Rumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Tinjauan Pustaka.

6 sebelumnya, namun hal tersebut tidak berpengaruh banyak dengan kebanyakan orang-orang yang melakukan tindakan kriminalitas tersebut. Masyarakat Dusun Pinang Lombang dianggap jauh dari nilai-nilai agama, dan hanya sebagian kecil saja dari mereka yang dekat dengan nilai agama, yaitu mereka yang menganut Terekat Naqsabandiyah. Dipilihnya Dusun Pinang Lombang sebagai lokasi pendirian Pesantren At-Thoyyibah Indonesia sebenarnya cukup menarik karena wilayah ini sebelumnya lebih dikenal dengan kriminalitasnya, padahal sebagian besar masyarakatnya juga menganut Tarekat Naqsabandiyah. Berdasarkan alasan inilah membuat penulis tertarik meneliti Pesantren At- Thoyyibah Indonesia dengan judul “Eksistensi Pesantren At-Thoyyibah Indonesia Pinang Lombang di Desa Sei Raja Labuhan Batu Tahun 1974-2000”. Dalam penelitian ini penulis memberi batasan waktu yaitu sekitar tahun 1974 yang merupakan tahun dimana awal berdirinya Pondok Pesantren At-Thoyyibah Indonesia di Labuhan Batu. Tahun 2000 merupakan kondisi pesantren mulai mengalami penurunan. Hal tersebut mulai nampak dengan menurunnya jumlah santri sekitar tiga puluh persen terutama setelah pemimpin pesantren meninggal dunia. 8 Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah di sekitar latar belakang didirikannya Pesantren At-Thoyyibah Indonesia, keberadaannya serta kontribusinya untuk Rentang waktu antara tahun 1974 sampai 2000 adalah masa dimana penulis membahas bagaimana keberadaan Pesantren At-Thoyyibah Indonesia di Dusun Pinang Lombang.

1.2 Rumusan Masalah

8 Wawancara dengan Hadlyn Yahmar di Dusun Pinang Lombang pada tanggal 18 November 2012. Universitas Sumatera Utara 7 masyarakat sekitar selama periode 1974-2000. Untuk mempermudah memahami permasalahan dalam penelitian ini, maka hal-hal yang dibicarakan berupa: 1. Apa latar belakang didirikannya Pondok Pesantren At-Thoyyibah Indonesia di Dusun Pinang Lombang Desa Sei Raja? 2. Bagaimana keberadaan Pesantren At-Thoyyibah Indonesia Dusun Pinang Lombang selama tahun 1974-2000? 3. Apa kontribusi Pesantren At-Thoyyibah Indonesia bagi masyarakat sekitar?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Setelah menetapkan apa yang menjadi pokok permasalahan yang dibahas oleh penulis, selanjutnya adalah apa yang menjadi tujuan penelitian dalam melakukan penelitian ini serta manfaat yang dapat dipetik. Ada pun tujuan penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan latar belakang didirikannya Pondok Pesantren At-Thoyyibah Indonesia di Dusun Pinang Lombang Desa Sei Raja. 2. Menjelaskan keberadaan Pesantren At-Thoyyibah Indonesia dari tahun 1974-2000. 3. Menjelaskan kontribusi Pesantren At-Thoyyibah Indonesia bagi Desa Sei Raja. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi masyarakat khususnya, akan mengetahui bagaimana sejarah awal berdirinya Pesantren At-Thoyyibah Indonesia dan dapat mengetahui bagaimana perkembangan pendidikan Islam di daerah mereka. Universitas Sumatera Utara 8 2. Bagi pemerintah, perkembangan pendidikan Islam di Labuhan Batu dapat ditinjau dari seberapa banyak berdirinya pesantren dan seberapa besar minat masyarakat menyekolahkan anak-anak mereka ke sana. 3. Dapat menjadi acuan bagi para penulis yang lain manakala penelitian ini dirasa perlu penyempurnaan. 4. Bagi Pesantren At-Thoyyibah Indonesia, dapat menjadi cerminan untuk terus menata diri sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik sebagai sebuah lembaga pendidikan agama.

1.4 Tinjauan Pustaka.

Terdapat beberapa literatur yang digunakan dalam mendukung penelitian ini. Pertama, karya Abdurrahman Wahid, dkk., dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1974 oleh penerbit LP3ES dengan judul “Pesantren dan Pembaharuan” yang menjelaskan bagaimana awalnya pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam serta perkembangan pondok pesantren itu sendiri. Kemudian dijelaskan juga bagaimana peran seorang kiai sebagai pemimpin pesantren yang empunya kuasa dan pengaruh di lingkungan pesantren tersebut. Buku ini juga menjelaskan bagaimana sistem pendidikan pondok pesantren, baik yang tradisional maupun yang modern. Buku ini memiliki keterkaitan dengan penelitian ini terutama tidak terlepasnya peranan seorang kiai sebagai pimpinan pesantren. Di saat seorang pemimpin tersebut meninggal, pesantren yang ditinggalkannya mengalami penurunan. Hal tersebut membuktikan bahwa Pesantren Modern tidak terlepas dari ketradisionalannya, yaitu peranan seorang kiai atau pemimpin. Universitas Sumatera Utara 9 Kedua, Marwan Suridjo, dkk., dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1983 oleh penerbit Dharma Bhakti dengan judul “Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia”. Buku ini sangat membantu peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana perkembangan pesantren-pesantren yang terdapat di Indonesia. Dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana pondok pesantren pada permulaan perkembangan Islam yang diawali dengan masuknya Islam pertama kali, kemudian juga peranan paranan para Wali Songo dalam penyiaran Islam terutama di Pulau Jawa. Selain itu dijelaskan juga pondok pesantren ketika masa penjajahan Belanda dan juga pondok pesantren pasca kemerdekaan Indonesia serta beberapa contoh pondok pesantren terkenal di Indonesia. Ketiga, Kafrawi dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1978 oleh penerbit P.T. Cemara Indah dengan judul “Pembaharuan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Sebagai Usaha Peningkatan Prestasi Kerja dan Pembinaan Kesatuan Bangsa”. Buku menguraikan secara jelas bagaimana sejarah pertumbuhan pesantren dan juga peranan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam. Selain itu juga dijelaskan bagaimana kurikulum pesantren berdasarkan zamannya dan lebih mendalam lagi dijabarkan bagaimana alumni-alumni pesantren dalam memperoleh kesempatan kerja. Keempat, Ahmad Musthofa Haroen, dkk., dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 2009 oleh penerbit CV. Maloho Jaya Abadi “Khazanah Intelektual Pesantren”. Dalam buku ini dijelaskan mengenai bagaimana intelektual murid-murid pesantren dalam menghadapi dunia di luar kehidupan pondok. Buku ini juga membahas mengenai mazhab-mazhab yang berlaku di Indonesia yang secara mendalam dipelajari di lingkungan pesantren. Di samping itu dijelaskan juga bagaimana kehidupan pesantren dan pluralisme yang ada di luar pesantren. Hal ini berkaitan dengan hubungan masyarakat ataupun warga pondok pesantren Universitas Sumatera Utara 10 dengan kehidupan di luar pesantren. Selain itu juga dibahas mengenai kesetaraan gender yang dibahas secara mendalam. Walaupun dalam Islam laki-laki diakui sebagai seorang imam, tetapi tetap saja kesetaraan gender itu perlu diperhatikan. Buku tersebut memiliki keterkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti tentang adanya hubungan dari dalam dan luar pesantren. Akhirnya kelima, Hasan Langgulung dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1988 oleh penerbit Pustaka Al Husna yang berjudul “ Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke- 21, menguraikan bagaimana sejarah pendidikan Islam dari masa Islam di daratan Arab hingga sampai ke Indonesia. Dalam buku ini juga dijabarkan mengenai sarana pendidikan Islam yang merupakan tempat dimana generasi muda menimba ilmu ajaran Islam secara mendalam. Pendidikan Islam di Indonesia, seperti juga di bagian dunia Islam lainnya berjalan menurut rentak gerakan Islam pada umumnya, dalam politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. Dalam buku ini juga dijabarkan bagaimana perkembangan pendidikan Islam pada permulaan abad ke-20, juga bagaimana perjalanan pondok pesantren di Indonesia.

1.5 Metode Penelitian.