Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 2
B. Tujuan
Tujuan penyusunan modul Guru Pembelajar kelompok kompetensi H ini ialah sebagai berikut.
1. Mengapresiasi karya sastra secara reseptif dan produktif 2. Memahami konsep, teori, dan materi karya sastra prosa dan naskah drama
yang terkait dengan pengembangan materi pembelajaran sastra.
C. Peta Kompetensi
Kompetensi yang akan dicapai serta ditingkatkan melalui modul ini, mengacu pada kompetensi Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 sebagai berikut.
Kompetensi Profesional Kompetensi
Utama KOMPETENSI INTI
KI KOMPETENSI GURU MAPEL
KG
Profesional 20. Menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu
20.7 Mengapresiasi karya sastra secara reseptif dan
produktif
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup modul ini terdiri atas dua kegiatan pembelajaran sebagai berikut. Kegiatan Pembelajaran 1. Menulis Prosa Indonesia
Kegiatan Pembelajaran 2. Mementaskan Naskah Drama sederhana Indonesia
Setiap kegiatan pembelajaran mencakup: A Tujuan, B Kompetensi
dan Indikator Pencapaian Kompetensi, C Uraian Materi, D Aktivitas Pembelajaran,
E Latihan TugasKasus, G Umpan Balik dan Tindak Lanjut, dan H Pembahasan Latihan TugasKasus.
.
Sebagai bahan penilaian modul Guru Pembelajar ini disajikan bahan evaluasi berupa soal pilihan gAnda. Pada bagian akhir modul ini terdapat Penutup, Daftar Pustaka, dan
Glosarium
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 3
E. Cara Penggunaan Modul
Cara menggunakan Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP ialah sebagai berikut.
1. Gunakan modul ini secara berurutan bagian per bagian dimulai dari pengantar, pendahuluan, kegiatan-kegiatan, hingga glosarium.
2. Bacalah pendahuluan modul ini, cermatilah setiap tujuan, peta kompetensi, dan ruang lingkupnya.
3. Ikutilah langkah-langkah
aktivitas pembelajaran
dan modelteknik
pembelajaran, yang digunakan pada setiap kegiatan pembelajaran dalam modul ini.
4. Setiap kegiatan pembelajaran pada modul mencakup: A Tujuan, B Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi, C Uraian Materi, D
Aktivitas Pembelajaran, E LatihanTugasKasus, F Rangkuman, G Umpan Balik dan Tindak Lanjut, dan H Pembahasan LatihanTugas Kasus
5. Gunakan LK
yang telah
disediakan untuk
menyelesaikan setiap
latihantugasstudi kasus yang diminta. Melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan, Anda diharapkan dapat menghasilkan produk seperti berikut
ini. a. portofolio hasil belajar
b. rencana tindak lanjut untuk pelaksanaan Guru Pembelajar. c. evaluasi akhir setiap modul
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 4
Kegiatan Pembelajaran 1 Mengapresiasi Karya Sastra
A.
Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, Anda memiliki keterampilan mengapresiasi dan mengkreasi sastra.
B.
Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Guru Indikator Pencapaian Kompetensi
20.7 Mengapresiasi karya sastra secara reseptif dan
produktif. 20.7.4 Menulis prosa Indonesia prosa lama:
hikayat, dongeng; prosa baru: roman, novel, cerpen
C.
Uraian Materi 1. Apa Itu Prosa ?
Prosa adalah salah satu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme rhythm yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai
dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin prosa yang artinya terus terang. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media
lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian, yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama adalah prosa bahasa Indonesia yang belum terpengaruhi budaya
barat, sedangkan prosa baru adalah karangan bebas yang terkontaminasi budaya Barat serta tidak terikat oleh aturan-aturan apa pun.
2. Jenis Prosa
Jenis prosa
Indonesia dapat
dikelompokkan sebagai
berikut. a.
Prosa Naratif yaitu karangan berisi penceritaan suatu peristiwa atau
kejadian dengan tujuan pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 5
diceritakan dalam karangan. b.
Prosa Deskriptif yaitu karangan berisi penggambaran suatu objek secara
detail sehingga pembaca seolah-olah melihat dan merasakan sendiri objek yang digambarkan dalam karangan.
c. Prosa Eksposisi yaitu karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan
atau informasi sejelas-jelasnya agar pembaca memahami isi pengetahuan atau informasi dengan benar.
d. Prosa Argumentasi yaitu karangan berisi ide atau gagasan yang dilengkapi
data-data kesaksian yang bertujuan memengaruhi pembaca untuk menyatakan persetujuannya terhadap gagasan dalam karangan.
3. Mengapresiasi Prosa
Kata apresiasi secara harfiah berarti ‘penghargaan’ terhadap suatu objek, hal, kejadian, atau pun peristiwa. Untuk dapat memberi penghargaan terhadap
sesuatu, tentunya kita harus mengenal sesuatu itu dengan baik dan dengan akrab agar kita dapat bertindak dengan seadil-adilnya terhadap sesuatu itu,
sebelum kita dapat memberi pertimbangan bagaimana penghargaan yang akan diberikan terhadap sesuatu itu. Apresiasi berarti memberi penghargaan dengan
sebaik-baiknya dan seobjektif mungkin terhadap karya sastra prosa itu, artinya penghargaan itu dilakukan setelah karya sastra kita baca, kita telaah unsur-unsur
pembentuknya, dan kita tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi kita terhadap karya sastra itu.
Mengapresiasi dengan tujuan memberikan penghargaan terhadap karya prosa, berarti
kita haruslah bisa “membongkar” dan menerangjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan ukuran keindahan dan “kelebihan” karya prosa itu. Dengan
demikian, penghargaan yang diberikan dapat diharapkan bersifat tepat dan
objektif. Suatu apresiasi sastra, menurut Maidar Arsjad dkk. dilakukan melalui beberapa
tahap kegiatan. Tahap-tahap tersebut ialah:
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 6
1. Tahap penikmatan atau menyenangi. Tindakan operasionalnya pada tahap ini adalah membaca karya sastra puisi atau novel}, menghadiri acara
deklamasi, dan sebagainya. 2. Tahap penghargaan. Tindakan operasionalnya, antara lain, melihat
kebaikan, nilai, atau manfaat suatu karya sastra, dan merasakan pengaruh suatu karya ke dalam jiwa, dan sebagainya.
3. Tahap pemahaman. Tindakan opersionalnya adalah meneliti dan menganalisis unsure intrinsik dan unsur ektrinsik suatu karya sastra, serta
berusaha menyimpulkannya. 4. Tahap penghayatan. Tindakan operasionalnya adalah rnenganalisis lebih
lanjut akan suatu karya, mencari hakikat atau makna suatu karya beserta argumentasinya; membuat tafsiran dan menyusun pendapat berdasarkan
analisis yang telah dibuat. 5. Tahap penerapan. Tindakan operasionalnya adalah melahirkan ide baru,
mengamalkan penemuan, atau mendayagunakan hasil operasional dalam mencapai material, moral, dan struktural untuk kepentingan sosial, politik,
dan budaya.
3. Menulis Prosa Indonesia
Prosa sebagai salah satu bentuk cipta sastra, mendukung fungsi sastra pada umumnya. Fungsi prosa ialah untuk memperoleh keindahan, pengalaman, nilai-
nilai moral yang terkandung dalam cerita, dan nilai-nilai budaya yang luhur. Selain itu, dapat pula mengembangkan cipta, rasa, serta membantu
pembentukan karakter dalam pembelajaran secara tidak langsung. Prosa sebagai salah satu bentuk karya sastra, sering menimbulkan masalah
dalam mengajarkannya. Hal ini muncul karena cerita yang dikarang dalam bentuk prosa, pada umumnya panjang. Masalah ini tentu saja dapat
memengaruhi proses pembelajaran prosa, karena bimbingan apresiasi yang menyangkut teks enggan diberikan. Seperti halnya puisi, prosa pun sebaiknya
dinikmati oleh siswa secara utuh, agar fungsi prosa benar-benar terwujud.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 7
Kegiatan menulis cerpen dilakukan mulai tahap yang sederhana, misalnya menuliskan kembali dengan kalimat sendiri cerpen yang pernah dibaca, atau
menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Memang sulit menentukan patokan pendeknya sebuah cerita pendek. Namun yang jelas,
sebuah cerpen harus memenuhi komposisi: perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian.
Sebelum menulis cerpen, hendaknya menentukan terlebih dahulu tujuan menulis cerpen.
Apabila sudah dapat menemukan tujuannya,
maka segala
pengembangan imajinasi dan kreasi Anda akan terfokus pada pencapaian tujuan tersebut. Langkah selanjutnya ialah menentukan objek penulisan, yang dapat
diambil dari kabar, pengamatan, atau pengalaman diri sendiri, serta pengalaman orang lain.
Mengarang cerpen jangan sibuk memikirkan judul lebih dulu, meskipun diakui judul berperan penting sebagai faktor pertama pembangkit minat orang untuk
membaca cerpen tersebut. Oleh sebab itu, memilih judul harus perhatikan hal-hal berikut ini.
a. Pilih judul yang singkat dan menarik b. Hindari judul-judul yang klise, yang sudah ada, atau banyak dipakai orang
c. Pilih judul yang ‘menggelitik’ atau bahkan provokatif tapi tetap santun
4. Langkah-langkah Menulis Cerpen
Memilih tematopik: Tematopik apa pun yang ada di masyarakat dapat
dijadikan bahan baku cerpen, misalnya: pendidikan, sosial, lingkungan, olah raga, jumalistik, peristiwa sejarah, dan Iain-Iain.
Menentukan tokoh-tokoh dan mendeskripsikan watak tokoh: Tokoh
dalam cerpen berfungsi sebagai alat penyampai masalah yang akan dikemukakan pengarang. Untuk itu tentukan tokoh yang akan berperan dalam
cerpen Anda. Ada kalanya nama tokoh dipilih untuk menggambarkan watak tokoh tersebut. Untuk itu, selain memilih nama tokoh sekaligus Anda dapat
menentukan watak tokoh tersebut, misalnya: Topan berwatak semau gue,
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 8
suka bergaya, sombong, Dinda berwatak lembut, baik hati, Prabu berwibawa dan suka menolong.
Merumuskan garis besar cerita: Sebelum menuangkan ide ke dalam bentuk
tulis, langkah efektif agar kita pengarang mempunyai pijakan cerita ialah merumuskan garis besar cerita. Misalnya: Cerita ini bermula ketika .... Tokoh
mempunyai persoalanmengalami peristiwa …. Lalu ia ... sementara itu tokoh
... Persoalan di antara keduanya mencapai puncaknya ketika…, dan seterusnya.
Menentukan alur cerita: Dalam karya sastra dikenal ada tiga macam alur
cerita yaitu alur progresif alur maju, alur regresif alur mundur, dan alur campuran. Karya sastra dikatakan menggunakan alur maju apabila peristiwa
dalam cerita tersebut disajikan secara runtut dari awal cerita sampai akhir penyelesaian. Dikatakan menggunakan alur mundur apabila peristiwa yang
disampaikan dalam cerita dimulai dari peristiwa saat ini lalu menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu. Sementara disebut alur
campuran apabila pengarang dalam menyajikan cerita menggunakan alur maju dan alur mundur sekaligus.
Menentukan latar cerita: Latar setting cerita terdiri atas tiga jenis, yaitu:
latar tempat, latar waktu, dan latar peristiwa. Misalnya saja cerita yang akan Anda sampaikan tersebut terjadi di suatu tempat misalnya: di Yogyakarta,
pasar malam, kantor guru, pada suatu waktu tahun, bulan, hari, sebelum matahari terbit, petang, dan lain-lain, dan pada suasana tertentu.
Memilih gaya penceritaan: Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan
untuk menceritakan suatu peristiwa. Kita dapat memilih gaya penceritaan secara langsung atau secara tidak langsung. Apabila penceritaan secara
langsung menjadi pilihan kita, maka kita bisa menggunakan sudut pAndang aku-an, artinya kita pengarang seolah-olah mengalami sendiri peristiwa
dalam cerita.
Memilih diksi: Diksi atau pilihan kata harus disesuaikan dengan tema cerita
dan kepada siapa cerita itu ditujukan. Hal itu dimaksudkan agar cerita yang akan disampaikan terasa akrab dengan kehidupan pembaca sehingga mudah
dipahami. Jika berlatih menulis cerpen menggunakan tema kehidupan remaja,
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 9
Pengarang dapat memilih kata diksi menggunakan bahasa pergaulan dan istilah-istilah yang sering dipergunakan sehari-hari di kalangan remaja.
Terkadang akan muncul kalimat seperti, “Doi tuh ngertiin gue banget”
Membuat kerangka karangan dan mengembangkannya: Kini kita sampai
tahap akhir dalam menulis cerpen yaitu membuat kerangka karangan. Yang dimaksud kerangka karangan dalam pokok bahasan ini ialah skema urutan
cerita atau peristiwa yang akan dikembangkan menjadi cerpen. Tentu saja kerangka karangan harus disesuaikan dengan alur cerita yang telah
ditetapkan.
5. Cara Menulis Cerpen untuk Pemula
Berikut ini disajikan cara menulis cerpen yang disarankan untuk penulis pemula. Jika Anda akan membuat cerpen atau sedang memulai menulis cerpen, ada
baiknya Anda melangkah dari gambaran besar cerita yang ada di benak Anda. Gambaran besar cerita itu meliputi hal-hal berikut ini:
Buatlah tema dahulu. Misalnya: tentang perjuangan keras untuk untuk selalu
menjaga kesehatan setelah sempat menderita sakit yang menahun, hampir putus asa karena putus cinta, atau perjuangan mengembalikan kejayaan tim
sepak bola yang nyaris bubar.
Apa yang tokoh protagonis inginkan? Misalnya: seorang nelayan ingin
mendapat tangkapan ikan yang banyak, seorang pelajar ingin mendapat nilai ujian yang bagus, seorang suami di hari tuanya ingin dapat selalu
membahagiakan keluarganya.
Apa yang tokoh antagonis inginkan? Misalnya: seorang pendengki ingin
agar si nelayan tidak banyak mendapat ikan tangkapan, anak nakal selalu ingin menyontek dan menjahili si pintar, tetangga iri melihat keharmonisan
rumah tangga tetangga di sebelah rumahnya.
Ada masalah apa? Suami yang di-PHK mudah tersinggung, sehingga mudah
tersulut rasa amarahnya. Mulai bertindak kasar terhadap istri dan anaknya. Terjadi kekerasan dalam rumah tangga, sehingga tidak lagi ada
keharmonisan.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 10
Apa yang protagonis lakukan ketika klimaks? Gambaran ketika klimaks
terjadi, misalnya: tanpa diduga karena tidak pernah terjadi sebelumnya, suami melayangkan tangan kepada istri di depan anak-anaknya. Sebagai seorang
pencerita pemula, Anda harus mencari tahu apa yang akan terjadi ketika klimaks. Sebab Anda yang menciptakan ceritanya, maka Anda bebas
menentukan isi cerita, termasuk menentukan klimaksnya. Gambarkan bagaimana protagonis menghadapi antagonis.
Bagaimana simpulannya? Simpulan merupakan pengakhiran cerita.
Kekhasan pengarang terdapat pada pengakhiran cerita. Ada cerita yang dipilih oleh pengarangnya untuk berakhir dengan kebahagiaan, ada yang
berakhir dengan kedukaan.Namun ada pula yang mengambang, akhir di tangan pembaca untuk menentukannya. Pembaca diajak berpikir untuk
menentukan sendiri akhir cerita. Naning Pranoto 2004: 24-38 menambahkan bahwa ada enam cara yang dapat
dipergunakan untuk mulai menulis: 1. Tentukan gayaciri khas penulisan
2. Menggunakan kata-kata pilihan sesuai dengan jiwa kita 3. Perhatikan tata bahasa dan tanda baca
4. Hindari pembukaan yang bertele-tele 5. Jangan ragu-ragu dan malu-malu
6. Hindari merevisi sebelum tulisan selesai
Walaupun Anda sedang menulis karya sastra fiksi, Anda harus menuliskan kejadiannya seolah ada dalam kehidupan nyata. Bila bercerita tentang pelajar,
jangan lupa menggambarkan kelengkapannya, misalnya tentang ruang kelas, guru, lapangan olah raga, dan lain-lain. Jika bercerita tentang petualang,
gambarkan pula suasana hutan, sungai, bebatuan, dan lain-lain. Pada intinya, agar cerpen tampil menarik buatlah ceritanya menjadi hidup. Buatlah deskripsi
nyata tentang diri pelaku dan keadaan sekitarnya. Jangan jadikan cerita Anda gersang, kaku, yang berakibat tidak menarik minat pembaca.
6. Pembelajaran Menulis Cerpen
Pembelajaran apresiasi prosa dapat dilakukan sebagai berikut.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 11
Pertama; guru memilih sebuah cerita pendek yang sesuai dengan usia siswa, tingkat keterbacaan, dan nilai kehidupan. Mengingat waktu pembelajaran yang
sangat terbatas, harus dipilih sebuah cerpen yang tidak terlalu panjang. Guru hendaknya sudah membaca lebih dulu, materi cerita yang hendak dibahas
terutama struktur pembentuknya yang terdiri atas unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik terutama informasi tentang pengarang,
kepengarangan, dan karya-karya pengarang tersebut. Kedua; menugaskan siswa untuk membaca cerita pendek tersebut dengan cermat.
Andai cerita pendek tersebut cukup panjang, siswa diminta membaca dulu di rumah sebelum hari pembelajaran. Pada saat pembelajaran, guru mengajukan pertanyaan,
antara lain: Bagaimana kesan Anda setelah membaca cerpen tersebut? Nilai-nilai apa
sajakah yang Anda peroleh setelah membaca prosa tersebut? Jika tidak ada yang menjawab, guru melanjutkan dengan memberi
pertanyaan penegasan: Menarikkah ceritanya? Jawaban siswa mungkin bermacam-macam menarik, tidak menarik, membosankan, tidak tahu, dsb..
Berdasarkan jawaban tersebut, guru mengajak siswa untuk menelaahnya lebih jauh lagi.
Ketiga; guru membimbing siswa untuk selanjutnya menganalisis struktur prmbangun cerita, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan ini
dilakukan secara klasikal, dengan rnemanfaatkan interaksi guru-siswa, siswa- guru,dan siswa-siswa secara maksimal. Urutan penganalisisan, jenis
pertanyaan, dan pembimbingan dapat dilakukan sebagai berikut: 1. alur dan plot cerita
2. tokoh pendukung cerita dan wataknya 3. sudut pAndang atau pusat penceritaan
4. tema cerita dan amanat yang disampaikan 5. penggunaan bahasa dan gaya bahasa pengarang
6. unsur ekstrinsik yang menunjang cerita
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 12
Keempat; setelah analisis selesai dilakukan, setiap siswa diminta menyusun pendapatnya mengenai cerita tersebut secara lengkap disertai alasannya. Satu
atau dua siswa diminta membacakan pendapatnya di muka kelas. 4.
Teknik Menulis Prosa Evita, Kenangan Lama, Dia yang Malang, dan Reportase
Bagi sebagian orang, menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan terutama menulis prosa fiksi. Berikut ini dipaparkan teknik-teknik menulis prosa menurut
Sofia Mafaza: 1. Teknik Evita
2. Teknik Kenangan Lama 3. Teknik Dia yang Malang
4. Teknik Reportase Teknik Evita merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan siswa secara
langsung menjadi tokoh dalam suatu cerita yang akan ditulis. Langkah pertama; munculkan seorang tokoh bernama Evita, yang kelak akan dijadikan sebagai
objek konflik. Langkah kedua; siswa lain menjadi tokoh lain, yang terlibat dalam peristiwa dengan berdialog dengan tokoh lain. Selanjutnya; siswa diminta untuk
mengungkapkan kembali peritiwa yang baru saja mereka dialogkan, menjadi sebuah prosa. Diserahkan kepada masing-masing siswa akan memulai dari
peristiwa mana, yang penting dasar cerita mereka sesuai dengan konflik yang mereka dialogkan.
Teknik Kenangan Lama merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan memori kenangan yang paling berkesan dalam diri siswa. Kemampuan
menggali sesuatu yang pernah dialami dan keterampilan meramu konflik menjadi sebuah alur yang runtut, merupakan satu modal besar bagi siswa.
Teknik Dia yang Malang merupakan teknik menulis prosa dengan menceritakan teman, sahabat, atau orang lain yang mengalami peristiwa tragis atau
mengenaskan. Dalam teknik ini pigura cerita merupakan satu bagian yang
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 13
menarik untuk masuk ke inti cerita. Maksudnya, sebelum ke inti kemalangan, rangkaian alur diawali peristiwa pertemuan dengan tokoh yang malang.
Kemudian dia menceritakan, dan setelah itu mengakhiri dengan peristiwa perpisahan menggunakan latar yang sama saat pertemuan pertama. Jadi akhir
cerita berlatar sama dengan latar pertemuan. Teknik Reportase merupakan teknik ulasan dari peristiwa yang dilihat, baik
peristiwa dalam perjalanan maupun peristiwa berdasarkan pengalaman. Objek tempat dan konflik menjadi dasar untuk mengembangkannya menjadi sebuah
tulisan prosa.
D. Aktivitas Pembelajaran
Tahap 1. Persiapan Pembedahan Materi Mengapresiasi Karya Sastra secara
Reseptif dan Produktif. Langkah-langkah:
Pembentukan Kelompok
1. Peserta membentuk 4 empat kelompok, yaitu: 2 kelompok membahas teori prosa dan genre prosa, 2 kelompok lain membahas unsur intrinsik-ekstrinsik
prosa dan langkah-langkah menulis prosa. 2. Setiap kelompok diberi nama kelompok A, B, C, D sebagai kelompok asal.
3. Setiap anggota kelompok asal diberi kode A1, A2, A3, sampai A10; B1, B2, B3, sampai B10, dan seterusnya.
4. Setiap anggota dengan kode yang sama, misalnya A1 dan B1 berkumpul menjadi kelompok ahli, sehingga terbentuk 4 empat kelompok ahli.
5. Setiap kelompok ahli yang terbentuk diundi dan diberi nama sesuai dengan nama materi yang akan dibahas, yakni kelompok ahli teori dan genre prosa,
serta kelompok ahli materi unsur intrinsik dan ekstrinsik prosa.
Pelaksanaan Pembedahan Materi Mengapresiasi Karya Sastra
Setiap anggota dalam kelompok ahli membedah materi yang menjadi tanggung jawabnya. Ketika proses pembedahan, setiap anggota kelompok secara aktif
mengisi LK-01, LK-02, LK03 dan LK 04 pada modul pelatihan masing-masing.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi H 14
Penguatan oleh Guru
Langkah-langkah menulis prosa pada masing-masing materi pada setiap LK peserta.
Tahap 2. Sharing Hasil Pembedahan Langkah-langkah:
Kelompok ahli kembali ke kelompok asal 1. Setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal, sehingga kembali
membentuk tiga kelompok dengan keahlian yang berbeda-beda. Kelompok ahli berbagi ilmu ke kelompok asal
2. Setiap anggota kelompok ahli, secara bergantian, menyampaikansharing keahliannya tentang bab yang dibedah kepada anggota kelompok asal yang
lain, didampingi oleh fasilitator. Setiap anggota asal melengkapi LK-LK yang sama dari bab yang di-sharing oleh kelompok ahli.
Tahap 3. Diskusi Hasil Pembedahan Langkah-langkah:
1. Guru memimpin peserta untuk melakukan energizer 2. Guru dan siswa mendiskusikan berbagai hal tentang bab-bab yang dibedah.
3. Guru memberi penguatan. Tahap 4: Mengerjakan Tugas individu
E. Latihan Kasus Tugas