Proses Berdirinya Pesantren At-Thoyyibah Indonesia Tahun 1974

29

3.1 Proses Berdirinya Pesantren At-Thoyyibah Indonesia Tahun 1974

Didirikannya Pesantren At-Thoyyibah Indonesia pada mulanya adalah karena adanya ide-ide dari para tokoh yang kebanyakan berkecimpung dalam organisasi Muhammadiyah. Sebagai tindak lanjut untuk merealisasikan ide-ide para tokoh tersebut dalam mendirikan suatu lembaga pendidikan Islam, kemudian dicarilah sebuah lahan yang cocok untuk pendiriannya. Salah seorang tokoh masyarakat yaitu Harits Nasution yang mengetahui tentang ide-ide para tokoh Muhammadiyah ini kemudian menawarkan tanahnya yang berada di Pulo Padang. 34 Akan tetapi, lokasi yang sulit untuk dijangkau dan harus menyebrangi sungai dengan menggunakan sampan atau perahu sebagai sarana transportasi untuk melewatinya akhirnya keinginan tersebut pun diurungkan, karena jika didirikan lembaga pendidikan tentunya akan sulit diakses oleh masyarakat. 35 Setelah diperoleh lahan untuk pendirian lembaga pendidikan itu, maka para tokoh- tokoh Muhammadiyah kemudian membentuk suatu kepanitian dalam menangani pembangunan lembaga pendidikan tersebut. Tetapi, kepanitian yang telah terbentuk oleh para tokoh yang kebanyakan anggotanya adalah mereka yang tergabung ke dalam organisasi Muhammadiyah itu tidak berjalan mulus. Hal tersebut disebabkan karena adanya masalah intern dari mereka, seperti adanya kesibukan yang berbeda dari tokoh-tokohnya sehingga Selanjutnya, salah seorang tokoh Muhammadiyah yaitu Dahlan Lubis mewakafkan tanah miliknya yang berada di Pinang Lombang sebagai lokasi pendiriannya. Lokasinya yang strategis, tepat berada di pinggir jalan lintas, akhirnya dipilihlah Pinang Lombang yang terletak di Desa Sei Raja sebagai lokasi pendirian Lembaga Pendidikan Islam pada saat itu. 34 Wawancara dengan H. Budiman Munthe di Dusun Pinang Lombang pada tanggal 18 November 2012. 35 Wawancara dengan Ja’faruddin di Dusun Pinang Lombang pada tanggal 28 Oktober 2012. Universitas Sumatera Utara 30 tidak fokus dalam kepanitian yang sudah terbentuk. Dengan kondisi tersebut kekhawatiran ide mereka tidak bisa terealisasikan, maka salah seorang tokoh yaitu H. Adenan Lubis mengabil alih untuk membangun lembaga pendidikan yang sesuai dengan keinginannya. 36 Dengan modal harta yang dimilikinya serta sumbangan dari tokoh-tokoh Muhammadiyah, maka dimulailah pelaksanan pembangungan pesantren. Proses pembangunan Pesantren At-Thoyyibah Indonesia pada awalnya dibangun dengan sederhana. Pondok-pondoknya dibangun dengan menggunakan bahan-bahan kayu yang berbentuk persegi, terdiri dari beberapa bangunan yang beralaskan tanah, berdinding tepas, dan beratapkan rumbia. Kesederhanaan dari Pesantren At-Thoyyibah Indonesia ini terlihat dari bahan material yang digunakan untuk membangunnya pesantren tersebut, yang belum menggunakan semen sebagai bahan dasar bangunan. Selain itu, pembangunan pesantren pada saat itu tidak memerlukan pembiayaan yang besar karena jumlah santrinya yang tidak banyak maupun karena kebutuhan akan jenis dan jumlah alat-alat bangunan yang masih relatif kecil. Proses pembangunan yang berjalan selama dua tahun yaitu dari tahun 1972 sampai tahun 1974 akhirnya selesai. Peresmian pendirian pesantren dilakukan pada tanggal 5 Februari 1974. 37 Dalam perkembangannya banyak kendala-kendala yang dihadapi terutama dari kalangan masyarakat terutama masyarakat Pinang Lombang yang kurang antusias terhadap dunia pendidikan agama terutama pesantren. Masyarakat pada saat itu belum sepenuhnya mendukung lembaga pendidikan agama ini, terutama dari kaum tua. Bisa jadi, hal ini disebabkan karena masyarakat pada saat itu beranggapan bahwa Pesantren At-Thoyyibah 36 Wawancara dengan Hadlyn Yahmar di Dusun Pinang Lombang pada tanggal 18 November 2012. 37 Wawancara dengan Ayulidar Chaniago di PAI pada tanggal 30 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara 31 Indonesia adalah pesantren yang dipelopori oleh orang-orang Muhammadiyah. Diketahui, antara kaum tua dengan Muhammadiyah terjadi perselisihan sejak terjadinya Perang Padri di Minangkabau. Akan tetapi dengan tekad, dorongan, dan semangat dari para pendirinya akhirnya berdirilah Pesantren At-Thoyyibah Indonesia. Pada awal berdirinya Pesantren At-Thoyyibah Indonesia kondisinya masih sederhana. Fasilitas pada mulanya hanya terdiri dari asrama santri terutama bagian putera, 1 buah mesjid darurat yang terbuat dari dinding tepas, dan ruangan kelas. Segala sesuatu yang dibutuhkan para santri berupa perabot dibawa dari kampungnya, seperti tilam, selembar tikar dengan bantalnya, perlengkapan mandi, dan lain-lain. Selain itu, administrasi pesantren juga belum terbentuk sempurna. Pesantren juga masih disebut sebagai lembaga pendidikan dan belum menggunakan nama resmi PAI Pinang Lombang. Penerimaan para santri juga belum mempunyai peraturan-peraturan dan syarat-syarat yang tertulis, baik mengenai umurnya maupun kecakapannya untuk menjadi santri, karena tujuan yang pertama kali Pesantren At-Thoyyibah Indonesia ialah menciptakan generasi yang memiliki ilmu pengetahuan agama. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mempromosikan pesantren pada saat itu pun masih menggunakan komunikasi yang tradisional yaitu “dari mulut ke mulut”. Pesantren At-Thoyyibah Indonesia PAI tahun 1974 memiliki jumlah santri sebanyak 25 orang bagian putera saja, karena PAI baru menerima santri untuk Tsanawiyah setingkat SMP. Para santri yang masuk ke PAI masih berasal dari daerah yang dekat, seperti 9 santri berasal dari Pinang Lombang, 10 santri berasal dari Rantau Prapat, dan sisanya 6 santri berasal dari Aek Kanopan. 38 38 Sumber Data: Buku Induk Pesantren At-Thoyyibah Indonesia Pinang Lombang Tahun 1974. Tahun pertama dibukanya PAI hanya terdiri dari Universitas Sumatera Utara 32 tiga orang tenaga pengajar dan mereka termasuk tokoh-tokoh yang mendirikan pesantren, seperti H. Adenan Lubis, Ahmad Dahlan Lubis dan Marzuki Saleh.

3.2 Perkembangan Pesantren At-Thoyyibah Indonesia Tahun 1974-1997