Kegiatan Kurikuler, Ekstra Kurikuler, dan Keseharian

48

3.2.3 Kegiatan Kurikuler, Ekstra Kurikuler, dan Keseharian

Istilah kurikulum tidak diketemukan dalam kamus sebagian pesantren, walaupun materinya ada di dalam praktek pengajaran, bimbingan rohani dan latihan kecakapan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren, yang merupakan kesatuan dalam proses pendidikan di pesantren. Ini disebabkan karena memang pondok pesantren lama mempunyai kebiasaan untuk tidak merumuskan dasar dan tujuannya secara eksplisit, ataupun meruncingkannya secara tajam dalam bentuk kurikulum dengan rencana pelajarannya dan masa belajarnya. 65 Berbeda halnya dengan Pesantren At-Thoyyibah Indonesia yang merupakan pesantren modern. Pada awal dibukanya memang masih belum merumuskan kurikulumnya sebagai panduan dalam proses belajar-mengajar. Akan tetapi, sebagai sebuah lembaga pendidikan yang modern PAI menyesuaikannya dengan kurikulum nasional dan kurikulum pondok. Hal ini karena di PAI tidak hanya mengajarkan ilmu umum, tetapi juga mengajarkan ilmu agama. Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan kurikulum lebih ditekankan pada segi fungsional. Dengan demikian dapat dicapai tingkat relevansi antara pembinaan selama pendidikan dengan kebutuhan penggunaan dalam masyarakat. Lebih kurang 13 dari jam pelajaran diisi dengan kegiatan praktek dan 23 teori. Susunan mata pelajaran dalam pendidikan formal dalam kelompok dasar agama tersusun persentase 50 dan mata pelajaran umum tersusun persentase 50 , seperti terlihat dalam tabel berikut. 65 M. Dawam Rahardjo, op. cit., hal. 86. Universitas Sumatera Utara 49 Tabel 1 Daftar Mata Pelajaran Agama dan Mata Pelajaran Umum Tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah PAI Pinang Lombang NO MATA PELAJARAN AGAMA MATA PELAJARAN UMUM 1 Al-Qur’an Hadits Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 Aqidah Akhlak Bahasa Indonesia 3 Fiqh Matematika 4 Sejarah Kebudayaan Islam Ilmu Pengetahuan Alam IPA: 5 Bahasa Arab a. Biologi 6 Tauhid b. Kimia 7 Nahu c. Fisika 8 Shorof Kerajinan Tangan dan Kesenian 9 Qiraatul Kutub Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 10 Tafsir Bahasa Inggris 11 Faraid Teknologi Informasi dan Komunikasi 12 Mustholah Hadits Ilmu Pengetahuan Sosial IPS: 13 Balagho a. Ekonomi 14 Mantiq b. Sosiologi 15 Ushul Fiqh c. Antropologi d. Geografi Sumber: Kantor Pesantren At-Thoyyibah Indonesia Pinang Lombang Tahun 2000. Dari tabel diatas menunjukkan adanya pembagian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA, seperti Fisika, Kimia, dan Biologi. Untuk Ilmu Pengetahuan Sosial IPS, seperti Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, dan Sejarah. Hal ini disebabkan karena sudah terdapat pembagian jurusan untuk tingkat Madrasah Aliyah yang duduk di kelas VI. Di kelas ini pula mereka diharuskan menguasai mata pelajaran yang sesuai jurusannya masing- masing. Untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah dalam mata pelajaran umum mempelajari keduanya, yaitu IPA dan IPS. Akan tetapi, tidak semua bidang IPA dan IPS di pelajari di tingkat ini. Karena mereka masih dianggap sebagai kelas permulaan, mereka hanya Universitas Sumatera Utara 50 mempelajari mata pelajaran, seperti Biologi, Fisika, Sejarah, Ekonomi, dan Geografi. Begitu juga dengan mata pelajaran agama tidak semua dipelajari di tingkat ini, mereka hanya mempelajari mata pelajaran, seperti, Tauhid, Al-Qur’an Hadits, Fiqh, Nahu, Shorof, Tafsir, Bahasa Arab, dan Sejarah Kebudayaan Islam. selain itu, untuk mendapatkan ijazah para santri yang telah duduk di kelas III Tsanawiyah dan kelas VI Aliyah diharuskan mengikuti Ujian Nasional, sebagaimana yang dilaksanakan sekolah-sekolah pada umumnya. 66 Mengenai metode pengajarannya Pesantren At-Thoyyibah Indonesia menyesuaikannya dengan kebutuhan anak didik dan masyarakat. Metode weton dan sorogan yang lazimnya digunakan di pesantren mulai ditinggalkan atau didampingi dengan sistem madrasah, seperti kenaikan tingkat, pembagian kelas dan pembatasan masa belajar. 67 Pendidikan non formal yang dilakukan oleh Pesantren At-Thoyyibah Indonesia meliputi pendidikan yang sebagian tercakup dalam pendidikan ekstra kurikuler, dalam latihan atau kursus. Pendidikan non formal diadakan sebagai unsur pelengkap terhadap pendidikan formal. Efektivitasnya mulai nampak selama santri menempuh pendidikan seperti perubahan sikap, kemampuan dan pengetahuan. Pendidikan non formal dilakukan kepada santri dalam hal menyalurkan ekspresinya. Dalam hal ini, tersedia latihan-latihan berpidato, majalah dinding, menulis kaligrafi, latihan komputer, bernyanyi dan berolah raga. Olah raga Hal ini dimaksudkan agar perkembangannya nampak laju, terarah dan konsisten. 66 Sumber: Kantor Pesantren At-Thoyyibah Indonesia Pinang Lombang Tahun 2000. 67 Metode pengajaran yang lazim digunakan dalam pondok pesantren, terdiri dari metode sorogan dan wetonan. Adapun istilah sorogan berasal dari bahasa Jawa sorog yang berarti menyodorkan, santri menghadap guru seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Kiai membacakan pelajaran kemudian menterjemahkan dan menerangkan maksudnya. Sedangkan istilah wetonan berasal dari bahasa Jawa weton yang berarti waktu, sebab pengajarannya diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum dan sesudah melakukan shalat fardhu, lihat Marwan Saridjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Dharma Bakti, 1983, hal. 32. Universitas Sumatera Utara 51 selain untuk menumbuhkan kesehatan jasmani dan jiwa sportifitas, juga telah dipakai sebagai cara untuk bergaul dengan sesama pelajar dan pemuda sekitar pesantren. Kegiatan ekstra kurikuler yang sering dilakukan Pesantren At-Thoyyibah Indonesia untuk menambah pengetahuan dan pengalaman para santri-santrinya, seperti muhaadharah pertemuan, yaitu kegiatan yang dilaksanakan setiap minggunya oleh semua santri, baik santri putera maupun puteri dalam Aula PAI. Kegiatan ini mengajarkan para santri berpidato dengan menggunakan 3 bahasa, yaitu Bahasa Arab, Inggris dan Indonesia dengan bimbingan dan pengawasan dari para guru. Di samping itu, Pesantren At-Thoyyibah Indonesia juga aktif mengikuti perlombaan-perlombaan yang diadakan di dalam maupun di luar pesantren. Perlombaan yang diikuti seperti membaca Al-Qur’an, adzan, berpidato dengan menggunakan Bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia, berpuisi, olahraga, dan lain-lain. 68 Kehidupan sehari-hari para santri di Pesantren At-Thoyyibah Indonesia diatur menurut sebuah peraturan tata-tertib. Sejak mulai bangun tidur, para santri dididik untuk mengikuti peraturan jam bangun agar dapat mengikuti shalat subuh di mesjid secara berjama’ah, sampai waktu tidur yang ditentukan pada jam sepuluh malam. Bagi para santri Latihan berorganisasi dan memupuk jiwa bergotong royong telah menggunakan wadah Dewan Pelajar dan koperasi. Pengembangan jiwa kepemimpinan dan kemasyarakatan telah menemukan tempat yang baik dalam kedua wadah tersebut dan banyak kemajuan yang telah dicapai di dalamnya. Kegiatan koperasi ini telah memberikan jasanya dalam pendidikan non formal karena dalam wadah ini telah ditumbuhkan semangat gotong royong dan kemasyarakatan. 68 Selain muhadasah percakapan, muhadharah pertemuan, dan istimbath debat hukum, Pesantren At-Thoyyibah Indonesia juga melakukan kegiatan ekstra kurikuler untuk para santrinya, seperti Kegiatan 1 Muharram, yaitu kegiatan perlombaan antar santri PAI pada 1 Muharram, seperti membaca Al-Qur’an, adzan, berpidato, berpuisi, dan lain-lainnya. Universitas Sumatera Utara 52 baru, peraturan seperti ini sulit dilaksanakan, sebab mereka mempunyai kecenderungan untuk bangun siang dan tidur terlambat. Tetapi setelah melewati satu atau dua bulan mereka bisa menyesuaikan dengan mudah. Pada pagi hari setelah melaksanakan shalat subuh para santri masih harus melaksanakan kegiatan muhadasah percakapan, yaitu perkenalan terhadap kosakata baru dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Arab oleh santri-santri senior yang tergabung dalam organisasi Dewan Bahasa salah satu organisasi santri di PAI. Kegiatan ini berakhir pada pukul 06.30 pagi, setelah itu para santi mandi dan sarapan bersama di dapur umum bagi para santri putera sedangkan santri puteri sarapan di asrama. Pukul 07.00 pagi para santri harus berkumpul di lapangan sekolah untuk mengikuti apel pagi selama lima belas menit. Kemudian, para santri memasuki ruangan kelas untuk mengikuti pelajaran. Pelajaran di kelas dimulai pukul 07.30 dan berakhir pukul 12.45. ruangan kelas terletak tidak jauh dari asrama, masing-masing terletak pada bangunan sendiri- sendiri, yaitu kelompok asrama dan rumah guru dan kelompok bangunan pendidikan termasuk perpustakaan, kantor, dan lapangan olahraga. Selama pengajar belum datang para santri dianjurkan menggunakan waktunya untuk membaca. Keterlambatan guru sering tidak bisa dihindari, karena adanya sebagian guru tidak tetap honorer yang bertempat tinggal jauh dari pesantren, kira-kira 13 kilometer jauhnya dan datang dengan menggunakan kendaraan umum. 69 69 Para guru Pesantren At-Thoyyibah Indonesia terdiri dari guru tetap, yaitu guru yang mengajar dan tinggal di kompleks PAI, dan guru honor yaitu guru yang mengajar di PAI, tetapi tidak tinggal di kompleks PAI, dan kebanyakan guru ini bertempat tinggal di ibukota kabupaten yang jaraknya lebih kurang 13 kilometer dengan menggunakan kendaraan umum. Oleh karena itu, untuk sampai di Pesantren At-Thoyyibah Indonesia sering terjadi keterlambatan. Universitas Sumatera Utara 53 Menjelang shalat dzuhur, usai pelajaran di kelas, santri serta ustadz menuju ke mesjid untuk melaksanakan shalat berjamaah di bawah pimpinan imam mesjid biasanya dilakukan oleh santri. Makan siang segera menyusul dan istirahat siang tiba sampai pukul 15.00 sore. Setelah melaksanakan shalat ashar berjamaah, tibalah waktunya bagi para santri mengadakan kegiatan ekstra-kurikulernya, seperti menjaga warung koperasi atau berolah raga. Seringkali diadakan pertandingan dengan santri-santri di PAI atau dengan pesantren lain. Pada waktu malam para santri diwajibkan belajar dan mengaji di mesjid dari sebelum shalat Magrib dan setelah shalat Isya hingga pukul 21.00 malam. Datanglah kemudian waktu tidur pada pukul sepuluh malam, dan setiap santri tidur di asrama masing-masing. Pada hari Jum’at, pesantren libur dan para santri diperbolehkan untuk ijin untuk pulang dan harus kembali keesokan harinya. Bagi santri yang rumahnya cukup jauh dan tidak bisa pulang terkadang keluarganya datang menengok dan membawa berita dari kampung. Mengenai hal yang berhubungan dengan teknologi maupun informasi, pihak pesantren memang tidak mengekang para santri untuk memperolehnya. Untuk informasi sendiri, pihak pesantren menyediakan tempat untuk mengakses informasi dunia luar, yaitu berupa majalah dinding. Sebuah dinding khusus yang ditempel surat kabar, di sinilah para santri bisa mengetahui perkembangan dunia luar. Sementara itu, untuk hiburan, bagi mereka yang memiliki kemampuan finansial yang lebih diperbolehkan membawa radio masing- masing di kamar. Untuk mendengarkan radio ini pihak pesantren juga menerapkan jam khusus, yaitu ketika mereka memiliki jam luang yang memang diperuntukkan untuk santai. Di luar dari waktu yang sudah ditentukan tersebut para santri dilarang menghidupkan radio atau pun mendengarkan musik. Radio merupakan salah satu sarana yang digunakan para santri untuk mengakses berita mengenai dunia luar. Dengan cara ini mereka tetap bisa Universitas Sumatera Utara 54 mengikuti perkembangan dunia luar, dan tetap bisa menjadi seorang siswa layaknya siswa pada sekolah formal lainnya yang tidak ketinggalan zaman. Jadi, kehidupan di pesantren ini cukup menarik, sebab ketika mereka berada dalam lingkungan proses belajar mengajar, mereka adalah umat Islam yang tergabung dalam satu kesatuan yaitu keluarga besar pondok Pesantren At-Toyyibah Indonesia. Sebuah pesantren yang berada di sebuah dusun, Pinang Lombang yang dengan segala kharismanya memancarkan cahaya Islami, menciptakan generasi muslim yang menghargai perbedaan baik sesama Islam atau pun antar umat beragama lainnya. Sebuah kondisi di mana perbedaan itu menjadi indah, di tengah maraknya pergolakan yang terjadi di negeri ini, di mana sesama Islam yang menuduh yang benar dan yang salah dan cenderung meributkan soal paham- paham yang mereka anggap paling benar. Padahal pada intinya mereka adalah satu, satu saudara, yaitu umat Islam. Bahkan, Rasulullah sekali pun juga menyatakan bahwa sesama Islam adalah saudara. Jadi, tidak ada lagi keraguan untuk saling menganggap diri paling benar. Kehidupan di Pesantren At-Thoyyibah Indonesia merupakan sebuah gambaran kecil di mana semua paham-paham melebur menjadi satu. Mereka tidak merasa didoktrin oleh paham tertentu, sebuah demokrasi yang sudah cukup berhasil yang dibangun sejak awal oleh H. Adenan Lubis.

3.2.4 Guru