lain-lain. Pada intinya, agar cerpen tampil menarik buatlah ceritanya menjadi hidup. Buatlah deskripsi
nyata tentang diri pelaku dan keadaan sekitarnya. Jangan jadikan cerita Anda gersang, kaku, yang berakibat tidak menarik minat pembaca.
6. Pembelajaran Menulis Cerpen
Pembelajaran apresiasi prosa dapat dilakukan sebagai berikut.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 11
Pertama; guru memilih sebuah cerita pendek yang sesuai dengan usia siswa, tingkat keterbacaan, dan nilai kehidupan. Mengingat waktu pembelajaran yang
sangat terbatas, harus dipilih sebuah cerpen yang tidak terlalu panjang. Guru hendaknya sudah membaca lebih dulu, materi cerita yang hendak dibahas
terutama struktur pembentuknya yang terdiri atas unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik terutama informasi tentang pengarang,
kepengarangan, dan karya-karya pengarang tersebut. Kedua; menugaskan siswa untuk membaca cerita pendek tersebut dengan cermat.
Andai cerita pendek tersebut cukup panjang, siswa diminta membaca dulu di rumah sebelum hari pembelajaran. Pada saat pembelajaran, guru mengajukan pertanyaan,
antara lain: Bagaimana kesan Anda setelah membaca cerpen tersebut? Nilai-nilai apa
sajakah yang Anda peroleh setelah membaca prosa tersebut? Jika tidak ada yang menjawab, guru melanjutkan dengan memberi
pertanyaan penegasan: Menarikkah ceritanya? Jawaban siswa mungkin bermacam-macam menarik, tidak menarik, membosankan, tidak tahu, dsb..
Berdasarkan jawaban tersebut, guru mengajak siswa untuk menelaahnya lebih jauh lagi.
Ketiga; guru membimbing siswa untuk selanjutnya menganalisis struktur prmbangun cerita, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan ini
dilakukan secara klasikal, dengan rnemanfaatkan interaksi guru-siswa, siswa- guru,dan siswa-siswa secara maksimal. Urutan penganalisisan, jenis
pertanyaan, dan pembimbingan dapat dilakukan sebagai berikut: 1. alur dan plot cerita
2. tokoh pendukung cerita dan wataknya 3. sudut pAndang atau pusat penceritaan
4. tema cerita dan amanat yang disampaikan 5. penggunaan bahasa dan gaya bahasa pengarang
6. unsur ekstrinsik yang menunjang cerita
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 12
Keempat; setelah analisis selesai dilakukan, setiap siswa diminta menyusun pendapatnya mengenai cerita tersebut secara lengkap disertai alasannya. Satu
atau dua siswa diminta membacakan pendapatnya di muka kelas. 4.
Teknik Menulis Prosa Evita, Kenangan Lama, Dia yang Malang, dan Reportase
Bagi sebagian orang, menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan terutama menulis prosa fiksi. Berikut ini dipaparkan teknik-teknik menulis prosa menurut
Sofia Mafaza: 1. Teknik Evita
2. Teknik Kenangan Lama 3. Teknik Dia yang Malang
4. Teknik Reportase Teknik Evita merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan siswa secara
langsung menjadi tokoh dalam suatu cerita yang akan ditulis. Langkah pertama; munculkan seorang tokoh bernama Evita, yang kelak akan dijadikan sebagai
objek konflik. Langkah kedua; siswa lain menjadi tokoh lain, yang terlibat dalam peristiwa dengan berdialog dengan tokoh lain. Selanjutnya; siswa diminta untuk
mengungkapkan kembali peritiwa yang baru saja mereka dialogkan, menjadi sebuah prosa. Diserahkan kepada masing-masing siswa akan memulai dari
peristiwa mana, yang penting dasar cerita mereka sesuai dengan konflik yang mereka dialogkan.
Teknik Kenangan Lama merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan memori kenangan yang paling berkesan dalam diri siswa. Kemampuan
menggali sesuatu yang pernah dialami dan keterampilan meramu konflik menjadi sebuah alur yang runtut, merupakan satu modal besar bagi siswa.
Teknik Dia yang Malang merupakan teknik menulis prosa dengan menceritakan teman, sahabat, atau orang lain yang mengalami peristiwa tragis atau
mengenaskan. Dalam teknik ini pigura cerita merupakan satu bagian yang
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 13
menarik untuk masuk ke inti cerita. Maksudnya, sebelum ke inti kemalangan, rangkaian alur diawali peristiwa pertemuan dengan tokoh yang malang.
Kemudian dia menceritakan, dan setelah itu mengakhiri dengan peristiwa perpisahan menggunakan latar yang sama saat pertemuan pertama. Jadi akhir
cerita berlatar sama dengan latar pertemuan. Teknik Reportase merupakan teknik ulasan dari peristiwa yang dilihat, baik
peristiwa dalam perjalanan maupun peristiwa berdasarkan pengalaman. Objek tempat dan konflik menjadi dasar untuk mengembangkannya menjadi sebuah
tulisan prosa.
D. Aktivitas Pembelajaran