BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi di kawasan Asia, berkat keberhasilan mengembangkan dan
melaksanakan sistem demokrasi. Meskipun pada kenyataannya tidak ada tolok ukur tunggal dalam menghitung kemajuan demokrasi, namun Indonesia kerap kali
dijadikan contoh negara non-barat yang berhasil menerapkan sistem demokrasi di dunia internasional. Harus diakui, ‘kompetisi diantara lembaga penegak hukum
sesungguhnya merupakan bagian dari proses pelembagaan demokrasi yang positif. Akan tetapi, hal tersebut akan berjalan buruk, apabila kemudian
bercampur dengan kepentingan politik seperti yang terjadi di Indonesia saat ini. Perseteruan antara lembaga hukum yang seharusnya melindungi dan
mengayomi rakyat akhirnya mengakibatkan kepercayaan rakyat kepada pemerintah pun terancam pudar. Lembaga-lembaga penegak hukum di negara
Indonesia sibuk saling menyalahkan dan mencari kebenaran diri sendiri. Dan lagi- lagi masalah ini tidak terlepas dari penyakit lama bangsa Indonesia, yaitu Korupsi.
Perseteruan terbuka seperti ini akan memperlemah peran dan fungsi kedua institusi dalam penegakan hukum, khususnya pada kasus-kasus korupsi. Sebab
biar bagaimanapun KPK tidak dapat bekerja sendiri dalam melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Terlepas makin tingginya tensi perseteruan
Universitas Sumatera Utara
antara Polri dan KPK, namun kedua pimpinan lembaga tersebut harus menyadari bahwa membiarkan situasi tersebut berlarut-larut akan merugikan proses
penegakan hukum di Indonesia. Perlu langkah-langkah yang bersifat saling menguntungkan kedua belah pihak. Akan tetapi, agaknya sulit berharap kedua
pimpinan tersebut duduk satu meja tanpa mediasi yang mengikat keduanya. Oleh sebab itu selaku Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono ikut campur
tangan dalam menyelesaikan perseteruan tersebut. Konflik ini pada dasarnya merupakan buntut dari kasus pembunuhan
Nasruddin Zulkarnaen yang awalnya dikaitkan dengan cerita ‘cinta segi-tiga’ antara korban, rani Juliani seorang caddy belia dan Antasari, ketua KPK saat itu.
Dari hasil pengembangan penyidikan atas kasus pembunuhan Nasruddin inilah Polri akhirnya mencium aroma tidak sedap pada sejumlah oknum pimpinan KPK.
Ceritanya kemudian merambat kemana-mana, dari kasus pengadaan sistem komunikasi di Departemen Kehutanan dengan tokoh utamanya Anggoro Widjojo,
skandal alih fungsi di Tanjung Api-api hingga mega skandal Bank Century. Konflik antara Polri dan KPK dipicu oleh testimoni Antasari yang berisi
pengakuan bahwa sejumlah pimpinan KPK juga menerima suap dari Anggoro agar status cekal Anggoro dicabut. Berpijak pada testimoni Antasari ini, Polri
memanggil empat pimpinan KPK dan empat pejabat KPK. Polisi memanggil petinggi KPK dengan jeratan pasal 23 UU Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor
20 Tahun 2001 atas dugaan telah menyalahgunakan kekuasaan dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 421 KUHP.
Sejak Juli lalu SBY sudah berusaha menyelesaikan ketidakharmonisan ini dengan cara mempertemukan pimpinan kedua lembaga tersebut, dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
Rapat Koordinasi. Namun langkah tersebut agaknya tidak cukup untuk menyelesaikan ketidakharmonisan ini, oleh sebab itu langkah selanjutnya
disiapkan presiden seperti halnya membentuk Tim Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum Sdr. Chandra M.Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Riyanto 211.
Tim Independen ini yang sering disebut Tim-8 bekerja selama 2 minggu, siang dan malam, dan akhirnya pada tanggal 17 November 2009 yang lalu secara resmi
telah menyerahkan hasil kerja dan rekomendasinya kepada Presiden. Setelah menerima hasil rekomendasi dari Tim 8 akhirnya pada tanggal 23 November
Presiden menyatakan sikapnya atas kasus ini. Namun, pada kenyataannya sikap presiden justru mengandung kontroversi di kalangan masyarakat.
Kisruh perseteruan antara lembaga pemerintahan ini pun akhirnya berhasil menjadi sorotan masyarakat. Bahkan menjadi sorotan utama yang mengalahkan
pemberitaan-pemberitaan lain seperti masalah pendidikan dan kemiskinan. Setiap detil informasi dapat dikonsumsi masyarakat melalui media sebab media massa
muncul sebagai penyaji informasi fakta dari peristiwa yang terjadi. Berbagai pandangan mengenai perseteruan ini dikemukakan dan dimuat di dalam media,
termasuk setiap keterlibatan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam menyikapi kasus ini. Secara otomatis, setiap sikap yang ditunjukkan presiden
sangat berpengaruh terhadap citra SBY selaku presiden. Selama ini Presiden SBY selalu dikenal sebagai presiden yang memiliki citra yang baik. Bahkan bisa
dikatakan kemenangan SBY dalam pemilihan umum diperolehnya karena citra positif yang berhasil dibentuknya. Untuk itu presiden SBY sangat berhati-hati
dalam menunjukkan sikapnya terhadap kasus ketidakharmonisan yang terdapat dalam tubuh pemerintahan yang sedang dipimpinnya ini.
Universitas Sumatera Utara
Media bukanlah saluran yang bebas, tempat semua kekuatan sosial saling berinteraksi dan berhubungan. Sebaliknya, media hanya dimiliki oleh kelompok
dominan, sehingga mereka lebih mempunyai kesempatan dan akses untuk mempengaruhi dan memaknai peristiwa berdasarkan pandangan mereka. Media
bahkan menjadi sarana dimana kelompok dominan bukan hanya memantapkan posisi mereka, tetapi juga memarjinalkan dan meminggirkan posisi kelompok
yang tidak dominan Eriyanto, 2001:53. Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefenisikan realitas sesuai dengan kepentingannya.
Media juga dipandang sebagai mediator oleh wartawan dalam menuangkan pola pikirnya sehingga mampu membingkai pemberitaan yang ditulisnya.
Dalam penelitian ini, penulis memilih media Kompas sebagai objek penelitian. Pemilihan harian Kompas dalam penelitian ini didasarkan pada dua
alasan: Pertama, karena harian ini merupakan harian nasional yang mapan secara ekonomis. Kompas memiliki berbagai anak perusahaan yang dibangun di bawah
atap kelompok Kompas Gramedia seperti majalah, stasiun radio, penerbitan, percetakan, hingga hotel. Kelompok perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan
yang memanjakan pegawainya, mulai tunjangan kesehatan, pendidikan untuk anak-anak karyawan, bonus lebih dari tiga kali dalam satu tahun, piknik keluarga,
pesta ulang tahun perusahaan secara besar-besaran. Pemberian insentif seperti ini dimaksudkan untuk menghindari adanya ‘wartawan amplop’, sehingga wartawan
lebih berintegritas dalam menyusun berita. Kedua, Kompas memiliki khalayak pembaca yang terbesar di seluruh Indoneisa. Hingga saat ini, Kompas masih
dikenal sebagai koran berskala nasional terbesar di Indonesia dengan oplah lebih dari 550.000 per hari
www.blogberita.com , diakses 24 November 2009. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian pemberitaan Kompas cukup berdampak luas bagi khalayak pembaca di Indonesia.
Adapun penelitian dilakukan sepanjang bulan November adalah sebagai pembatasan penelitian. Selain itu, bulan November dianggap memiliki
banyak sejarah penting dalam perkembangan kasus perseteruan KPK – Polri dimana Presiden cukup banyak memberikan respon. Salah satu diantaranya adalah
pembentukan tim Delapan yang diiinstruksikan langsung oleh Presiden, adanya keputusan langsung dari Presiden untuk menghentikan kasus.
Perangkat analisis yang digunakan peneliti adalah analisis framing. Framing dalam perspektif ilmu komunikasi dipakai untuk membedah cara-cara
atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dam pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna,
lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan
untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita Sobur, 2004 : 162.
Sedangkan analisis framing yang digunakan dalam penelitian ini adalah model framing Framing yang dikembangkan Gamson dan Modigliani memahami
framing sebagai seperangkat gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media memahami dan memaknai suatu isu. Jadi perangkat wacana akan saling
mendukung satu dengan yang lainnya menuju sauatu titik pertemuan yaitu ide sentral dari suatu berita.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pencitraan presiden Susilo Bambang Yodhoyono terkait perseteruan Polri dan KPK pada
harian Kompas.
Universitas Sumatera Utara
I.2 Perumusan Masalah