36
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan semakin tingginya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pihak pesantren, seperti biaya makan sehari-hari seluruh warga
pondok, biaya listrik, gaji para guru, dan lain-lain. Dengan dana inilah pesantren menjalankan roda kehidupan pesantren. Terkadang, mereka juga mendapat tambahan dari
para alumni yang memang masih peduli dengan keberlangsungan pesantren. Biasanya dana yang disumbangkan dari para alumni berupa uang yang tidak diketahui secara pasti
jumlahnya, dan diperkirakan jumlahnya hingga jutaan rupiah.
46
Ada juga dana tambahan atau bantuan dana dari pejabat yang diundang dalam acara-acara tertentu yang diselenggarakan
pesantren, seperti hari jadi pesantren. Pada saat perayaan hari jadi pesantren, biasanya pejabat yang berwenang juga diundang yaitu bupati Labuhan Batu. Bantuan ini biasanya berupa
finansial atau material bangunan, seperti pasir, batu, semen, seng, dan lain-lain.
47
Pesantren At-Thoyyibah Indonesia menyelenggarakan pendidikan yang terdiri dari dua tingkatan yaitu tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Pada awal
berdirinya pesantren tahun 1974 hingga tahun 1976 jenjang pendidikan pesantren masih belum memiliki garis batas yang jelas antara tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Pendidikan di
Pesantren At-Thoyyibah Indonesia awalnya berjalan dalam proses pengajaran selama 7 tahun.
3.2.1 Struktur dan Manajemen
48
46
Ibid.
47
Ibid.
48
Wawancara dengan Ir. Muhibbin Mahmud di Medan pada tanggal 28 April 2013.
Setelah tahun 1980, dengan adanya ketentuan dari pemerintah, khususnya Kementerian Agama Republik Indonesia yang merumuskan kurikulum pendidikan, maka
PAI mengikuti dan melaksanakan kurikulum tersebut di mana terdapat dua tingkat pendidikan, yaitu Madrasah Tsanawiyah atau jenjang kelas setingkat SMP yang dijalankan
Universitas Sumatera Utara
37
selama tiga tahun yang terdiri dari kelas 1, 2, dan 3. Madrasah Aliyah atau jenjang kelas setingkat SMA yang juga dijalankan selama tiga tahun yang terdiri dari kelas 4, 5, dan 6.
Untuk santri yang telah memasuki kelas 6 Aliyah terdapat program pembagian jurusan, seperti jurusan IPA Ilmu Pengetahuan Alam, dan jurusan IPS Ilmu Pengetahuan Sosial.
Di sinilah salah satu perbedaan antara sistem pendidikan pondok tradisional dengan sistem pendidikan pondok modern yaitu adanya bentuk penjenjangan kelas dan dalam jangka waktu
tertentu.
49
Dalam struktur organisasi Pesantren At-Thoyyibah Indonesia juga dibentuk dimulai dari yang paling atas, yaitu pemilik yayasan sampai tingkat yang paling bawah yaitu santri
itu sendiri seperti terlihat dalam bagan berikut. Untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah dan tingkat Aliyah dipimpin oleh masing-
masing kepala sekolah atau kepala madrasah dengan dibantu oleh wakil kepala yang disebut Pembantu Kepala Madrasah PKM yang terdiri dari dua orang dengan dua kegiatan yang
berbeda, yaitu PKM I yang memiliki tugas mengelola bidang pendidikan, pengajaran dan kurikulum sedangkan PKM II bertanggung jawab dalam bidang kegiatan kesiswaan atau
kesantrian.
50
49
Berdasarkan Peraturan Pemerintah dengan Keputusan Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang melakukan pembaharuan terhadap kurikulum pesantren, terdapat
kesamaan antara Madrasah Tsanawiyah dengan SMP dan Madrasah Aliyah dengan SMA. Pengertian madrasah adalah lembaga pendidikan agama Islam yang di dalam kurikulumnya memuat materi pelajaran agama dan
pelajaran umum, mata pelajaran agama pada madrasah lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran pada sekolah umum, lihat Kafrawi MA., pembaharuan Sistim Pendidikan Pondok Pesantren Sebagai usaha
peningkatan prestasi kerja dan pembinaan kesatuan Bangsa, Jakarta: P.T. Cemara Indah, 1978, hal. 103.
50
Struktur organisasi Pesantren At-Thoyyibah Indonesia baru terbentuk pada tahun 1985.
Universitas Sumatera Utara
38
Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah PAI Pinang Lombang
51
51
Sumber: Kantor Pesantren At-Thoyyibah Indonesia Pinang Lombang Tahun 1985.
PIMPINAN PESANTREN
KEPALA MADRASAH
PKM I
WALI KELAS
PKM II KEPALA
TATAUSAHA
GURU GURU BP
TATA USAHA
SISWA
Universitas Sumatera Utara
39
Wewenang dari pimpinan mengalir secara langsung kepada para kepala yang memimpin tiap-tiap organisasi. Masing-masing kepala organisasi memegang wewenang dan
tanggung jawab penuh mengenai segala hal termasuk bidang kerja, dengan demikian para pelaksana di bawahnya menerima petunjuk langsung dari kepala organisasi yang
bertanggung jawab kepadanya. Namun demikian hal ini tidak menyebabkan kehidupan di pesantren memiliki birokrasi yang rumit. Semua berjalan lancar dan semua memiliki tugas
masing-masing dalam menjalankan kehidupan di pesantren. Hal inilah yang menunjang kelancaran kehidupan di Pesantren At-Thoyyibah Indonesia Pinang Lombang. Tata tertib
diatur sedemikian rupa, pesantren memiliki aturan yang jelas dan semua urusan sudah ada masing-masing orang yang memegang kendali atas itu. Semua bekerja sama dalam satu
kesatuan yaitu keluarga besar Pondok Pesantren At-Thoyyibah Indonesia. Bentuk dan tanggung jawab dalam struktur organisasi di Pesantren At-Thoyyibah
Indonesia tidak mengalami perubahan hingga meninggalnya H. Adenan Lubis tahun 1997, dan digantikan oleh H.Tamsil Lubis.
52
Untuk para pelajar sendiri, mereka juga memiliki struktur organisasi, untuk sekolah formal pada masa sekarang disebut Organisasi Siswa Intra Sekolah OSIS. Pembentukan
organisasi pelajar ini dimulai pada tahun 1976. Secara kebetulan yang terlibat dalam kepengurusan
organisasi pesantren adalah mereka yang memiliki hubungan dekat atau keluarga dari H. Adenan Lubis. Tetapi, hal ini juga tidak tertutup untuk kalangan luar untuk terlibat dalam
kepengurusan organisasi di Pesantren At-Thoyyibah Indonesia.
53
52
Wawancara dengan H. Abdul Hadi, L.c di Kantor Pesantren At-Thoyyibah Indonesia pada tanggal 15 Mei 2013.
53
Wawancara dengan Ir. Muhibbin Mahmud, M.B.A., di Medan pada tanggal 28 April 2013.
Di PAI juga ada organisasi semacam ini, yang membantu pihak pesantren mengatur kehidupan di pesantren yang disebut dengan DP
Universitas Sumatera Utara
40
Dewan Pelajar. Segala aktifitas pelajar diatur oleh organisasi pelajar dengan bimbingan dan pengawasan para pengasuh serta para guru. Dengan adanya bimbingan dan pengawasan dari
para guru akan terjalin suatu hubungan interaksi antara guru dan murid. Pertemuan antara murid dan guru tidak terbatas pada jam-jam di kelas saja. Kesempatan yang belum ada di
kelas dapat dilanjutkan di luar kelas, di mana guru dan murid berada dalam satu kompleks, yaitu kompleks Pesantren At-Thoyyibah Indonesia. Tidak hanya persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan pengajaran di kelas saja hubungan antara guru dan murid terjalin, tetapi kesulitan-kesulitan yang timbul di luar kelas dapat dibicarakan kepada guru.
54
a. Dewan Keamanan: bertanggung jawab atas keamanan seluruh pelajar, mengatur dan
mengawasi jalannya disiplin baik di sekolah, asrama, mesjid, dapur, dan lain-lain. Organisasi pelajar di Pesantren At-Thoyyibah Indonesia dipimpin oleh pelajar-pelajar
sendiri. Pengurusnya dipilih dengan pemilihan umum demokratis yang diadakan tiap-tiap tahun. Hal ini dimaksudkan supaya pengalaman memimpin organisasi dapat merata, tidak
hanya dimiliki oleh beberapa orang saja. Organisasi pelajar bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan gerak-gerik, tata tertib, dan disiplin seluruh pelajar. Atas
dasar itu, untuk memudahkan jalannya organisasi dan meringankan tanggung jawab, diadakan bagian-bagian yang disertai tugas-tugas khusus mengurus suatu bidang aktifitas,
seperti:
b. Dewan Kesehatan: menyediakan obat-obatan untuk kepentingan para pelajar,
mengadakan suntikan-suntikan dengan mendatangkan para ahli dalam bidang kesehatan dan sebagainya.
54
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
41
c. Dewan Olah Raga: mengatur segala macam permainan olah raga para pelajar dengan
segala alat perlengkapannya, mengadakan latihan-latihan dan pertandingan- pertandingan, baik ke luar maupun ke dalam lingkungan pesantren.
d. Dewan Bahasa: mengawasi jalannya bahasa yang digunakan di lingkungan pesantren,
seperti penggunaan bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. e.
Dewan Kesenian: menyelenggarakan latihan-latihan dalam bidang kesenian, mengatur dan mengawasi klub musik, mengisi hiburan pada waktu-waktu tertentu seperti hari
jadi pesantren, dan sebagainya. f.
Dewan Koperasi: mengurusi berbagai macam keperluan para pelajar di pesantren. g.
Dewan Dapur: mengurus perlengkapan dapur bagi seluruh warga Pesantren At- Thoyyibah Indonesia.
55
Organisasi pelajar ini terus berubah-ubah sesuai dengan perkembangan gerakan pelajar itu sendiri. Selain itu, jumlah santri juga mempengaruhi perubahan serta pembagian
tugas tiap-tiap dewan pelajar. Dengan banyak jumlah santri yang masuk ke Pesantren At- Thoyyibah Indonesia Tahun 1995, tentunya dewan pelajar merasa perlu untuk menambah
anggota yang bertanggung jawab untuk mengatur segala keamanan dan aktifitas lainnya untuk santri-santri tersebut. Segala sesuatu tentang kehidupan pelajar di Pesantren At-
Thoyyibah Indonesia diatur demikian dengan maksud untuk pendidikan dan pengajaran. Dalam pengelolaan manajemen Pesantren At-Thoyyibah Indonesia sepenuhnya
dilaksanakan oleh pendiri pondok dalam hal ini adalah H. Adenan Lubis. Beliau adalah pemimpin tunggal yang memegang wewenang hampir mutlak. Ia merupakan kekuasaan
55
Pembagian organisasi Dewan Pelajar DP PAI tercantum dalam buku TATIB Tata Tertib santri, baik santri putera maupun santri puteri dan merupakan hasil musyawarah Dewan Pelajar tentang peraturan
yang harus dipatuhi dan sanksi-sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran peraturan.
Universitas Sumatera Utara
42
tunggal yang mengendalikan sumber-sumber, terutama pengetahuan dan wibawa yang merupakan sandaran bagi para santrinya. Oleh karena itu beliau menjadi tokoh yang
melayani sekaligus melindungi para santrinya. Selain itu, beliau juga menguasai dan mengendalikan seluruh sektor kehidupan
pesantren. Ustadz, apalagi santri, baru berani melakukan sesuatu tindakan di luar kebiasaan setelah mendapat restu darinya. Beliau ibarat raja, segala titahnya menjadi peraturan baik
tertulis maupun konvensi yang berlaku di Pesantren At-Thoyyibah Indonesia. Ia memiliki hak untuk menjatuhkan hukuman terhadap santri-santri yang melanggar ketentuan-ketentuan
titahnya menurut kaidah-kaidah normatif yang mentradisi di pesantren ini.
56
Dengan demikian, H. Adenan Lubis memiliki kedudukan ganda yaitu sebagai pengasuh sekaligus pemilik pesantren. Secara kultural kedudukan ini sama dengan
kedudukan bangsa feodal yang biasa dikenal dengan nama kanjeng di Pulau Jawa. Ia dianggap memilki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain di sekitarnya. Atas dasar ini
hampir setiap kyai yang ternama beredar legenda tentang keampuhannya yang secara umum bersifat magis.
57
Pola kepemimpinan di Pesantren At-Thoyyibah Indonesia yang merupakan kepemimpinan personal ini selanjutnya berubah menjadi sebuah kepemimpinan yang
dipegang secara kolektif yayasan sekitar tahun 1980-an. Hal ini sesuai peraturan
56
Kekuasaan H. Adenan Lubis merupakan hirarki satu-satunya yang secara eksplisit diakui dalam lingkungan Pesantren At-Thoyyibah Indonesia. Kekuasaan seorang kiai ini yang membedakan pesantren dari
kehidupan umum di sekitarnya, lihat Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, Jakarta: CV. Dharma Bakti, 1995, hal.14.
57
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2000, hal 31.
Universitas Sumatera Utara
43
Departemen Agama RI agar lembaga pendidikan agama berbadan hukum.
58
Keberadaan yayasan di Pesantren At-Thoyyibah Indonesia mengubah mekanisme manajerial pesantren. Walaupun peran beliau masih dominan, otoritas tidak lagi bersifat
mutlak di tangan H. Adenan Lubis. Kepengurusan bersifat kolektif ditangani bersama menurut pembagian tugas masing-masing individu. Secara formal, H. Adenan Lubis tidak
lagi berkuasa mutlak. Wewenang mutlak harus ditransfer menjadi wewenang kolektif sebagai hak yayasan. Ketentuan yang menyangkut kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikan
merupakan konsesus semua pihak. Yayasan memiliki peran yang cukup besar dalam pembagian tugas-tugas yang terkait dengan kelangsungan pendidikan pesantren. Secara
internal di PAI terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab antara lain untuk pengelolaan proses belajar-mengajar di tingkat Tsanawiyah dan Aliyah dipegang oleh seorang kepala
Madrasah yang diangkat dan ditunjuk oleh H. Adenan Lubis dari kalangan ustadz atau guru pesantren. Di samping itu pula terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab seperti, petugas
logistik, administrasi umum, dan penyedia makan para santri dan para guru yang ada di PAI, sedangkan dalam pengelolaan pendidikan dalam proses belajar-mengajar di PAI
dilaksanakan oleh Kepala Madrasah yang dibantu oleh Dewan Guru dan santri. Perkembangan
semacam ini membuat pesantren menjadi organisasi impersonal.
59
Perubahan kepemimpinan pesantren dari individual menuju kolektif ini kelihatannya sederhana. Padahal perubahan ini juga berpengaruh pada hubungan pesantren dengan
masyarakat. Kalau semula hubungan tersebut bersifat patron-klien, yakni seorang kiai
58
Sebagai salah satu usaha pemerintah Departemen Agama RI dalam melakukan pembaharuan pondok pesantren menganjurkan bentuk yayasan sebagai badan hukum sekitar tahun 1978, lihat Suprayitno,
Tuan Guru Syekh ABD. Wahab Rokan dan Pesantren Babussalam Langkat 1945-1975, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan, 1987, hal. 79.
59
Wawancara dengan Hadlyn Yahmar di Dusun Pinang Lombang pada tanggal 18 November 2012.
Universitas Sumatera Utara
44
dengan karisma besar berhubungan dengan masyarakat luas yang menghormatinya. Sekarang, hubungan semacam itu menipis. Justru yang berkembang adalah hubungan
kelembagaan antara pesantren dengan masyarakat. Demikian juga dengan bentuk-bentuk kegiatan atau tindakan lainnya seperti pernyataan tentang sesuatu hal dari pesantren selalu
mengatasnamakan lembaga. Keterikatan kyai maupun ustadz pada instansi terasa lebih tinggi dalam pesantren model kepemimpinan kolektif daripada pesantren model kepemimpinan
model individual. Dalam pesantren dengan kepemimpinan kolektif ini, kyai dan ustadz merupakan satu team work yang kompak.
60
Seiring dengan kebutuhan tingkat pendidikan yang lebih tinggi di lingkungan pesantren yang kian terasa, sementara tingkat pendidikan yang sudah ada tidak dapat lagi
menampung para santri-santrinya, maka pondok pesantren ini mulai melakukan pembenahan. Hal ini dimulai dengan penambahan areal pesantren yaitu dari 2 hektar menjadi 5 hektar.
Areal ini dibeli dari warga, dan digunakan untuk pembangunan pesantren. Dengan meningkatnya jumlah santri ini pada tahun 1980, Pesantren At-Thoyyibah Indonesia PAI
mulai memperbaharui fisik bangunan, yang pada awal dibukanya hanya berlantai tanah dan beratapkan rumbia menjadi bangunan yang terbuat dari semen. Usaha menambah gedung dan
menambah alat-alat perlengkapan mulai berjalan dan bangunan-bangunan sebelumnya diganti dengan bengunan yang permanen.
3.2.2 Bangunan