H
a :
b
2
≠0, artinya kesehatan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pada uji ini nilai t
hitung
akan dibandingkan dengan t
tabel
pada tingkat signifikan α = 5 . Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
a. Jika –t
tabel
≤ t
hitung
≤ t
tabel
atau nilai signifikan α ≥ 0,05, maka H diterima.
b. Jika t
hitung
-t
tabel
dan t
hitung
t
tabel
atau nilai signifikan α ≤ 0,05, maka H
a
diterima.
3.8.2.2.3 Uji Determinan R
2
Pengujian Koefisien determinasi dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan sampai seberapa jauh variabel-variabel bebas independent yang
digunakan dalam persamaan regresi mampu menjelaskan variabel terikat dependent. Dari penelitian ini R
2
menunjukkan bahwa variabel independen kemungkinan dapat menjelaskan bahwa perubahan naik turunnya variabel
dependen, dan merupakan pengaruh dari variabel independen diluar variabel yang dipakai dalam model regresi yang turut berpengaruh secara signifikan terhadap
perubahan nilai perusahaan. Apabila nilai R
2
suatu regresi mendekati satu, maka semakin baik regresi tersebut. Sebaliknya, semakin mendekati nol, maka variabel
bebas secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel terikat.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian di analisis dan diinterpretasikan
secara objektif. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan sedangkan variabel independen yaitu financial leverage dan
kesehatan perusahaan.
1. Financial Leverage DAR
Tabel 4.1 Financial Leverage DAR Perusahaan Manufaktur Tahun 2012 dan
2013
KETERANGAN Tahun
2012 2013
RATA-RATA 0,4630
0,4744 STANDAR DEVIASI
0,20268 0,22465
MAKSIMUM 0,9587
0,9861 MINIMUM
0,0194 0,0084
Sumber: www.idx.co.id data diolah Data lengkap mengenai financial leverage untuk sampel penelitian dapat
dilihat dalam lampiran 1. Tabel 4.1 menunjukkan perkembangan financial leverage yang diproksikan dengan debt to asset ratio DAR pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2013. Rata-rata financial leverage pada tahun 2012 adalah 46,3 dengan standar deviasi 0,20268 dan tahun 2013
adalah 47,44 dengan standar deviasi 0,22465. Rata-rata financial leverage yang dibawah 1 0,463 pada tahun 2012 dan
0,4744 pada tahun 2013 ini menunjukkan bahwa secara rerata, hutang perusahaan manufaktur di Indonesia pada tahun 2012 dan 2013 lebih kecil dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
asetnya. Rerata tersebut juga menunjukkan bahwa untuk pembiayaan asetnya, perusahaan manufaktur di Indonesia menggunakan sumber dana yang berasal dari
hutang sebesar 46,3 pada tahun 2012 dan 47,44 pada tahun 2013. Persentase penggunaan struktur modal dari hutang yang cukup besar ini mendekati 50
menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia pada tahun 2012 dan 2013 menganggap penggunaan hutang merupakan salah satu kebijakan yang baik.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai maksimum financial leverage untuk dua tahun penelitian berada di bawah 1. Hal ini menunjukkan bahwa
keseluruhan perusahaan manufaktur di Indonesia pada tahun 2012 dan 2013 memiliki kondisi financial leverage yang baik, dimana total aset masih lebih
tinggi dibandingkan total hutangnya. Pada tahun 2012, financial leverage tertinggi dimiliki oleh PT. Schering
Plough Indonesia, Tbk yaitu sebesar 95,87, hal ini dikarenakan PT. Schering lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan ekuitas sebagai sumber
pendanaannya. Sedangkan, financial leverage terendah dimiliki oleh PT. Itamaraya, Tbk yaitu sebesar 1,94, hal ini dikarenakan PT. Itmaraya lebih
banyak menggunakan ekuitas dibandingkan dengan menggunakan hutang. Pada tahun 2013, financial leverage tertinggi masih dimiliki oleh PT.
Schering Plough Indonesia , Tbk bahkan memiliki peningkatan yaitu sebesar
98,61 , hal ini disebabkan karena PT. Schering Plough Indonesia menggunakan hutang yang lebih besar dibandingkan ekuitasnya. Sedangkan, financial
leverage`terendah masih dimiliki oleh PT. Itmaraya, Tbk yaitu sebesar 0,84.
Universitas Sumatera Utara
2. Kesehatan Perusahaan Probabilitas Kesulitan Keuangan
Tabel 4.2 Kesehatan Perusahaan Probabilitas Kesulitan Keuangan Perusahaan
Manufaktur Tahun 2012 dan 2013
KETERANGAN Tahun
2012 2013
RATA-RATA 0,2414
0,2852 STANDAR DEVIASI
0,3335 0,3485
MAKSIMUM 0,9992
0,9999 MINIMUM
0,0000 0,0000
Sumber: www.idx.co.id data diolah
Data lengkap mengenai kesehatan perusahaan probabilitas kesulitan keuangan untuk sampel penelitian dapat dilihat dalam lampiran 1. Tabel 4.2
menunjukkan perkembangan kesehatan perusahaan yang diproksikan dengan probabilitas tingkat kesulitan keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI periode 2012-2013. Semakin rendah probabilitas kesulitan keuangan suatu perusahaan maka akan semakin baik kesehatan perusahaan
tersebut. Ekstrim 1 menunjukkan kesulitan keuangan, sedangkan ekstrim 0 menunjukkan tidak kesulitan keuangan. Rata-rata probabilitas kesulitan keuangan
pada tahun 2012 adalah 0,2414 dengan standar deviasi 0,3335 dan tahun 2013 adalah 0,2852 dengan standar deviasi 0,3485.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara rerata untuk dua tahun penelitian, angka kesulitan keuangan perusahaan manufaktur di Indonesia sekitar
0,2-0,3. Hal ini menunjukkan perusahaan-perusahaan tersebut sehat dengan angka probabilitas kesulitan keuangan yang mendekati 0. Hal ini sesuai dengan
perkembagan industri manufaktur yang baik pada tahun 2012-2013. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa secara umum perusahaan-perusahaan manufaktur yang
Universitas Sumatera Utara
terdaftar di BEI pada tahun 2012 dan 2013 merupakan perusahaan yang tergolong memiliki kesehatan yang baik.
Pada tahun 2012, probabilitas kesulitan keuangan tertinggi dimiliki oleh PT. Centex, Tbk yaitu sebesar 0,9992 ekstrim 1, dikarenakan PT.Centex
mengalami kerugian. Sedangkan, probabilitas kesulitan keuangan terendah dimiliki oleh PT. Itmaraya, Tbk yaitu sebesar 0,0000 ekstrim 0, dikarenakan PT.
Itmaraya memperoleh laba bersih yang positif. Pada tahun 2013, probabilitas kesulitan keuangan tertinggi dimiliki oleh
PT. Tirta Mahakam Resources Tbk yaitu sebesar 0,9999 ekstrim 1, karena PT.
Tirta mengalami kerugian. Sedangkan, probabilitas kesulitan keuangan terendah dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk yaitu sebesar 0,0000 ekstrim 0,
dikarenakan PT. Multi Bintang Indonesia berhasil memproleh laba bersih yang positif.
3. Nilai Perusahaan PBV
Tabel 4.3 Nilai Perusahaan PBV Perusahaan Manufaktur Tahun 2012 dan 2013
KETERANGAN Tahun
2012 2013
RATA-RATA 2,6436
2,7295 STANDAR DEVIASI
4,9870 5,782
MAKSIMUM 40,0884
46,6264 MINIMUM
0,0113 0,0782
Sumber: www.idx.co.id data diolah Data lengkap mengenai nilai perusahaan untuk sampel penelitian dapat
dilihat dalam lampiran 1. Tabel 4.3 menunjukkan perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2013. Nilai
perusahaan diukur dengan price book value merupakan rasio harga per lembar
Universitas Sumatera Utara
saham dengan nilai buku per lembar saham. Dapat dilihat rata-rata nilai perusahaan pada tahun 2012 adalah 2,6436 dengan standar deviasi 4,9870 dan
tahun 2013 adalah 2,7295 dengan standar deviasi 5,7821. Indikator nilai perusahaan baik apabila diukur dengan price book value
adalah apabila nilai perusahaan tersebut di atas 1. Hal ini menunjukkan pasar menganggap perusahaan tersebut memiliki prospek untuk berkembang ke
depannya sehingga bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan nilai yang seharusnya yang diukur dengan book value. Dari tabel
4.3 di atas dapat dilihat bahwa secara rerata nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 dan 2013 di atas 1 2,6436 pada tahun 2012 dan
2,7295 pada tahun 2013. Nilai perusahaan manufaktur 2013 juga mengalami peningkatan dibandingkan nilai pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan nilai
perusahaan yang terdaftar di BEI cukup baik dan industri manufaktur juga berkembang dari tahun ke tahun.
Namun, apabila kita lihat masih ada beberapa perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang dibawah 1. Hal ini kemungkinan disebabkan perusahaan-
perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang baru dan sedang berkembang. Untuk perusahaan-perusahaan yang sudah cukup lama dan memiliki nama baik di
industri seperti Unilever UNVR, HM Sampoerna HMSP, Multi Bintang Indonesia MLBI memiliki nilai yang sangat tinggi dibandingkan perusahaan-
perusahaan lain. Hal ini disebabkan kredibilitas perusahaan-perusahaan tersebut yang baik dan didukung oleh keuntungan perusahaan yang baik dari tahun ke
tahun.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2012, nilai perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT.
Unilever Indonesia, Tbk yaitu sebesar 40,0884, sedangkan nilai perusahaan terendah
dimiliki oleh PT. Nipress, Tbk yaitu sebesar 0,0113. Pada tahun 2013, nilai perusahaan tertinggi dimiliki oleh
PT. Unilever
Indonesia, Tbk yaitu sebesar 46,6264, sedangkan nilai perusahaan terendah dimiliki oleh PT. Nusantara Inti Corpora, Tbk yaitu sebesar 0,0782.
4.1.2 Analisis Regresi Linier Berganda
4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik