I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
”Bagaimanakah citra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait perseteruan Polri dan KPK yang terjadi selama bulan November 2009 dikonstruksi oleh harian
kompas?”
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah
yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini hanya akan dilakukan pada harian Kompas.
2. Isi berita yang akan diteliti hanya berita yang menjadi headline tentang
sikap presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait perseteruan Polri dan KPK.
3. Subjek penelitian adalah surat kabar Kompas terbitan November 2009.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui bagaimana surat kabar kompas memaknai, memahami dan mengkonstruksi berita tentang Susilo Bambang Yudhoyono terkait
perseteruan Polri dan KPK yang terjadi selama bulan November 2009.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk melihat citra yang dibentuk oleh harian Kompas terhadap presiden
Susilo Bambang Yudhoyono terkait perseteruan Polri dan KPK selama bulan November 2009.
Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi khususnya mengenai analisis framing.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi
penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah dan memperluas cakrawala pengetahuan.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berhubungan dengan tema penelitian ini.
I.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi,1995:39.
Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:
1. Media Massa Sebagai Arena Sosial
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh william gamson dan andre modigliani, menyatakan bahwa proses sosial dalam rangka
Universitas Sumatera Utara
mengkonstruksi suatu realitas berlangsung dalam suatu “arena sosial”. Media massa dianggap sebagai wadah pertarungan dari berbagai
kepentingan yang terdapat dalam masyarakat. kepentingan-kepentingan ini berusaha menampilkan defenisi situasi atau realitas versi mereka yang
paling sahih Hidayat 1999:48. Dalam memproduksi sebuah isu ada beberapa hal yang dapat
dipertimbangkan sehingga menjadi suatu proses. Hal tersebut adalah: a.
Cultural Resonances Resonansi Budaya Disini media mengandung nilai-nilai budaya di dalamnya, dimana
setiap isu yang terdapat didalamnya terkait dengan nilai budaya yang melekat dalam suatu masyarakat tersebut, seperti halnya pada kaitannya
dengan isu tenaga nuklir tersebut bahwa di Amerika sendiri menganggap bahwa teknologi mereka yang harus ditempatkan pada skala yang tepat
dan adanya ekosistem yang harus tetap terpelihara dengan baik bukan malah menyalahgunakan teknologi yang ada untuk menggali alam atau
merusak alam karena dapat mengganggu dan mengancam ketentraman dan kualitas hidup Gamson, 1989 :6. Pada kasus ini media yang didalamnya
terdapat berbagai kepentingan tidak terlepas dari dalam kultur media sendiri. Nilai-nilai budaya sudah mendarah daging dalam tubuh media ini
sangat mempengaruhi berbagai berita yang akan diturunkan kepada khalayak.
b. Sponsor Activities Kegiatan Sponsor
Sponsor adalah mereka yang terlibat dalam suatu isu yang sedang dibicarakan dalam wadah media massa tersebut. di sini berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
isu yang sedang terjadi bahwa sponsor itu sendiri berkaitan dengan berbagai kepentingan seoerti dari pihak pemerintah, pengusaha,
masyarakat, tokoh masyarakat, LSM, pemilik moidal atau dengan kata lain bisa merupakan individu atau organisasi. Di sini sponsor adalah mereka-
mereka yang dimintai keterangan oleh media berkaitan dengan isu-isu tertentu. Mengenai sumber berita, shoemaker dan reese Hidayat,
1999:409 menguraikan beberapa dimensi karakter yaitu dimensi effectiveness, dimana sumber memiliki efek yang besar terhadap isi media
dan karena itu dalam melaporkan reportasenya, reporter harus mencantumkan sumber dari fakta yang diperolehnya. Serta dimensi multi
acces yaitu untuk mengetahui objektivitas berita, dimana media melalui repoterjurnalisnya berhubungan dengan mereka yang terlibat dalam
peristiwa dengan pihak-pihak yang dianggap memiliki pengetahuan atas peristiwa yang diliput.
Namun, dalam konteks media massa yang berlaku name make news atau pewawancara terhadap tokoh penting maka seringkali bahwa
proses produksi dan reproduksi struktur sosial lebih banyak didominasi oleh elit sumber.
c. Media Practices Kegiatan media
Berkaitan dengan sumber, maka jurnalis atau wartawan seringkali secara tidak sadar telah memberi ruang pada elit sumber tetapi hal
tersebutlah yang nantinya akan membuat suatu keragu-raguan apakah berita tersebut akan benar atau salah. Beberapa pengamat telah menuliskan
bahwa betapa cerdikhalusnya dan secara tidak sadarnya proses ini
Universitas Sumatera Utara
berlangsung Gamson, 1989:7. Disini awak media sangat berperan penting dalam kaitannya dengan penyuguhan berita. Mereka lazim
menguraikan gagasannya, menggunakan gaya bahasanya sendiri, menjabarkan skemata interpretasinya sendiri, serta mendistribusikan
retorika-retorika untuk meneguhkan keberpihakan atau kecenderungan tertentu Sudibyo, 2001:187.
2. Berita
Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik
perhatian pembaca, entah karena ia luar biasa atau entah karena pentingnya, atau karena ia mencakup segi-segi human interest, seperti
human, emosi dan ketegangan. Namun ada beberapa konsep berita yang dapat dikembangkan yaitu berita itu sebagai laporan tercepat, rekaman
fakta-fakta obyektif, interpretasi, sensasi, minat insani, ramalan dan sebagai gambar Effendy, 1993 :131-134.
Pada umumnya, berita berasal dari peristiwa tetapi tidak semua peristiwa dapat menjadi berita. Dalam proses pembentukan suatu berita
banyak faktor yang berpotensi untuk mempengaruhinya, sehingga niscaya akan terjadi pertarungan wacana dalam memaknai realitas dalam
presentasi media Sudibyo, 2001 :7. Pamela D.Shoemaker dan Stephen D.Reese meringkas berbagai
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor Individual
Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesi dari pengelola media. level individual melihat bagaimana pengaruh aspek personal
dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Aspek personal tersebut seperti jenis
kelamin, umur, atau agama. 2.
Level Rutinitas Media Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses
penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang dibuat berita, apa ciri-ciri berita yang baik,
atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standart bagi
pengelola media yang berada di dalamnya. 3.
Level Organisasi Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara
hipotik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang yang tunggal yang ada dalam organisasi berita, ia
sebaliknya hanya sebagian kecil dari organisasi media itu sendiri. Masing-masing komponen dalam organisasi media bisa jadi
mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Misalnya selain sebagai redaksi ada juga bagian pemasaran, bagian iklan, bagian sirkulasi,
bagian umum dan seterusnya. 4.
Level Ekstramedia
Universitas Sumatera Utara
Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. meskipun berada di luar organisasi media, namun hal-hal di luar
organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasus mempengaruhi pemberitaan media. Faktor- faktor tersebut adalah
sumber berita, sumber penghasilan media iklan, pelangganpembeli media, pihak eksternal pemerintah dan lingkungan bisnis, dan
ideologi kerangka berpikirreferensi.
3. Surat Kabar
Perkembangan media komunikasi massa seperti pers, radio, televisi, dan lain-lain begitu cepat. Hal ini berlangsung seiring dengan
meningkatnya peran media massa sebagai institusi penting di dalam kehidupan masyarakat. Bila dilihat dari perspektif komunikasi, media
massa merupakan channel of mass communication, yakni merupakan saluran alat, medium yang digunakan dalam proses komunikasi massa
yaitu komunikasi yang diarahkan dan ditujukan kepada masyarakat banyak.
Dalam lingkup studi komunikasi, surat kabar sebagai media komunikasi massa tidak dapat diragukan lagi kemampuannya dalam
menyebarkan informasi sebagai media pendidikan dan pembentuk opini publik.
Setiap orang memiliki hak untuk mengetahui segala pernak-pernik kejadian. Dari bekal informasi, setiap orang dapat turut urun-rembug
berpartisipasi di dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
kepastian informasi dan kemampuan urun rembug itu, setiap orang membutuhkan wartawan surat kabar yang bertugas sebagai wakil
masyarakat untuk mencari dan memberi tahu tentang segala peristiwa yang terjadi yang dibutuhkan masyarakat. Pada sisi inilah, mengapa
wartawan memiliki hak untuk “tahu” pada segala informasi publik, dan diberi keleluasaan untuk mencari ke mana pun informasi itu berada.
Menurut Santana 2005: 87, surat kabar harian sendiri terbit untuk mewadahi keperluan masyarakat tersebut. Informasi menjadi instrumen
penting dari masyarakat industri. Oleh sebab itulah, surat kabar harian bisa disebut sebagai produk dari industri masyarakat. Di samping itu dalam
bentuknya yang independen, surat kabar biasanya integral dengan perkembangan paham demokrasi di sebuah masyarakat. Hal tersebut bisa
terlihat dari kondisi kebebasan pers yang terdapat di sebuah masyarakat, dan tingkat keberaksaraan masyarakat
Perkembangan surat kabar, menurut Encyclopedia Brittanica Santana, 2005: 87-88 bisa dilihat dari tiga fase:
Fase pertama, fase para pelopor yang mengawali penerbitan surat kabar yang muncul secara sporadis, dan secara gradual kemudian menjadi
penerbitan yang teratur waktu terbit dan materi pemberitaan serta khalayak pembacanya.
Fase kedua, sistem otokrasi yang masih menguasai masyarakat membuat surat kabar kerap ditekan kebebasan menyampaikan laporan
pemberitaannya. Penyensoran terhadap berbagai subyek materi informasinya kerap diterima surat kabar. Setiap pendirian surat kabar
Universitas Sumatera Utara
mesti memiliki izin dari berbagai pihak yang berkuasa. Semua itu akhirnya mengurangi independensinya sebagai instrumen media informasi.
Fase ketiga, ialah masa penyensoran telah tiada namun berganti dengan berbagai bentuk pengendalian. Kebebasan pers memang telah
didapat. Berbagai pemberitaan sudah leluasa disampaikan. Namun sistem kapitalisasi industri masyarakat kerap menjadi pengontrol. Ini dilakukan
antara lain melalui pengenaan pajak, penyuapan, dan sanksi hukum yang dilakukan kepada berbagai media dan pelaku-pelakunya.
4. Teks Berita : Pandangan Konstruksionis
Pendekatan konstruktivisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif Peter L. Berger bersama Thomas Luckman. Bagi Berger,
realitas itu tidak dibentuk secama ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, dia dibentuk dan dikonstruksi secara
berbeda-beda oleh semua orang. Artinya, setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas.
Penerapan gagasan Berger dalam ranah konteks berita adalah bahwa sebuah teks dalam berita tidak dapat kita samakan sebagai Copy cerminan
dari realitas mirror of reality, ia harus dipandang sebagai hasil konstruksi atas realitas. Realitas lapangan sebenarnya berbeda dengan realitas media.
karenanya sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda. Sekelompok wartawan yang meliput suatu peristiwa, dapat
memiliki konsepsi dan pandangan yang berbeda ketika melihat suatu
Universitas Sumatera Utara
peristiwa dan itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkonstruksi peristiwa itu, yang diwujudkan dalam teks berita Eriyanto, 2001 :17.
Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang rill.disini realitas bukan diperoleh
begitu saja sebagai berita, ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta.
5. Analisis Framing
Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Analisis Framing adalah salah satu metode analisis media, seperti halnya
analisis isi dan analisis semiotik. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Dalam perspektif komunikasi, analisis
framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan,
dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak
sesuai perspektifnya Sobur, 2004 :162. Framing merupakan metode penyajian realitas dimana kebenaran
tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan terhadap aspek-aspek
tertentu, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya
Sudibyo, 2004 :186.
Universitas Sumatera Utara
Ada hal penting dalam framing, ketika sesuatu diletakkan dalam frame, tidak semua berita ditampilkan dalam arti ada bagian yang dibuang
dan ada bagian yang dilihat. Untuk menjelaskan framing kita bisa menghadirkan analogi ketika kita memfoto suatu pemandangan, maka
maksud foto hanyalah bagian yang berada dalam frame, sementara bagian yang lain terbuang. Contohnya adalah pasphoto Rachmat. Ketika Rachmat
difoto 3x4 untuk KTP, maka di frame adalah bagian dada ke atas. Bagian bawah tidak termasuk dalam Frame Kriyantono, 2008 :251-252.
Tentunya ada alasan mengapa framing dilakukan pada bagian tententu, mengapa bagian tertentu yang difoto sementara bagaian yang lain tidak.
Oleh karena itu analisis framing hadir untuk menanyakan mengapa peristiwa X diberitakan dan ssedangkan peristiwa yang lain tidak?
Mengapa suatu tempat dan pihak yang terlibat berbeda meskipun peristiwanya sama? Mengapa realita didefenisikan dengan cara tertentu?
Mengapa sisi atau angle tertentu ditonjolkan sementara yang lain tidak? Mengapa menampilkan sumber berita X dan mengapa bukan sumber
berita lain yang diwawancarai? Jadi analisis framing ini merupakan analisis untuk mengkaji
pembingkaian realitas peristiwa, individu, kelompok, lain-lain yang dilakukan media. pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi,
yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberi
penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media. akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna.
Universitas Sumatera Utara
Dalam praktik, analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame surat kabar karena masing-masing surat kabar memiliki kebijakan
politis tersendiri. Dalam penelitian ini perangkat framing yang digunakan ialah
model framing yang dikembangkan oleh Gamson dan Modigliani. Framing yang dikembangkan Gamson dan Modigliani memahami framing
sebagai seperangkat gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media memahami dan memaknai suatu isu. Jadi perangkat wacana akan saling
mendukung satu dengan yang lainnya menuju sauatu titik pertemuan yaitu ide sentral dari suatu berita.
I.6 Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil dari pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang
dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumus hipotesis Nawawi,1995:40.
Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak
kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun,1995:57.
Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah
yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Universitas Sumatera Utara
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah model analisis yang dikembangkan oleh Gamson dan Modigliani seperti gambar berikut ini;
Tabel perangkat framing Gamson dan Modigliani
Sumber : Eriyanto, 2001 : 256 Media Package
Perspektif
Core Frame
Considering Symbols Reasoning Devices
Framing Devices
1. Roots
2. Appeals to Devices
3. COnsequences
1. Metaphors
2. Exemplars
3. Catchphrases
4. Depictions
5. Visual Images
Universitas Sumatera Utara
I.7 Defenisi Operasional Variabel I.7.1 Framing