2. Harapan Tinggi kepada Tim
Setelah mendengarkan ketiga solusi yang diusulkan dan didiskusikan 111 akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
memutuskan untuk membentuk Tim Independen Klarifikasi Fakta dan Proses Hukum Kasus Bibit-Chandra tim delapan 211. Namun ternyata
pembentukan tim delapan ini justru memancing reaksi pro dan kontra di kalanga masyarakat. meski demikian, langkah ini diharapkan bisa
mengurai kemelut penegakan hukum dan mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap institusi hukum.
Pada berita yang dimuat pada tanggal 3 November ini, KOMPAS memaparkan siapa-siapa saja yang menjadi anggota tim delapan berikut
pula dengan posisi masing-masing anggota dalam tim tersebut. Tim ini diharapkan dapat menyelesaikan polemik ini dalam kurun waktu dua
pekan mengingat dinamika di masyarakat yang berkembang saat ini. Kompas juga tidak lupa memaparkan alasan pembentukan tim
delapan oleh presiden, seperti dituliskan dalam kutipan berita pada alinea ke sembilan sebagai berikut:
“Senada dengan Adnan Buyung, anggota tim lainnya, Amir Syamsuddin, menuturkan, alasan Presiden membentuk tim, antara lain,
karena penjelasan polisi dalam penanganan kasus Bibit dan Chandra tidak memuaskan.”
Universitas Sumatera Utara
3. Presiden Harus Konsekuen
Setelah memutuskan untuk membentuk Tim Independen klarifikasi fakta dan proses hukum Tim Delapan dua wakil ketua nonaktif KPK
Bibit S Rianto dan Chandra M Hamzah pada tanggal 2 November 2009, dan dibebankan untuk mengkaji perseretuan ini selama 2 minggu, akhirnya
pada tanggal 16 November 2009 Tim Delapan menyerahkan hasil rekomendasi mereka kepada Presiden. Penyerahan hasil rekomendasi
itupun kemudian menjadi harapan besar bagi khalayak yang telah menantikan akhir cerita dari perseteruan ini. Hal itu dapat dilihat dari
berita yang dimuat kompas pada tanggal 17 November 2009, yang deskripsi beritanya sebagai berikut:
Keputusan untuk membentuk Tim Delapan merupakan keputusan yang disetujui langsung oleh Presiden, oleh sebab itu Presiden harus
konsekuen mengimplementasikan rekomendasi Tim Delapan tersebut atas kasus Wakil Ketua nonaktif Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit Samad
Rianto dan Chandra M Hamzah. Dalam berita ini KOMPAS menunjukkan berbagai tanggapan yang
berbeda dari berbagai tokoh masyarakat dalam menilai sikap yang seharusnya diambil oleh Presiden. Mulai dari sikap untuk menjalankan isi
rekomendasi secara menyeluruh dan konsekuen, sikap untuk menggunakan hak abolisi dan amnesti untuk menghentikan perkara, serta
sikap untuk melanjutkan perkara ke pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
Namun pada akhirnya segala keputusan akan diputuskan oleh presiden sendiri, oleh sebab itu KOMPAS mengisyaratkan posisi Presiden
yang sedang dalam dilema untuk segera menentukan sikap. Hal ini terlihat dari kalimat dikutip KOMPAS dari pernyataan Ahli hukum pidana dari
Universitas Indonesia, Indriyanto Seno Adji sebagai berikut: “Ahli hukum pidana dari Universitas Indonesia, Indriyanto Seno
Adji, memahami dilema yang dihadapi Presiden. Di satu sisi, respons cepat dan tegas Presiden sangat dinantikan semua pihak. Namun, di sisi
lain, sebagai kepala negara ia tak bisa begitu saja mengintervensi proses hukum yang tengah berjalan.”
Tentu saja dengan kondisi lembaga hukum yang mengalami perseteruan berpengaruh terhadap pandangan masyarakat terhadap kinerja
Pemerintahan. Oleh sebab itu untuk mengembalikan kembali citra baik pemerintah yang saat ini 1711 dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono maka sebelum penutup KOMPAS memilih pernyataan Desmon Junaidi Mahesa, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Gerindra
yang dituliskan sebagai berikut: “Saat ini tidak ada pilihan lain bagi Presiden kecuali meningkatkan
kinerjanya dalam penataan birokrasi sehingga kekacauan yang sedang terjadi bisa teratasi.”
4. Tim 8: Hentikan Proses Hukum