Namun pada akhirnya segala keputusan akan diputuskan oleh presiden sendiri, oleh sebab itu KOMPAS mengisyaratkan posisi Presiden
yang sedang dalam dilema untuk segera menentukan sikap. Hal ini terlihat dari kalimat dikutip KOMPAS dari pernyataan Ahli hukum pidana dari
Universitas Indonesia, Indriyanto Seno Adji sebagai berikut: “Ahli hukum pidana dari Universitas Indonesia, Indriyanto Seno
Adji, memahami dilema yang dihadapi Presiden. Di satu sisi, respons cepat dan tegas Presiden sangat dinantikan semua pihak. Namun, di sisi
lain, sebagai kepala negara ia tak bisa begitu saja mengintervensi proses hukum yang tengah berjalan.”
Tentu saja dengan kondisi lembaga hukum yang mengalami perseteruan berpengaruh terhadap pandangan masyarakat terhadap kinerja
Pemerintahan. Oleh sebab itu untuk mengembalikan kembali citra baik pemerintah yang saat ini 1711 dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono maka sebelum penutup KOMPAS memilih pernyataan Desmon Junaidi Mahesa, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Gerindra
yang dituliskan sebagai berikut: “Saat ini tidak ada pilihan lain bagi Presiden kecuali meningkatkan
kinerjanya dalam penataan birokrasi sehingga kekacauan yang sedang terjadi bisa teratasi.”
4. Tim 8: Hentikan Proses Hukum
Salah satu keputusan yang patut diambil berdasarkan rekomendasi tim 8 adalah untuk menghentikan proses hukum Bibit Samad Rianto dan
Universitas Sumatera Utara
Chandra M Hamzah. Terkait hal itu, tim mengajukan opsi penerbitan surat perintah penghentian penyidikan oleh kepolisian atau penerbitan surat
keputusan penghentian penuntutan oleh kejaksaan. Namun hingga saat berita ini diangkat 1811 Presiden sama sekali
belum memberikan keputusan apapun. Hal ini membuat masyarakat mulai resah. Kompas sendiri memilih untuk menyajikan pernyataan dari Menko
Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto yang meminta rakyat Indonesia untuk bersabar karena ini bukan merupakan kasus yang ringan.
Kasus ini melibatkan institusi-institusi yang harus kita patuhi dan hormati, lembaga hukum. Karena itu, Presiden diminta untuk cermat memperlajari
dan memberi rekomendasi yang akan disampaikan nanti. Ada pula Sub judul pada bagian akhir berita yang bertuliskan
“Kewibawaan Presiden”. Pada bagian ini Kompas mengisyaratkan agar Presiden benar-benar harus hati-hati dalam mengambil keputusannya
karena sangat berpengaruh terhadap kewibaan yang selama ini dimilikinya.
5. Presiden : Jangan Paksa Saya
Dalam pandangan harian KOMPAS, Presiden memiliki alasan khusus atas sikapnya yang hingga saat itu 1911 belum menentukan
sikap atas rekomendasi dari tim delapan terkait perselisihan KPK dan POLRI. Alasan tersebut menyangkut kebijaksanaan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono selaku kepala negara. Presiden ingin menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
kepatuhannya kepada hukum sehingga mengikuti peraturan perundang- undangan yang berlaku. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks berikut:
“Jangan sampai saya sebagai presiden didorong, dipaksa untuk mengambil langkah yang bukan kewenangan saya, karena itu berarti saya
melanggar undang-undang. Harus cepat memang, tidak boleh berlama- lama, tetapi ingat bahwa koridornya harus jelas,”
Selain mempertahankan citra baik selaku Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono juga menjaga citra keluarganya di depan khalayak.
Segala desas desus yang terkait kasus perseteruan ini, yang melibatkan nama baiknya dan keluarganya terus berkembang, maka Presiden akan
membawa persoalan tersebut ke proses hukum. “Kalau kali ini masih begitu, dan apalagi secara formal di depan
publik ada yang mengangkat berita yang sama sekali tidak ada kebenarannya itu, cara yang lalu juga akan saya tempuh demi keadilan dan
kebenaran, dan juga demi kehormatan saya sebagai kepala negara,” kata Presiden.
Penyataan Presiden tersebut menunjukkan bahwa beliau sangat mempertahankan citra baik yang telah terbentuk selama ini sehingga ia
tidak ingin desas-desus berhasil menyelewengkan citra baik tersebut. Judul berita yang tertulis “Presiden: Jangan Paksa Saya” secara
tidak langsung menunjukkan bahwa Presiden merasa dirinya sedang dipaksa untuk segera memberikan keputusan, menanggapi hal ini
KOMPAS memilih pernyataan pakar hukum tata negara Irman Putra Sidin
Universitas Sumatera Utara
yang menilai inilah saatnya Presiden melakukan reformasi secara menyeluruh. Dapat dilihat pada kutipan teks berikut:
“Pakar hukum tatanegara Irman Putra Sidin menilai, rekomendasi Tim Delapan kepada Presiden sebaiknya dijadikan momentum untuk
melakukan reformasi penegakan hukum secara menyeluruh. Dengan demikian, kasus yang dialami Bibit dan Chandra tidak terulang pada masa
depan.”
6. Presiden Isyaratkan Penyelesaian di Luar Pengadilan